Chereads / How To Be a God / Chapter 43 - Mengerikan

Chapter 43 - Mengerikan

Zahal muncul dan merangkul pundak Yoke dari belakang.

Yoke terkejut dengan kehadiran Zahal dan menjadi celah bagi Extremus yang berada dalam tubuh Samarinda untuk menangkis Excalibur yang ditodongkan Yoke padanya.

Extremus mengayunkan tinju kanannya kearah Zahal. Dengan mudah Zahal menangkap ayunan tinju tubuh Samarinda yang lebih rendah beberapa puluh senti darinya.

Zahal : "Tanpa tubuhmu, dan sekarang malah terjebak di tubuh Samarinda, kau sudah selesai Extremus, ah, tidak, kalian semua yang ada disini 'sekarang' sudah nggak punya kesempatan membalikkan keadaan dariku."

Zahal menarik tangan kanan Extremus barusan dan menjatuhkannya. Setelah lawannya tersungkur, diinjaknya punggung Samarinda yang menjadi media jiwa Extremus itu.

Yoke berusaha menggerakkan tubuhnya yang dirangkul kuat oleh Zahal : "Semuanya berjalan alami sampai kami menyadari hal-hal kecil yang terpisah dan terpotong satu-persatu dari masing-masing Calon Dewa.

Kelemahan kami jika kami tetap bergerak sendiri-sendiri adalah kami takkan pernah menyadari petunjuk-petunjuk kecil yang kami alami sepotong-sepotong.

Dengan berkumpul dan menceritakan pengalaman kami, kami baru menyadari bahwa kau sudah melakukan langkah jauh dari awal.

Ternyata kesalahan kami sejak awal adalah kau sudah beberapa langkah didepan dengan mengetahui sosok dan kemampuan kami sejak pertama kau mengumpulkan kami..."

Yoke merasakan ada yang aneh dengan kekuatan fisiknya. Terlihat beberapa kali ia berusaha melepaskan rangkulan Zahal namun tak berdaya.

Tamasha : 'Purification milik Yoke dan Extremus belum selesai, sekarang Zahal datang tepat disaat kemampuan kami semua terkunci dan hanya Yoke yang mengandalkan Gulungan dan Excalibur yang sudah di'Manipulasi'-nya.

Aku harus menunggu momentum yang pas. Orang ini cerdik dan berbahaya!'

Tamasha yang sadar kemampuan Artifak Dewanya sekarang tak berguna karena efek Purification milik Yoke yang masih aktif kini hanya bisa menyandang perlengkapan yang tak lebih dari sekedar senjata dan pelindung biasa.

Soraya : "Sejak sebelum seluruh Calon Dewa berkumpul di dunia aneh yang kau ciptakan. Langkahku untuk mengejar dan mengendus Calon Dewa sepertimu ternyata masih kalah cepat dibandingkan langkahmu untuk mengumpulkan kami setelah menilai kemampuan kami seperti saat ini!"

Ratatta : "Ketika seluruh Calon Dewa dikumpulkan oleh Zahal ya."

Ratatta berusaha mencuri pandang kearah Goldy, Naga Emas yang sempat dijinakkannya. Tapi ketika ia menyadari dihadapannya ada dua Calon Dewa yang bisa dengan mudah menetralisir kemampuan dan memanipulasi keadaan niatnya surut dan diurungkannya.

Para Moderator kecuali Soluna yang sedang menyembuhkan Naraka dan Bayi melihat kearah Yoke dan Zahal.

Zahal : "Benar, saat itu aku menyadari bahwa Juan adalah satu-satunya Calon Dewa yang tidak bisa kupanggil."

"Ketika Kimochi masih bersamanya untuk menunggunya memilih gulungan sementara Moderator lain berkumpul untuk menemui ku karena aku merubah seorang Moderator bernama Nando menjadi Gulungan Duplication untuk menguji kemampuan Manipulationku."

"Ketidakhadiran Kimochi malah membuatku terpikirkan rencana untuk memancingnya ke Louise Castle, tempat para Moderator berkumpul, Moderator yang sudah sejak awal ku'Manipulasi'."

Para Calon Dewa disana hanya bisa mendengarkan ucapan Zahal.

Rebella : "Sebenarnya aku tak peduli, siapa itu Juan, siapa itu Kimochi. Tapi yang jelas tujuan kita semua disini sama."

