Di hamparan Padang Pasir yang luas.
Terlihat Makhluk hidup berdiri berbaris dengan rapi.
Milyaran, tidak, Trilliunan.
Namun, sebanyak itu makhluk disana, tetap terlihat sedikit dibandingkan luasnya Padang Pasir disana.
Di hamparan paling belakang, Berdiri barisan Titan yang jumlahnya ribuan, barisan di depan para Titan, berdiri ratusan Golem, setelahnya di depan barisan para Golem, berdiri barisan para Cyborg yang jumlahnya puluhan ribu.
15 Calon Dewa dari 8 Benua berkumpul disana. 19 Ras berbaris berdampingan. 45 Gulungan Undang-undang Dasar tertata rapi dihadapan para Calon Dewa.
Para Moderator berdiri berjajar dalam satu baris lurus, Moderator yang tereliminasi tidak dapat kembali disana. Sama halnya dengan Moderator para Calon Dewa berbaris lurus dalam satu barisan.
Masriz berdiri paling depan. Tubuhnya menghadap seluruh makhluk di Padang Pasir itu.
Semua makhluk melihatnya dengan pandangan hormat sekaligus sayang tak terkecuali para Moderator.
Calon Dewa menundukkan pandangan mereka begitu menyadari Masriz mengayunkan kakinya menuju mimbar kayu dihadapannya. Melangkah satu demi satu menaiki tangga mimbar.
Pandangan matanya yang tajam disertai sikap tubuh tegap dengan raut wajah ramah membuatnya berkilau dipagi hari yang cerah itu.
Masriz : "Selamat pagi seluruh Makhluk Awaland."
Suaranya menggema. Tenang namun terdengar tegas. Sebuah kemampuan yang menopang dunia itu memungkinkan suaranya terdengar oleh seluruh hadirin disana tanpa terkecuali.
Masriz : "Sudah 3 hari berlangsung sejak para Moderator memilih dan menjemput para Calon Dewa kemari.
Kini tiba saatnya aku, Dewa Awaland Generasi ke-3, Masriz.
Menobatkan Jabatanku kepada Calon Dewa Generasi ke-4.
Dengan ini, seluruh Gulungan Undang-undang milik Calon Dewa hari ini kembali ke tanganku.
Seluruh Moderator dan Calon Dewa yang tewas berhasil dibangkitkan..."
Seketika setelah Masriz berhenti pada kata itu, nyaris seluruh makhluk berbisik lirih.
Para Calon Dewa menyadari rasa penasaran seluruh makhluk dari seluruh ras dan mengabaikan bisikan mereka.
Masriz berdehem dan melanjutkan pidatonya : "Ehem... Ya, saya mohon maaf.
Sebuah kejadian diluar dugaan dan belum pernah terjadi sebelumnya kini, di Pemilihan Calon Dewa Generasi ke-4 terjadi.
Salah satu Calon Dewa, Zahal. Tak diketahui keberadaannya.
Beberapa berpendapat bahwa ia sudah Mati terbunuh kemarin oleh Calon Dewa lain. Namun kemampuan kami tidak dapat menelusuri Rekam Jejak kematian dan tidak menemukan jasadnya.
Beberapa yang lain berpendapat bahwa ia berhasil kabur dari Awaland dan kembali ke dunia asalnya, Dunia Manusia."
Suara bisikan seluruh Makhluk terdengar lebih jelas dibanding sebelumnya.
"Ada juga Calon Dewa yang bisa kabur dari sini sebelum Penobatan ya?"
"Ah, Moderator nggak becus menjaga permainan."
"Bukan begitu, Calon Dewa Generasi ini kabarnya mempunyai tingkat Intelektual yang berbeda dibanding Generasi sebelumnya."
"Iya, bahkan kabarnya tuan Masriz ikut berpartisipasi dalam permainan sebagai Calon Dewa dan turun mengawasi jalannya proses seleksi."
"Jadi begitu, kita nggak mungkin menyangka beliau nggak becus menangani masalah ini 'kan?"
Masriz merubah mimik wajahnya, disaat yang sama seluruh makhluk berhenti berbisik dan kembali melihat wajah Dewa mereka seketika.
Masriz : "Di dunia asal kami, Manusia adalah makhluk dengan strata paling tinggi, kemampuan sosial, tingkat kecerdasan, yang berada diatas rata-rata makhluk hidup lain.
