"Kau yang sudah menghancurkan semua harapan yang sudah aku dan Rendi susun dengan sedemikian rupa, andai saja kau tidak memaksa kedua orang tua mu untuk menjodohkan kita maka sekarang aku sudah hidup bahagia dengan Aris."
"Dia bahkan berjanji akan menikahi aku jika dia sudah sukses nanti."
"Tapi kenyataannya justru aku yang menikahi mu dan Rendi pergi meninggalkan mu tanpa berpamitan, dia membiarkan mu menunggunya tanpa kepastian."
"Aku yakin Rendi akan mencari aku untuk membuktikan cintanya pada ku."
"Apa kau seyakin itu bahwa Rendi mencintai mu?"
Gabriela menganggukkan kepalanya mantap, "Tentu saja aku yakin, karena aku percaya bahwa dia sangat mencintai aku begitu juga dengan ku yang sangat mencintainya, aku bahkan hampir gila hanya karena dia meninggalkan aku seperti ini." Wanita itu mengusap wajahnya frustasi, "Sebenarnya selama ini dia sembunyi dimana sehingga aku tidak dapat menemukannya, aku bahkan sudah mengerahkan semua orang suruhan ku untuk mencarinya ke seluruh negeri sampai ke pelosok-pelosok tapi mereka tetap tidak menemukan Rendi."
"Kau tidak akan bisa menemukan dia karena dia memang berniat untuk tidak bertemu dengan mu dan menyembunyikan dirinya agar kau tidak dapat menemukannya di mana pun." Ucap Aris didalam hatinya.
"Bagaimana jika ternyata Rendi sudah tiada sehingga kau tidak dapat mencarinya selama ini-"
"Beraninya kau berkata seperti itu tentang Rendi!!" Sentak Gabriela sambil menunjuk Aris dengan tegasnya, "Beraninya kau mengatakan bahwa Rendi sudah tiada, apa kau sudah melihat mayatnya dengan mata kepala mu sendiri sehingga kau dengan beraninya mengatakan bahwa Rendi sudah tiada."
Aris diam pasalnya dia memang belum melihat mayat Rendi sehingga ia juga tidak bisa mengatakan bahwa Rendi sudah tiada, baiklah untuk yang satu ini Aris menyadari bahwa dialah yang salah.
"Jika kau sudah melihat mayat Rendi terbujur kaku didepan mata mu kau baru boleh mengatakan bahwa dia sudah tiada!! Jangan membuat aku semakin frustasi dengan perkataan mu yang tidak masuk akal itu."
"Dimana letak tidak masuk akalnya, jelas-jelas aku bisa berkata seperti itu karena selama ini kau sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari dia tapi tidak ada hasilnya sama sekali." Aris menghela napasnya, "Jika Rendi masih hidup pasti dia akan mendatangi mu, La. Lihatlah sampai sekarang dia bahkan tidak ada kabar sama sekali jadi kemungkinan besar dia sudah tiada bukan?"
Gabriela mengerjapkan kedua matanya, ia juga mencoba mengolah perkataan Aris itu didalam kepalanya.
Ia menatap wajah lelaki yang selama tiga tahun ini menjadi suaminya itu, apa yang dikatakan Aris ada benarnya juga jika Rendi ternyata sudah tiada.
Buktinya selama tiga tahun Gabriela mencari keberadaan Rendi, wanita itu sama sekali tidak menemukan petunjuk dimana mantan kekasihnya itu berada.
Tapi hati Gabriela mengatakan jika Rendi masih hidup, lalu bagaimana jika Rendi memang benar-benar sudah tiada?
"Jangan berkata seperti itu!" Sentak Gabriela lagi, "Aku yakin jika Rendi masih hidup dan aku juga sangat yakin bahwa dia juga berusaha untuk mencari aku-"
Aris tersenyum remeh melihat istrinya yang begitu yakin bahwa Rendi akan mendatanginya, memangnya apa yang sudah lelaki bernama Rendi berikan pada Gabriela sehingga istrinya itu sangat yakin jika Rendi masih sangat mencintainya dan akan datang mendatanginya.
Aris melipat kedua tangannya didepan dada sembari mengangkat kedua alisnya, "Memangnya kau pergi kemana sehingga Rendi harus mencari mu sampai memakan waktu selama tiga tahun ini, kau bahkan masih berada di kota yang sama dimana saat dia meninggalkan mu dulu. Bukankah dia memang sengaja meninggalkan mu, La."
