"Ris, cepat katakan pada ku jangan membuang-buang waktu seperti ini. Cepat katakan pada ku apa yang ibu bicarakan dengan mu tadi."
Aris yang baru saja menelan sesuatu yang ada di mulutnya langsung menolehkan kepalanya ke arah istrinya, "Ibu bertanya kapan kita akan memberi beliau cucu karena pernikahan kita sudah menginjak umur tiga tahun-"
"Memangnya kenapa jika pernikahan kita sudah tiga tahun, aku tidak peduli seberapa lama kita menikah karena sampai kapan pun kita tidak akan memberi momongan untuk kedua orang tua kita." Potong Gabriela.
"Kenapa kau berkata seperti itu? Aku akan sangat senang bila kau setuju untuk memberi mereka cucu."
"Tidak, Ris. Aku tidak akan memberi mereka cucu."
"Apa kau mau kita menunda untuk memiliki momongan dulu seperti kesepakan kita sejak awal menikah?"
Ya keduanya memang memiliki kesepakatan untuk menunda memiliki momongan, tetapi hanya Gabriela yang mengajukan kesepakatan itu dan di terima dengan baik oleh Aris.
Memang pada sadarnya Aris adalah lelaki yang sangat baik, bahkan sejak awal menikah pun dia tidak pernah membahas hal ini dengan istrinya.
Sudah menikahi wanita yang dicintainya saja sudah membuatnya bahagia jadi Aris tidak mau terburu-buru untuk memiliki keturunan dengan Gabriela.
Memangnya siapa sih yang tidak mau memiliki seorang anak dari pernikahan mereka?
Tentu saja Aris sangat ingin memilikinya apalagi harta bendanya terbilang sangat banyak dengan memiliki seorang anak maka Aris sudah memiliki pewaris untuk harta benda miliknya.
Tetapi Aris tidak keberatan jika Gabriela meminta untuk menunda terlebih dahulu, toh nanti jika sudah waktunya pasti seorang anak akan hadir ditengah-tengah mereka.
Meskipun Aris sendiri tidak yakin itu akan terjadi.
Lelaki itu hanya bisa sabar dan sabar yang terpenting Gabriela selalu ada bersamanya, ia tidak mau membuat sang istri tidak nyaman dengan membahas kapan mereka memutuskan untuk memiliki keturunan.
"Sayang, kau masih mau menunda untuk memiliki momongan? Kau masih mau mengejar karir?"
Gabriela menggelengkan kepalanya, " tidak ingin memiliki keturunan dari ku?"
"Tidak." Jawab Gabriela dengan cepat lalu melempar garpu yang tadi dipakainya untuk makan melon.
"Jadi kau sudah tidak ingin lagi kita menunda untuk memiliki momongan?"
"Mck, dengarkan ini dengan baik-baik jangan memotong perkataan ku dulu." Selesai mengunyah melon, wanita itu menoleh pada Aris, "Bukannya aku ingin mengejar karir dan menundanya, memangnya buat apalagi yang harus aku kejar sedangkan karir ku saja sudah sangat bagus."
"Lalu apa yang membuat mu mengatakan bahwa sampai kapan pun kita tidak akan memberi cucu untuk kedua orang tua kita. Jika sudah tidak ada lagi yang kau kejar, lebih baik kita mulai mempertimbangkan untuk memiliki anak, setelah itu tugasmu hanya merawat ku dan merawat anak kita nanti, biarkan aku saja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita."
"Sudah aku katakan jangan bermimpi terlalu jauh, karna itu tidak akan terjadi Ris. Kita tidak akan bisa memiliki keluarga utuh seperti apa yang kau katakan tadi. Dan kau menyuruh aku untuk mengurus mu dan anak kita nanti hahaha kau terlalu banyak bermimpi, bangunlah Ris aku tidak akan pernah menjadi seperti apa yang kau inginkan."
"Memangnya kenapa jika aku bermimpi tentang masa depan kita, bukankah itu akan terjadi jika kita saling bekerja sama?Kita harus bekerja sama untuk masa depan pernikahan kita, memangnya kau tidak ingin kita memiliki seorang anak?"