Bahkan kalian sendiri makhluk Awaland sendiri menyadari bahwa konon dunia ini dibentuk oleh Dewa Pertama, yang merupakan Pencipta Awaland ini.
Dan beliau adalah Manusia yang sama seperti kami."
Masriz menatap mereka kembali dengan raut wajah lebih ringan : "Zahal adalah salah satu Calon Dewa dengan tingkat kemampuan diatas rata-rata dan mampu melangkah dengan langkah yang berbeda dibandingkan Calon Dewa lain yang pernah ada disini."
Masriz : "Dan karena itulah sebagai Dewa, aku akan mengumumkan Peringkat akhir dari seluruh Calon Dewa yang berpartisipasi di Awaland ini."
Seluruh Calon Dewa terlihat gugup. Bahkan Juan dan Tamasha yang biasanya tenang kini tak sabar mendengar pengumuman Masriz.
Masriz : "Peringkat 10 : jatuh pada, Brunott.
Brunott memiliki Gulungan Undan-undang Dasar dengan jumlah terbanyak, memiliki kapasitas untuk mengimbangi banyak Calon Dewa begitu 10 Gulungan Undang-undang Dasar menjadi miliknya.
Sayang ia tidak menggunakan kekuatannya dengan bijak, terkesan serakah, dan egois."
Brunott merunduk malu : "Setidaknya aku masuk peringkat sepuluh besar."
Tamasha melihatnya dengan sebal : "Kau sempat menipuku dengan berpura-pura setia menjadi bawahanku dasar 'Stalker'..."
Tamasha berbisik dengan wajah kesal.
Masriz : "Peringkat 9 : Jatuh pada, Bayi.
Memilih Calon Dewa dibawah usia 13 tahun memang sangat beresiko. Namun ia berhasil membuktikan untuk dapat beradaptasi dan berpikir semakin dewasa seiring jalannya pertandingan yang hanya berjalan 2 hari kemarin."
Bayi tertunduk malu. Soraya, Samarinda, Naraka, dan Rebella tersenyum melihatnya tersipu malu.
Masriz : "Peringkat 8 : Jatuh pada, Naraka.
Pada awal kedatangan, ia memilih sebuah Gulungan Kemampuan yang Ideal bagi Dewa. Bahkan Dewa Generasi ke-2, Louise, menggunakan kemampuan 'Creation' sebagai awal. Namun, Naraka sempat kurang mampu memaksimalkan kemampuan dari Gulungan tersebut.
Hingga akhirnya ia cukup banyak berjasa dengan pengorbanan saat bertarung melawan Extremus."
Naraka menengadahkan kepalanya : "Haha, nggak sombong nih."
Soraya : "Jangan meniru gayaku dasar cowok sok!"
Samarinda dan Bayi tertawa melihat kedua temannya bertengkar.
Ratatta ikut tersenyum melihat hal itu.
Saberio : "Aku pasti masuk peringkat 5 besar!"
Rebella : "Tak mungkin! Aku saja nggak yakin masuk 10 besar!"
Samarinda : "Kalau Rebella saya tak yakin masuk 10 besar, apalagi aku ya."
Rebella yang sebelumnya menanggapi Saberio dengan sikap jutek tiba-tiba lunak ketika mendengar ucapan Samarinda.
Rebella : "Sudah, nggak usah Mellow gitu!"
Masriz : "Peringkat 7 : Jatuh pada, Samarinda."
Samarinda melompat kegirangan : "Kau dengar itu dasar jalang! Hahaha! Aku masuk 10 besar dan berada di peringkat 7!"
Gadis yang terkenal kalem itu tiba-tiba melompat-lompat dan salto jungkir balik karena senang.
Naraka : "Gadis ini mengerikan juga ketika sedang gembira ya."
Rebella : "Dia menjadi orang lain."
Bayi : "Huahahahaha, lucu sekali Samarinda kalo lagi senang!"
Surya : "Sayangnya aku mati di awal permainan dan nggak bisa ikut berpartisipasi."
Mamba : "Tapi ternyata Calon Dewa yang mati tetap bisa mengamati jalannya permainan ini sampai selesai kan."
Saberio : "Benar sekali, diakhir terjadi pertempuran yang seru sekali!"
