Chereads / Ujung Yang Manis / Chapter 16 - Aris memang selalu merepotkan orang lain

Chapter 16 - Aris memang selalu merepotkan orang lain

Bunyi alarm membuat Gabriela terbangun, matanya terasa sangat berat dan lengket nampaknya matanya kini sedikit membengkak karena ia menangis semalaman sampai tertidur.

"Sudah pagi rupanya." Wanita itu mengusap wajahnya lalu terkejut ketika telapak tangannya basah, ia meraba wajahnya yang ternyata basah, "Apakah aku menangis semalaman sampai tertidur?" Tanya Gabriela pada dirinya sendiri, wanita itu merubah posisinya menjadi setengah duduk dengan punggungnya yang menyender pada headboard.

"Arghhh kepala ku juga sedikit pusing." Gabriela memijit keningnya yang tiba-tiba pening, "Kemana Aris kenapa tidak membangunkan aku. Ck, menyebalkan. Apa dia tidak tahu jika hari ini aku juga bekerja."

Wanita itu berdecak lalu melihat ke arah jendela kamarnya, Gabriela merasa sedikit aneh mengapa tirai dikamarnya belum ada yang membuka, biasanya ketika ia bangun tirai itu sudah terbuka dan menampilkan pemandangan waktu pagi yang sangat indah.

Gabriela mengucek keduanya matanya lalu menurunkan kedua kakinya dan turun dari kasur, menyibak tirai tersebut.

Kedua matanya menyipit ketika sinar matahari langsung menyapanya begitu Gabriela membuka tirai tersebut.

Tok tok tok

"Selamat pagi nyonya, apa anda sudah bangun."

Mendengar suara wanita yang selama hampir 3 tahun ini menjadi asisten rumah tangga di rumahnya, Gabriela menoleh kearah pintu kamarnya yang masih tertutup.

"Iya bi?"

"Nyonya sudah bangun?"

Gabriela berjalan menuju ke arah pintu kamar lalu membukanya, "Bibi, sejak kapan bibi datang kesini."

"Sejak tadi pagi jam 4 nyonya, tuan Aris yang menjemput saya ke rumah. Beliau bilang saya disuruh untuk menemani nyonya selama beliau pergi ke luar kota, saya juga disuruh untuk menginap beberapa hari disini sampai beliau pulang-"

"Haaaah memang dasar Arisnya saja yang berlebihan, biasanya aku juga baik-baik saja di rumah sendirian setiap dia pergi ke luar kota bahkan keluar negeri. Apakah dia tidak tahu kalau bibi juga punya keluarga lantas kenapa dia masih menyuruh bibi untuk menginap disini."

Bi Elis tersenyum, "Tidak apa-apa nyonya, menurut perintah nyonya Sarah saya memang sudah seharusnya tinggal disini menemani anda nyonya-"

"Haaaah ibu ku itu apalagi, dia sama saja dengan Aris. Suka merepotkan orang."

"Tidak merepotkan nyonya, pekerjaan saya memang seperti itu."

Sebenarnya Gabriela tidak enak ketika melihat Bi Elis harus menginap di rumahnya, tidak hanya karena Bi Elis mempunyai keluarga tetapi Bi Elis hanya memiliki tugas bersih-bersih rumah dan terkadang masak, Bi Elis tidak diwajibkan untuk tinggal bersama dengannya.

Dulu sekali awal menikah dengan Aris, ibunya sudah menyuruh Bi Elis untuk tinggal bersamanya tetapi Gabriela menolak dengan alasan bahwa Bi Elis memiliki keluarga.

Padahal Gabriela hanya tidak ingin Bi Elis mengetahui apa yang akan dia lakukan pada suaminya termasuk memperlakukan Aris dengan cara yang tidak baik, meskipun akhirnya Bi Elis mengetahuinya tetapi Gabriela dengan cepat berpesan pada wanita itu untuk tidak mengatakannya pada siapapun termasuk kedua orang tuanya dan kedua mertuanya.

Sejauh ini Bi Elis tidak mengatakannya pada siapapun, mungkin beliau hanya tidak ingin membuat keributan di keluarga kecil majikannya meski kenyataannya tidak seindah kelihatanya.

"Nyonya, kenapa melamun."

Gabriela mengerjapkan kedua matanya lalu menghela napas pelan, "Ahh tidak apa-apa. Ya sudah jika bibi menginap disini sampai Aris pulang dari luar kota, aku akan senang jika ada yang menemani ku di rumah."