Yoke : "Itu benar, karena tujuan kita sama, 'Untuk mengalahkannya kita harus bekerja sama di moment yang tepat!'."

Soraya & Tamasha terkejut mendengar ucapan Yoke.

Soraya : 'Barusan adalah...'

Tamasha : 'Kode...'

Ratatta : 'Kami harus melumpuhkan Zahal disini bersama!'

Soraya, Tamasha, Ratatta, dan Rebella yang masih fit dan tidak terluka parah saling memandang satu sama lain setelah mendengar ucapan Yoke.

Soraya : 'Setelah saling memandang, mereka semua melihat kearahku. Artinya memang mereka sudah menyadari apa yang dimaksud Yoke.'

Soraya duduk dengan tenang sambil mengamati Gulungan Undang-undang.

Zahal melihat sekeliling dengan aneh sambil tetap merangkul Yoke : "Sekarang aku bahkan bisa me-Manipulasi tubuhmu agar terus memegang Excalibur supaya aku bisa terus mengendalikan kemampuan 'Purification' milikmu."

Yoke : "Justru itu yang sedang kurencanakan..."

Tangan kanan Yoke tiba-tiba menebaskan Excalibur kearah Zahal dengan kekuatan dan kecepatan penuh.

Zahal menghindarinya dengan merunduk.

Zahal : "Berhasil hidup berkali-kali setelah terbunuh Extremus akhirnya membuatku mampu beradaptasi dengan membandingkan antara kecepatan luar biasa miliknya dan kecepatan manusia biasa sepertimu, hehe."

Seluruh Moderator dan Calon Dewa yang ada disitu melihat tubuh Yoke yang perlahan melemah, semakin lemas.

Extremus : "Jadi itu tujuanmu memicu 'Dragon Nest' dengan membunuh 'Vilxliv' dan akhirnya membuatku membunuhmu berkali-kali?"

Tubuh Samarinda yang masih diinjak oleh Zahal itu menyampaikan apa yang ada dalam pikiran Extremus.

Zahal : "Kau ternyata hanya maniak otot yang terlalu mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan regenerasi dari kaum Naga. Bukankah sudah jelas bahwa banyak keuntungan yang kudapat dari setiap langkahku, makhluk purba..."

Tamasha : 'Yoke rubuh, sedikit lagi kekuatannya akan lenyap jika ia pingsan dan kehilangan kesadaran karena kelelahan, itulah kesempatan kami!'

Soraya terus memandang kearah Gulungan nya.

Ratatta : 'Jika Soraya tak melihat Gulungan miliknya mungkin mereka tak sadar bahwa Yoke sengaja melepaskan serangan kuat untuk menghabiskan tenaganya sendiri agar energinya habis dan efek Purification miliknya hilang sehingga kami bisa bergerak untuk mengatasi Zahal karena kemampuan kami sudah kembali!

Saat ini kami Calon Dewa yang tersisa disini harus bekerjasama dengan baik dan meringkus Zahal!'

Nama-nama Calon Dewa yang sebelumnya terlihat karena efek 'Purification' milik Yoke, kini lenyap satu persatu karena efek Hidden kembali aktif.

Soraya melotot kearah Rebella : "Sekarang!!!"

Tubuh Yoke rubuh. Rebella melesat secepat mungkin kearah Zahal dan menendang dagunya.

Tamasha mundur sejauh mungkin, Ratatta berlari kearah Rebella, Soraya berdiri dan memutuskan untuk mundur.

Tamasha : "Yoke pingsan kelelahan! Kekuatan kita kembali! Lumpuhkan Zahal disini!"

Ratatta yang mendekat kearah Rebella yang barusan menendang Zahal berusaha menghadapi Zahal.

Ratatta : "Sementara ini aku yang akan mengatasinya!"

Zahal : "Tubuhku tak bisa bergerak karena 'Ilusi' ya."

Soraya : "Louise! Bantu aku untuk memindahkan Naraka, Bayi, dan Samarinda menjauh dari sini!"

Louise : "Baik nona Soraya!"

Soraya : 'Bagus! Sesuai dugaanku, ternyata Moderator yang dinilai paling cerdas seperti Louise sekalipun ternyata tidak memilih Calon Dewa untuk dilayaninya!'

Zahal berusaha menjaga keseimbangannya.

Zahal : "Ilusi yang merepotkan."