Masriz : "Walaupun sempat mati, tapi aku memposisikannya pada peringkat 7 karena ide dan strateginya untuk membantu tim dalam menyelesaikan masalah."
Bayi : "Itu benar! Aku sempat sedih ketika mendengar Samarinda mati gara-gara Brunott."
Tamasha : "Aku akui Samarinda banyak memegang peranan di akhir pertempuran."
Soraya : "Jika Samarinda tewas diawal permainan, aku tak bisa membayangkan mengimbangi Extremus ditengah pertempuran itu."
Masriz : "Berikutnya, peringkat 6 : Jatuh pada, Soraya.
Soraya, dengan kemampuan 'Negotiation', mampu menyatukan 3 orang yang berbeda karakteristik dalam satu tim. Bergerak dan melangkah seperti seorang pemimpin dan memberi keputusan final dalam tim, juga menjaga tim tetap seimbang."
Soraya menengadahkan kepalanya seperti biasa dan tertawa sinis : "Huaha... huahahaha."
Samarinda, Naraka, dan Bayi kompak : "Ketawanya jelek sekali."
Masriz : "Setelah mengalami satu kali pertemuan denganku. Pria dewasa yang penyendiri dan awalnya penakut ini berhasil mengubah kepribadiannya menjadi lebih tenang dan rasional.
Peringkat ke 5 : Jatuh pada, Ratatta."
Ratatta terkejut, tak terasa senyum tersirat dari wajah polosnya : "Terima kasih tuan Masriz."
Masriz tak menanggapi, namun ia tak bisa menyembunyikan senyumannya untuk menghargai pemuda yang mengaguminya itu.
Masriz : "Peringkat ke 4 : Jatuh pada Zahal.
Sebetulnya sebagai Dewa yang menganggap Zahal sebagai Calon Dewa yang kabur dan tak melanjutkan permainan, aku sempat berpikir untuk mendiskualifikasinya sebagai Calon Dewa. Namun, coba kita ingat bersama.
Diantara seluruh Calon Dewa, hanya Zahal yang mendapat Gulungan Undang-undang dasar tanpa Merebut, Memaksa, apalagi Membunuh Calon Dewa lain."
Tamasha : "Benar juga, segala yang dilakukannya murni umpan dan pancing, nyaris semua kejadian seolah digiring olehnya menuju titik akhir yang membuatnya tak perlu mengotori tangannya sendiri."
Juan menoleh kearah Tamasha : "Aku hanya bertemu dengannya dua kali. Sepertinya ia hanya menampakkan diri di depan Calon Dewa ketika permainan mulai menuju akhir."
Soraya, Naraka, Samarinda, Bayi, Brunott, dan Tamasha yang pernah bertemu dengan Zahal mengangguk mendengar ucapan Juan.
Saberio : "Sialnya aku tidak pernah bertemu dengannya, pasti akan seru bertarung dengannya."
Rebella : "Bodoh, yang penting sekarang menyimak siapa Peringkat ke-3 hingga Peringkat Pertama!"
Masriz : "Setelah itu, seorang gadis yang menginginkan perdamaian dunia dan berniat menjaga kesimbangan seluruh Ras, Rebella menempati Peringkat 3 karena tekad kokohnya untuk menjaga sesama Makhluk hidup.
Nilai lebih juga diberikan karena ia bisa menepati 'Negosiasi'nya dengan Soraya untuk bekerjasama hingga akhir permainan."
Rebella : "Heh... Peringkat 3 ya. Bagus sekali dibandingkan para pecundang lainnya."
Seluruh Calon Dewa melihatnya dengan tatapan sebal.
Saberio : "Mulutmu masih tajam seperti biasanya, bocah..."
Saberio : "Namaku belum disebut! Aku pasti menempati peringkat pertama!"
Soraya : "Sama sekali tidak mungkin."
Masriz : "Pemuda dengan tubuh segar dan wajah manis dan tatapan tegas, Juan..."
Brunott : "Juan ya?"
Samarinda : "Pria paling manis diantara Calon Dewa ya memang Juan kan."
Juan : "Biasa saja ah..."
Pierre : "Jiahahaha, Pengecut yang bisanya tempur-kabur dan sembunyi-sembunyi itu Juara 2 ya."