"Jika nyonya senang ada yang menemani di rumah lalu kenapa nyonya selalu menolak setiap tuan menyuruh saya untuk tinggal disini setiap beliau ada pekerjaan di luar kota."

Gabriela menatap Bi Elis sebentar, "Yaa itu saat aku sedang butuh waktu untuk sendiri, Bi. Jadi ya aku tidak ingin siapapun mengganggu ku termasuk bibi."

Bi Elis menganggukkan kepalanya paham, "Ohhh begitu, ya sudah tidak apa-apa nyonya."

"Lalu kemana Aris, kenapa dia tidak membangunkan aku tadi?"

"Ohhh itu, tuan Aris sudah berangkat satu jam yang lalu. Beliau tadi menyuruh saya untuk membangunkan nyonya tapi maaf... nyonya mengunci pintunya dari dalam jadi saya tidak bisa masuk ke dalam dan membangunkan nyonya. Maaf nyonya." Bi Elis menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena tidak membangunkan majikannya.

Gabriela tiba-tiba teringat setelah pertengkarannya dengan Aris semalam, wanita itu mengunci pintu kamarnya agar Aris tidak dapat masuk ke kamarnya.

"Begitu ya, ya sudah tidak apa-apa bi memang salah ku yang mengunci pintu sehingga bibi tidak bisa masuk. Untung aku tidak lupa memasang alarm jari aku tidak bangun kesiangan."

"Jika saya boleh tau, apakah nyonya semalam menangis?"

"Tidak. Kenapa bibi tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Maaf kalau saya lancang nyonya. Saya lihat wajah nyonya sembab dan mata yang sedikit membengkak, saya pikir nyonya menangis semalaman."

Gabriela menggelengkan kepalanya, "Tidak, bi. Mungkin aku hanya kelelahan saja karna akhir-akhir ini pekerjaan ku di kantor banyak sekali, aku saja sampai membawanya ke rumah karena aku tidak bisa menyelesaikannya di kantor."

"Apakah sulit nyonya?" Gabriela menolehkan kepalanya, "Apakah sulit menjadi seorang direktur muda di sebuah perusahaan yang besar? Melihat nyonya yang sering kurang tidur demi mengerjakan pekerjaan yang belum sempat nyonya selesaikan waktu di kantor, saya jadi khawatir dengan kesehatan nyonya nantinya."

"Jika bibi ingin tahu pekerjaan seorang direktur itu jauh lebih berat dari pekerjaan karyawan sendiri di kantor, aku harus melakukan segala cara agar perusahaan ku selalu mendapat keuntungan dan perusahaan ku tidak bangkrut nantinya."

Bi Elis menganggukkan kepalanya paham, "Meski begitu tapi saya berpesan pada nyonya agar tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu fokus dengan pekerjaan sehingga nyonya lupa menjaga kesehatan nyonya sendiri. Saya bisa menjaga kesehatan nyonya selama di rumah tetapi jika di kantor saya tidak bisa melakukannya."

"Kalau begitu bibi ikut aku ke kantor saja dengan begitu bibi bisa mengingatkan aku untuk makan atau apapun itu." Ujar Gabriela sedikit bercanda.

Bi Elis terkekeh, "Nyonya ini ada-ada saja, memangnya saya diijinkan untuk masuk ke kantor nyonya, tidak bukan?"

"Kenapa bibi tidak diijinkan, aku yang memiliki kantor itu jadi aku berhak mengijinkan siapapun untuk masuk, tidak ada yang memarahi aku bi."

"Iya saya tahu nyonya, tapi apakah saya pantas datang ke kantor nyonya yang sangat besar dan mewah itu. Tidak nyonya saya tidak berani, saya cukup bekerja dari rumah ke rumah saja."

Gabriela mengangguk, "Iya bi lagi pula aku hanya bercanda. Intinya bibi tidak perlu khawatir pada ku karena aku sudah dewasa dan tau bagaimana caranya menjaga kesehatan."

"Iya nyonya."

"Bibi benar-benar akan menemani aku disini selama Aris pergi ke luar kota?" Bi Elis menganggukkan kepalanya, "Memangnya suami dan anak-anak bibi mengijinkan?"

"Jika mereka tidak mengijinkan maka saya tidak bisa berada di depan nyonya saat ini. Nyonya tenang saja mereka mengijinkan saya untuk menemani nyonya disini jadi nyonya tidak perlu memperdulikan hal itu."