Ia berusaha kembali menegakkan Tubuhnya.

Rebella : "Belum selesai!"

Kaki kiri Zahal terkena tendangan Rebella dan membuatnya terjatuh.

Tamasha : "Soluna, bawa Extremus pergi menjauh!"

Soluna : "Baik, Nona Tamasha!"

Soluna menggendong Extremus, tubuh Samarinda.

Extremus : "Hei lepaskan aku!"

Soluna : "Akhirnya ada kesempatan bagi Elf merasakan bagaimana membawa Raja Naga keluar dari Medan pertempuran."

Soluna meledek Extremus dengan nada dingin.

Disekeliling Zahal muncul ratusan Naga yang siap menyerangnya.

Zahal : "Ilusi lagi ya..."

Ratatta : "Serang ia Rebella, ia terjebak dalam Ilusi dan berhenti sementara!"

Ratatta semakin dekat kearah Rebella dan Zahal. Rebella menendang kearah wajah Zahal, tak disangka ia mampu menahan tendangan Rebella dengan tangan kirinya.

Zahal : "Lemah, tapi merepotkan..."

Rebella : "Dia masih bisa bertahan dari Ilusimu!"

Seluruh bangunan di kota itu seketika melebur menjadi debu. Akar dan Cabang Pepohonan yang sebelumnya dibentuk oleh Xero juga ikut layu dan menjadi debu.

Ratatta : "Apa?"

Ratatta mencari sosok Goldy, Naga Emas yang sempat dijinakkannya : "Goldy, bantu aku! Eh? Kakiku!"

Kedua kaki Ratatta terperosok dalam tanah yang berubah menjadi pasir dan menahan gerakannya.

Zahal : "Naga Emas milikmu takkan lagi membantumu, ia adalah bagian dari 'Quest' ini dan aku bisa dengan mudah memanipulasi pergerakannya."

Sosok Masriz yang awalnya memantau mereka dari atas gedung kini terpaksa turun karena pijakannya berubah menjadi debu dan melebur bersama pasir dari bangunan lain dan dataran yang semuanya berubah menjadi pasir.

Masriz : "Yah, jadi ketahuan..."

Soraya : "Tamasha ini kesempatanmu!"

Tamasha dengan cepat melesat kearah Zahal dan mengambil ancang-ancang untuk menebas dengan Rapier miliknya.

"Jangan salah bertindak sedikit saja dihadapanku..."

Dari belakang, mulut Tamasha dibungkam oleh Zahal, tangan kanannya ditarik kebelakang dan ditahan sedemikian rupa.

"AW!!!"

Zahal memutar telapak tangan kanan Tamasha yang masih memegang Rapier, membuat pergelangan tangan Tamasha terkilir dan langsung bereaksi melepaskan Rapier karena terkejut oleh rasa sakit.

Hal serupa terjadi pada Ratatta & Soraya yang dilumpuhkan oleh Zahal.

Sementara Rebella bergerak menjauh dengan cepat begitu menyadari keberadaan yang mencurigakan untuk menghindari Zahal.

Masriz : "Nah, habis satu persatu didepan Zahal ya."

Zahal berdiri didekat Masriz : "Sepertinya aku tak perlu melakukan apapun terhadapmu pak tua."

Masriz : "Memang manusia yang cerdas harus cepat belajar dari kesalahan."

Ratatta : "Bahkan Ilusi seperti itu bisa kau mentahkan."

Zahal : "Dibandingkan kemampuan Spiritual Vilxliv dan Cabikan Extremus, Ilusi rendahan darimu dan tendangan mentah Rebella bukan apa-apa."

"Aku mempelajari System kemampuan 'Reincarnation' ketika melawan Vilxliv, dan menyadari bahwa setiap setelah bangkit dari kematian berkat kemampuan Reincarnasi, pengalaman bertarung, kemampuan belajar dari kekalahan, juga kemampuan bertarungnya meningkat pesat, jadi hal itu juga terjadi padaku.

Daya tahan tubuhku terhadap kekuatan Spiritual, Mental, bahkan Fisik, semakin sering bangkit dari kematian maka semakin tinggi."

Ratatta berlutut ditempat, kakinya terpendam dalam pasir sedalam paha.

Ratatta : "Gagal..."

