"Kenapa kau diam saja, cepat katakan pada ku apa yang ibu bicarakan ketika dia menelpon mu tadi?"
Aris memutuskan untuk membawa nampan itu dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur istrinya sebelum menuruti perintah yang dilontarkan oleh Gabriela, "Bisakah kau sedikit bersabar, aku pasti akan menceritakannya pada mu tapi sebelum itu kau harus minum teh hangat buatan ku sebelum tehnya dingin dan tidak enak lagi."
"Aku tidak haus." Ucap Gabriela yang baru saja melihat teh itu dengan malas, "Kau minum saja sendiri." wanita itu menatap wajah suaminya, "Aku curiga kau memberikan racun didalamnya."
"Gabriela, berhenti menuduh aku melakukan hal yang tidak-tidak pada mu. Mana mungkin aku menaruh racun didalam minuman istri ku."
"Bisa saja kau berencana untuk membunuh aku karena aku tak kunjung membalas perasaan mu." Kata Gabriela dengan entengnya, wanita itu sepertinya tidak menyadari apa yang sudah ia tuduhkan pada suaminya, "Jika kau tidak melakukannya ya sudah kau tidak perlu menatap aku seperti itu, salahkah aku jika mengeluarkan pendapat ku." Ujar Gabriela lagi sembari memainkan jari jemarinya.
"Kau salah karena sudah menuduh aku yang tidak-tidak. Aku tidak pernah berpikiran untuk melakukan hal sekeji itu pada istri ku sendiri."
"Kalau begitu minumlah, aku tidak percaya jika kau belum meminumnya. Jadi kau meminta aku untuk membuktikan bahwa tidak ada racun apapun didalam teh buatan ku ini." Lagi-lagi Gabriela mengangkat kedua bahunya membuat Aris menghela napasnya sedikit kesal, "Karena aku tidak merasa menaruh apapun pada teh buatan ku maka aku akan meminumnya seperti apa yang kau perintahkan pada ku, La."
Aris menghabiskan teh buatannya itu dalam satu kali tegukan.
Tak
Lelaki itu menaruh gelas bekas minumnya itu ke tempat semula, "Kau lihat, aku bahkan meminumnya sampai habis tapi tidak terjadi apa-apa pada ku bukan?" Gabriela diam, "Itu artinya aku tidak menaruh apapun pada teh yang aku buat untuk mu sayang jadi berhenti menuduh aku melakukan hal yang tidak-tidak. Aku tidak pernah memiliki niat jahat pada istri ku sendiri."
"Ya sudah, lihat saja nanti. Kalau misalnya terjadi sesuatu pada mu itu artinya kau memang menaruh racun didalam teh buatan mu tapi jika tidak terjadi apa-apa pada mu berarti kau tidak memiliki niat jahat pada ku."
"Aku memang tidak pernah memiliki niat jahat pada mu, La. Kau saja yang selalu mencurigai aku melakukan hal yang tidak-tidak. Mana ada seorang suami yang tega merencanakan kejahatan untuk istrinya sendiri, hanya lelaki gila yang memiliki pemikiran seperti itu." balas Aris, setelah itu Aris menatap kearah istrinya yang kini sudah merapatkan dirinya pada headboard kasurnya, "Kau terlihat kelelahan, aku bisa memijit mu agar rasa lelah mu sedikit berkurang. Kau mau?"
Gabriela menatap Aris dengan satu lirikan setelah itu dia sibuk memainkan jari jemarinya, "Jangan bermimpi untuk bisa menyentuh aku, meskipun aku merasa lelah sampai ingin mati aku tidak akan pernah membiarkan mu menyentuh tubuhku sedikit pun. Ingat itu." tegas Gabriela.
Aris menghela napasanya ketika lagi-lagi mendapat penolakan dari istrinya, kenapa Gabriela tidak pernah sedikit pun menuruti perintahnya?
Apakah Gabriela memang tidak pernah menganggap dia ada sehingga perkataan dia saja tidak ia hiraukan?
Ah sudahlah, mengingat apa saja yang sudah dilakukan Gabriela selama ini itu sama saja menyakiti hati Aris.
Lelaki itu ikut duduk di tepi kasur milik istrinya.