"Dia meninggalkan aku juga karena dirimu, Ris. Andai saja kau tidak datang maka semuanya tidak akan terjadi dan Rendi masih tetap bersama dengan ku sampai detik ini."
Aris menatap wajah istrinya dengan lembut, ia masih tidak menyangka jika istrinya itu akan menyalahkannya atas berakhirnya hubungan Gabriel dan Rendi.
Ditambah lagi istrinya itu juga menyalahkannya atas kepergian Rendi.
"Sebenarnya apa yang membuat mu berpikiran seperti itu pada ku, La. Aku bahkan tidam melakukan apapun tapi kenapa kau masih tetap menyalahkan aku?"
"Kau masih bertanya kenapa aku selalu menyalahkan aku atas apa yang terjado pada ku dan Rendi? Kau ini bodoh atau apa sih?!!" Gabriela beranjak dari kasur dengan tangannya yang masih menunjuk Aris, sepertinya wanita itu tidak bosan untuk bersikap kurang ajar pada suaminya.
"Kenapa kau tidak mengerti dimana letak kesalahan mu, oh atau jangan-jangan kau pura-pura tidak tahu ya. Astaga... kau ini sebenarnya punya rasa malu atau tidak."
"Kenapa aku harus malu?"
Gakyoung terkekeh karena Aris yang sekarang terlihat sangat bodoh di matanya, "Seharusnya kau malu ketika berhadapan seperti ini dengan ku. Kau itu sudah merebut aku dari Rendi lalu dengan entengnya kau mengatakan bahwa Rendi memang sengaja meninggalkan aku, jika bukan karena kau yang datang-datang dan tiba-tiba ingin dijodohkan dengan ku, maka hubungan ku dengan Rendi akan baik-baik saja. Rendi juga tidak akan meninggalkan aku dan apa kau tahu bahwa alasan Rendi meninggalkan aku karena kedua orang tua ku tidak menyetujui hubungan kami."
Wanita itu mengusap air mata yang tiba-tiba menetes dari pelupuk matanya, ia kembali bersedih ketika mengingat bagaimana sikap kedua orang tuanya dulu pada Rendi.
Hanya karena Rendi masih duduk di bangku sekolahan yang sama dengannya, ayah dan ibunya rela menghina mantan kekasihnya itu dengan kejam sehingga membuat Rendi pergi dan sampai sekarang dia tidak menampakkan batang hidungnya.
"Andai saja kau tidak datang ditengah-tengah hubungan ku dan Rendi maka semuanya tidak akan terjadi-"
"Apa itu artinya kau menyesal atas pertemuan dan pernikahan kita?"
"Aku menyesal dengan semua hal yang berhubungan dengan mu, kenapa Tuhan mentakdirkan aku untuk menikah dengan mu. Tapi jika nanti aku sudah berhasil menemukan Rendi maka aku akan meminta mu untuk menceraikan aku, setelah itu aku bisa menikah dengan Rendi. Tidak masalah jika aku harus menikah sebanyak dua kali."
Gabriela memang wanita yang kejam kenapa dia bisa berkata seperti itu, jika dia memang ingin berpisah dengan Aris nantinya dia tidak perlu harus mengatakannya langsung didepan Aris.
Setidaknya Gabriela bisa memendamnya sampai waktunya tiba.
Set
Grep
Dengan gerakan secepat kilat Aris menurunkan tangan Gabriela yang sedari tadi menunjuk kearahnya itu lalu memegang kedua pundak milik istrinya, "Sadarkah kau dengan ucapan mu itu, La. Kenapa kau menyesal dengan pertemuan dan pernikahan mereka. Justru dengan adanya aku di hidup mu aku sudah menyelamatkan mu dari lelaki jahat seperti Rendi-"
"Sudah aku bilang untuk tidak mengatakan yang tidak-tidak tentang Rendi." Dengan sekali sentak pundaknya sudah bebas dari kedua tangan Aris, "Kau berkata bahwa kau sudah menyelamatkan aku dari lelaki jahat seperti Rendi bukankah disini kau yang jahat maka dari itu aku harus segera melepaskan diri dari mu."
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan wanita yang sangat aku cintai."
"Kau gila!!"