Soraya : "Jangan salahkan dirimu Ratatta, Jika ia bisa Memanipulasi apapun semaunya, aku menyadari bahwa Ilusimu sebenarnya meleset pada Duplikat Zahal."

Ujar Soraya setelah melihat setidaknya ada tiga Duplikat Zahal, masing-masing satu Duplikat melumpuhkan Tamasha, Ratatta dan dirinya sendiri.

Masriz : "Disini kau membuat mereka bergelimpangan satu persatu Zahal."

Zahal : "Ini terlalu mudah, justru klimaksnya adalah mereka yang tidak ada disini bukan."

Soraya terkejut dengan ucapan Zahal dan seketika itu melihat Gulungannya : 'Benar... Dari daftar Gulungan menunjukkan Gulungan Undang-undang lenyap satu-persatu karena diambil oleh seseorang.'

Phantasma Forest.

Juan yang bertelanjang dada kini mendekati Kimochi.

Kimochi : "Nah, tuan Juan, mendekatlah seperti itu. Kita perlu istirahat dan bersantai."

Juan mengangguk dengan tatapan sayu.

Jarak diantara keduanya makin dekat hingga kabut tak lagi menghalangi pandangan mereka.

Dari belakang tangan Juan memeluk Kimochi, semakin lama pelukannya semakin erat.

Juan : "Kimochi, jangan pergi jauh dan meninggalkanku..."

Di sebuah area yang dipenuhi Gunung berapi Aktif.

Pierre berjalan perlahan sendirian, tubuhnya terlihat kaku.

Pierre : "Sekarang apalagi?"

Beberapa detik berlalu, lalu ia mengangguk perlahan seolah menyanggupi sesuatu.

V02 Monopoly District. Perkotaan yang kini runtuh menjadi Padang pasir gersang karena tak ada lagi bangunan yang tersisa.

Para Moderator berbaris lurus dengan rapi, dihadapan mereka tubuh Naga Naraka dan Bayi, juga Goldy, Naga Emas yang sempat dijinakkan Ratatta terpendam dalam Padang pasir itu hingga sedalam leher.

Tangan dan kaki Samarinda yang didalamnya terdapat jiwa Extremus terpasung. Begitu pula tubuh Bayi yang didalamnya terdapat jiwa Pasukan Naga yang sempat ditukar oleh kemampuan 'Reposition' milik Samarinda."

Soluna menggunakan sihir pemulihannya untuk menyembuhkan bagian tubuh Extremus yang didalamnya terdapat jiwa Samarinda.

Masriz dan Zahal duduk berdampingan diatas karpet merah yang indah menikmati secangkir kopi, sementara disebelah kiri Zahal tubuh Yoke terbaring, kedua tangan dan kakinya terpasung.

Diahadapan mereka berdua, masing-masing Tamasha, Soraya, dan Ratatta berlutut. Kedua tangan dan kaki mereka terikat dibelakang.

disebelah Tamasha yang kini hanya berbalut selimut seperti awal kemunculannya, kini berada di paling ujung, terlihat seluruh Pusaka atau Artifak Dewa yang terkumpul menjadi satu, kecuali 'Sleipnir' milik Masriz.

Masriz : "Yah, aku belum bisa berkomentar tentang hasilnya. Tapi jika seluruh Calon Dewa berhasil dilumpuhkan seperti ini, secara otomatis sebagai Dewa yang masih menjabat aku akan mengalihkan jabatanku sebagai dewa kepada Calon Dewa yang mampu melakukan itu."

Zahal : "Sudah jelas, 'Bagaimana cara menjadi Dewa' adalah prinsip yang harus dipegang sejak awal untuk dapat bertahan dalam dunia ini."

Masriz : "Langkah-langkah untuk menjadi Dewa, termasuk Image yang terbentuk setelah melalui langkah yang dipilih itulah yang menentukan seseorang pantas menyandang gelar itu atau tidak."

Zahal : "Sejujurnya aku merencanakan sedikit langkah dan sempat berhenti ketika berhadapan denganmu. Walaupun aku sudah memperkirakan kemungkinan akan kalah dengan cara mengincar 'Option' , 'Repetition', & 'Reincarnation'.

Saat sadar perbedaan penggunaan kemampuan, aku melakukan Improvisasi.

Dan ternyata Improvisasi yang berhasil bahkan bisa mengumpulkan sebagian Calon Dewa yang dominan sekaligus melumpuhkan Extremus."