Bukankah kasur itu adalah milik mereka berdua lalu kenapa Aris mengatakan bahwa kasur yang tengah di dudukinya sekarang ini adalah milik istrinya?
Aris tidak perlu mengatakannya kenapa dia bisa berkata seperti itu karena seiring berjalannya waktu kalian para readers akan tahu kenapa Aris berkata seperti itu.
Yang harus kalian lakukan adalah sabar dan bersabar hehehe...
"Baiklah, aku akan membiarkan mu untuk tidak meminum teh hangat buatan ku. Tapi jika buah, kau tidak mungkin menolak untuk memakannya bukan? Percayalah bahwa aku tidak menaruh apa-apa didalam buah itu. Lagipula bagaimana aku bisa menaruh sesuatu pada buah-buah itu." Aris menjangkau sebuah piring yang berisi buah-buahan yang sudah ia potong-potong dan cuci itu, "Makanlah, setidaknya perut mu tidak kosong."
Hap
Aris sengaja memasukkan potongan buah melon kedalam mulutnya sembari menatap Gabriela, "Aku bahkan sudah memakannya jadi aku tidak mungkin menaruh apapun di buah-buahan ini." Lelaki itu menyodorkan piring itu pada istrinya, "Ayo makanlah, buahnya sangat manis dan masih segar. Bibi baru saja membelinya tadi pagi."
Gabriela menatap buah-buahan dalam piring itu dan suaminya secara bergantian, "Kau benar-benar tidak menaruh apapun di buah-buahan ini?" Aris hanya bisa menganggukkan kepalanya karena mulutnya penuh dengan buah-buahan.
Dengan gerakan perlahan namun pasti, Gabriela menusuk satu potong buah melon pada garpu yang sekarang ada ditangannya lalu memasukkannya ke dalam mulut.
Melihat istrinya yang menuruti perkatannya untuk memakan buah yang sudah ia potong itu, Aris tersenyum senang karena istrinya itu masih mau menuruti perkatannya, "Melonnya sangat manis bukan?" Gabriela menganggukkan kepalanya dengan satu kali gerakan, "Ternyata bibi pintar sekali memilih buah, bibi tahu apa yang membuat istriku senang."
Gabriela mengabaikan perkataan Aris dan sibuk makan buah-buahan yang sudah di potong-potong oleh lelaki itu.
"Sebenarnya tadi bukan hanya aku saja yang menyiapkan perayaan untuk hari ulang tahun pernikahan kita." Gabriela menoleh pada Aris dengan salah satu alisnya yang terangkat, "Yah Bi Elis yang sudah membantu aku untuk menyiapkannya termasuk membuat kue yang tadi aku bawa, kue itu yang membuat aku dan Bi Elis."
"Termasuk makanan yang kau bilang masakan mu itu?"
Aris menggelengkan kepalanya, "Tidak. Jika masakan yang rencananya akan kita makan ini adalah murni masakan ku sendiri."
Gakyoung menganggukkan kepalanya acuh.
Wanita itu percaya dengan perkataan Aris, karena lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu sangat pandai memasak jadi Gabriela sendiri tidak mengelaknya atau mengatakan bahwa Aris membohonginya.
Aris memang tidak tahu jika Gakyoung pernah memakan masakannya tapi kenyataannya wanita itu pernah makan masakan Aris.
Jika Aris sampai tahu bahwa Gabriela diam-diam pernah memakan masakannya mau ditaruh dimana wajah Gabriela yang cantik itu?
Ia tidak ingin Aris besar kepala nantinya jika dia tahu bahwa Gabriela pernah memakan masakannya itu.
"Ohhh begitu." Gumam Gabriela sebelum kembali memasukkan potongan buah melon itu kedalam mulutnya, "Aku yakin masakanmu itu pasti tidak enak tapi kenapa kau sangat membanggakannya."
Aris tersenyum mendengar ejekan istrinya, "Jika kau masih berpikir bahwa masakan ku tidak enak maka cobalah lebih dulu. Setelah kau mencobanya maka kau boleh mengatakan jika makanan ku tidak enak."
"Jangan bermimpi bahwa aku ingin mencoba masakanmu." Balas Gabriela dengan cepat.