Gabriela menggelengkan kepalanya lagi, "Tidak, aku sama sekali tidak ingin memiliki anak."
Aris menatap wajah istrinya, "Kenapa kau tidak ingin memiliki anak, bukankah kehadiran seorang anak ditengah-tengah kita akan membuat keluarga kecil kita menjadi lengkap, dengan hadirnya seorang anak juga akan membuat kita tidak kesepian lagi."
"Kau tahu bukan selama ini kau selalu pulang larut malam bahkan saat aku sudah tidur maka kau baru pulang, dan itu membuat ku sangat kesepian ketika aku menunggu mu pulang jadi aku mohon pertimbangkan hal ini dengan baik." Ucap Aris lagi.
"Jika kita memiliki anak maka aku akan ada teman ketika di rumah dan aku tidak akan sering-sering mengganggu mu karena hanya kaulah yang bisa aku ajak berbicara. Jika aku memiliki teman berbicara di rumah ini maka kau tidak akan terganggu lagi oleh ku."
"Stop! Stop!" Cegah Gabriela pada Aris yang dirasa berbicara terlalu banyak tentang dirinya yang ingin memiliki momongan.
Seketika itu Aris langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
"Berhentilah berbicara karena itu akan membuat aku pusing." Wanita itu menutup kedua telingannya menandakan bahwa dia sudah tidak ingin lagi mendengar suara Aris, "Jadi kau akan mempertimbangkan tentang perkataan ibu yang sudah meminta cucu dari kita." Tanya Gabriela tanpa melihat ke arha Aris.
"Kalau kau tidak keberatan maka kita bisa mempertimbangkannya, lagipula jika hanya aku saja yang menginginkan seorang anak maka itu tidak akan bisa terwujud tanpa persetujuan dari mu, Sayang." Lelaki itu menatap istrinya takut-takut.
"Tapi jika kau belum ingin kita memiliki keturunan maka aku masih bisa menunggu sampai kau mau memilikinya." Lanjut Aris.
"Sampai kapan pun aku tidak akan sudi mempunyai keturunan dengan mu Ris."
"Ya tapi kenapa, La. Bukankah keluarga kita akan semakin lengkap jika ditengah-tengah kita ada seorang anak? Lagipula apa salah ku sehingga kau tidak ingin memiliki keturunan dari ku."
"Karena aku tidak mencintai mu! Kenapa kau masih menanyakannya." Gabriela menatap malas ke arah suaminya, "Bukankah sedari dulu aku sudah mengatakan pada mu bahwa aku tidak mencintai mu itu artinya aku juga tidak ingin memiliki keturunan dari laki-laki yang tidak aku cintai." Ucap Gakyoung, "Dan satu hal lagi, kau tidak perlu berharap bahwa aku akan mau memberi keturunan untuk mu karena itu tidak akan pernah terjadi. Lagipula kenapa kau mengharapkan seorang anak di pernikahan kita, sedangkan aku masih berusaha untuk bisa berpisah dengan mu."
Deg
Perkataan Gabriela itu sungguh menusuk hati Aris.
Jadi selama ini istrinya itu selalu mengharapkan perpisahan mereka?
Apakah di kepala Gabriela tidak ada harapan untuk masa depan pernikahan mereka sehingga istrinya itu berusaha untuk bisa berpisah dengan dirinya?
Ataukah selama ini hanya Aris saja yang berharap banyak dengan pernikahan mereka sedangkan Gabriela tidak berharap apa-apa terhadap pernikahannya.
"La-"
"Lagipula aku sudah pernah mengatakan hal ini pada mu, kalau kau ingin memiliki seorang anak maka milikilah bersama wanita lain tapi dengan satu syarat kau harus menceraikan aku dulu."
"Istri mana yang tega menyuruh suaminya sendiri untuk mencari wanita lain hanya demi mendapatkan anak."
Gabriela menghela napasnya, "Kau masih bertanya kenapa aku menyuruh mu untuk memiliki anak dengan wanita lain? Itu karena aku tidak akan sudi memiliki keturunan dengan mu Ris mengertilah. Bukankah kau akan bahagia jika menikahi wanita yang juga mencintai mu."