Masriz : "Tentunya kau tak mungkin mengira bahwa Tamasha akan menggunakan Artifak Dewa yang akan memantulkan kemampuan pertukaran Jiwa Samarinda dan Extremus, kan?"

Zahal : "Tidak sedetail itu, yang jelas membuat Calon Dewa yang cukup berbahaya seperti Juan dan Tamasha bisa berkumpul disini hingga bertemu dengan Extremus sekaligus Yoke adalah tujuan awalku."

Masriz : "Lalu seperti ketika bertarung melawanku dan Extremus sebelumnya, tujuanmu mengumpulkan mereka kali ini juga mengumpulkan data dan informasi bagaimana mereka bertarung memaksimalkan Kemampuan Gulungan mereka, terutama Tamasha dan Yoke yang belum pernah tampil dan menunjukkan kemampuan mereka?"

Zahal : "Ya, setelah mengetahui pola pikir mereka, jika sesuatu berkembang diluar perkiraan seperti barusan, toh aku memiliki kemampuan dasar yang bisa kuandalkan. Manipulasi dan kemampuan lainnya."

Tamasha : "Sampai setingkat ini ya..."

Ratatta : "Memalukan sekali, bahkan setelah kita bertemu kembali aku masih belum berkembang pesat, tuan Masriz!"

Masriz menoleh kearah Ratatta : "Itu tidak benar Bocah, kau sudah cukup berkembang sejak terakhir kita bertemu.

Berhadapan dengan Zahal disini adalah pencapaian yang perlu diakui."

Masriz dan Zahal tertawa bersama.

Soraya : "Apakah ini adalah inti permainan ini? Kita masih bisa tertawa bersama bahkan merasakan ketenangan walaupun sudah tertangkap dan berada diambang kekalahan?"

Zahal : "Hahaha, orang-orang yang terlalu berambisi dalam mencapai ketenaran di dunia nyata akan hancur disini.

Justru dalam permainan inilah sarana kita sebagai pemuda untuk berlatih 'Bagaimana menjadi Penguasa'.

Bukan begitu pak tua?"

Zahal menoleh kearah Masriz dan menyeruput sedikit Kopi dalam cangkirnya.

Masriz : "Sepertinya cara berpikirmu tak jauh dariku. Ya, sebetulnya aku tak memihak dan mempermasalahkan siapapun yang menjadi Dewa penerusku kelak.

Hanya saja setiap Calon Dewa dengan tujuan dan karakteristik yang berbeda punya peluang menjadi Dewa.

Nasib dunia ini kedepan juga akan ditentukan dari itu semua."

Ratatta : "Itulah kenapa selain kecerdasan, kemampuan, kecakapan mengendalikan kemampuan yang dimiliki, kelihaian mencermati situasi, kondisi, bekerjasama dan memimpin juga diperlukan.

Dan Zahal nyaris memenuhi itu semua."

Zahal : "Tidak hanya aku saja... Bukankah dari sepak terjangku kau tahu bahwa aku buruk dalam bekerjasama? Hanya saja aku menutupi kelemahanku dengan memperkuat kelebihanku dalam hal lain."

Zahal : "Kondisi ini belum bisa dibilang selesai. Perubahan bisa saja terjadi tergantung dari mereka, Calon Dewa yang tidak ada disini. Bahkan Rebella yang berhasil lolospun berpeluang untuk membalikkan keadaan."

Tamasha : "Luar biasa, dengan kapasitas kemampuan dan intelektual seperti itu kau tidak lengah bahkan setelah mengungguli lawan. Berasal dari mana sebetulnya kau ini?"

Zahal tersenyum. Masriz memejamkan mata sambil menyeruput secangkir kopi miliknya.

Aoryu Akagakure.

Snipy : "Pierre kini bersama Brunott. Brunott mendapatkan banyak gulungan dengan sangat cepat.

Sepertinya kali ini Pierre berada dalam situasi sulit."

Snipy melihat isi Gulungan miliknya. Matanya terbelalak lebar, bukan karena terkejut, tapi karena ia membuat kemampuan 'Specification' miliknya aktif dan melihat apa yang terjadi dengan sangat 'Spesifik'.

Zahal : "Calon Dewa yang ada diluar sini, jika mereka salah melangkah, mereka bisa terpeleset karena kecerobohan mereka, atau malah menguntungkan kalian atau aku disini."