Masriz : "Sayangnya, Juan tidak menempati Peringkat ke-2. Peringkat kedua ditempati oleh Calon Dewa yang sampai akhir mampu mengendalikan nyaris seluruh Moderator dan mampu menggunakan 'Satu Set' penuh 'Artifak Dewa'."
Seluruh Dewa serentak menoleh kearah Tamasha.
Masriz : "Ia tidak begitu banyak bertindak diawal permainan untuk menganalisa informasi tentang permainan ini dan pesaingnya. Tapi di akhir ia banyak berperan, terutama Event Dragon Nest, dan Pertarungan melawan Extremus, juga Brunott.
Selamat untuk Tamasha."
Tamasha menoleh ke seluruh Calon Dewa : "Maaf-maaf, nggak sombong nih."
Soraya : "Kau memang pantas mendapatkannya, Tamasha."
Brunott : "Hebat, Macha!"
Tamasha : "Terima kasih Soraya, dan... diam kau Pengkhianat!"
Tamasha memalingkan wajahnya dari Brunott karena sebal.
Masriz : "Lalu, karena berhasil mendapat beberapa Gulungan Undang-undang lebih banyak dibanding sebagian besar Calon Dewa, karena taktik sederhana namun mengena, karena berada di tempat dan saat yang tepat ketika dibutuhkan..."
Rebella : "Juan.."
Soraya : "Juan..."
Naraka : "Juan..."
Bayi : "Juan..."
Pierre : "Juan..."
Snipy : "Juan..."
Tamasha : "Juan..."
Saberio : "Aku..."
Juan : "Saberio..."
Tamasha : "Dasar bodoh!"
Masriz : "Selamat untuk penerima gelar dan posisi sebagai Dewa Awaland Generasi ke-4..."
"Juaaaaaaaaan!!!"
Tubuh Juan bersinar. Awan mendung menutupi sebagian besar daratan, cahaya matahari menyorot kearah Juan menembus awan. Spotlight menuju kearahnya.
Seluruh Ras dan Makhluk di Awaland bersorak.
Para Calon Dewa memberi ucapan selamat kepada Juan.
Masriz : "Berdirilah disini Juan, kau akan menerima seluruh kemampuan dari Gulungan Undang-undang Dasar dan Tahta Dewa."
Juan melangkah kearah Masriz yang berdiri tegak diatas mimbar, disebelahnya terdapat sebuah podium penobatan, tempat yang dimaksud Masriz.
Masriz : "Tahta dewa membuatmu dipatuhi seluruh Makhluk dan Ras di Awaland, dihormati seluruh Moderator, bahkan Hidden Moderator akan tunduk dengan kata-katamu."
Tamasha memiringkan tubuh kearah Soraya yang berdiri persis disebelahnya : "Mungkin itu sebabnya Extremus sama sekali tak mengincarnya saat kita bertempur."
Soraya : "Selain itu memang dari awal 'kan Masriz nggak berniat berkonfrontasi dengan Calon Dewa manapun."
Yoke yang tepat berada diantara Soraya dan Snipy berhenti bercanda dengan Pierre dan Snipy begitu mendengar ucapan Soraya barusan : "Hei, jangan salah, orang itu dari awal berniat mengejarku lho."
Juan berada di Podium di sebelah Mimbar Masriz.
Masriz : "Sebagai Dewa Generasi ke-3, saya, Masriz, akan menyerahkan Tahta Dewa kepada Juan beserta seluruh Gulungan Undang-undang Dasar. Selanjutnya setelah Juan menjadi Dewa Generasi ke-4, kemampuan yang ada didalam Gulungan Undang-undang Dasar yang sebelumnya akan hilang dan diganti dengan kemampuan baru sesuai kebijakan Juan sebagai Dewa Generasi ke-4."
Juan memandang ke seluruh penjuru dengan pandangan mantap.
Juan : "Sebelum kemampuan dari Gulungan Generasi ke-3 dihilangkan, saya mohon ijin untuk mempergunakan salah satu kemampuan untuk melakukan sesuatu."
Masriz : "Silahkan."
Juan : "Ini adalah kemampuan 'Reincarnation', milik Zahal yang saya ambil dari setelah semua gulungan miliknya keluar. Sebelumnya saya akan menggunakan kemampuan 'Specification' dari Gulungan milik Snipy yang sudah diserahkan pada anda, tuan Masriz."
Masriz : "Boleh saja, karena sedikit lagi kau menjadi Dewa dan sudah menjadi hakmu untuk menggunakan otoritas Calon Dewa yang terpilih untuk melakukan itu."
Gulungan Specification berhasil menyatu dalam tubuhnya.
Mata Juan terbelalak. Ia melihat Gulungan kemampuan 'Reincarnation'.
Tamasha berbisik kepada Soraya : "Kira-kira apa yang akan dilakukannya?"
Soraya : "Menyelidiki tentang keberadaan Zahal, barangkali."
Juan : "Baik, Gulungan 'Reincarnation' ini asli."
Juan : "Datanglah padaku!"
Seluruh Calon Dewa dan Moderator beserta penghuni Awaland menanti apa yang akan dilakukan Juan.
Juan : "Kimochi! Hiduplah kembali! Reincarnation!"
Secercah Cahaya Mentari tersorot pada satu titik dihadapan Juan.
Cahaya itu menyebar dan berkilau semakin terang hingga menyilaukan seluruh penjuru Awaland.
Tubuh Kimochi terbujur, sesaat kemudian matanya perlahan terbuka.
Masriz : "Menghidupkan Moderator yang tereliminasi dalam permainan, ya."
Yoke melihat ke arah barisan para Moderator : "Karena Masriz nggak mengumpulkan para Moderator, Juan memutuskan untuk menghidupkan kembali Moderator yang saat itu terbunuh oleh Extremus didepanku ya."
Kimochi melihat sekeliling : "Ini..."
Kimochi : "Penobatan Calon Dewa menjadi Dewa Generasi selanjutnya!"
Kimochi mencari-cari satu titik : "Tuan Juan!?"
Wajahnya berhenti, ketika menemukan titik yang dicarinya wajahnya memerah, tersimpul senyum tulus yang alami, matanya berkaca-kaca.
Senja mentari membuat warna Jingga diufuk menerpa seluruh makhluk disana dan memperindah moment itu.
Juan menatap mata Kimochi dari jauh dalam-dalam.
Juan : "Kupersembahkan akhir yang indah untukmu, Kimochi."
Suara rendah namun tegas dan penuh kekuatan dan kemantapan itu meresap begitu dalam, jauh ke dasar relung hati Kimochi.
Kimochi memperkuat pijakannya dan mencoba untuk berdiri. Senyumnya masih belum hilang dari wajahnya yang manis, putih, dan berpipi merah.
Ia melangkah perlahan kearah Juan.
Mentari senja bersembunyi semakin rendah melihat roman kala itu.
Masriz : "Oi Author... Adegan Roman basi gini bisa di skip nggak..."
Seluruh Calon Dewa bersorak : "BARUSAN SECARA NGGAK LANGSUNG ANDA SUDAH SKIPPING SCENE!"
Yoke : "Dasar perusak suasana..."
Juan dan Kimochi tersenyum sambil berpelukan.
Kimochi : "Walaupun tak melihat bagaimana anda berjuang, tapi aku bersyukur anda akhirnya bisa terpilih menjadi Dewa, tuan Juan!"
Juan memejamkan mata sambil tersenyum : "Seringkali Kemenangan akan membuat kita Mengabaikan Proses dan Menikmati Hasil. Sedangkan Perjuangan membuat kita Menikmati Proses dan Mengabaikan Hasil."
Masriz : "Baiklah, dengan ini Juan terpilih menjadi Dewa Generasi ke-4!!!"
Seluruh Calon Dewa, Makhluk, Ras, dan juga Moderator yang ada disana bersorak merayakan kemenangan Juan.
"Selamat ya, Juan..."
Seluruh Awaland mendadak hening mendengar suara yang tenang, kalem, namun dingin yang menggema barusan.
Sosok Pria dewasa, bertubuh tinggi, tegak, mengenakan Jaket kulit terbuka dan Celana berbahan Jeans Hitam, Sweater lengan panjang berwarna putih bersih sebagai pakaian didalam jaket kulit. Sepatu Sport merk terkenal di dunia manusia.
Ia berdiri persis dibelakang Juan.
Pria dengan gaya Rambut Ponytail Semi-panjang Khas anak muda itu membuat Tamasha, Soraya, Rebella, Naraka, dan Bayi langsung mengingat sebuah sosok.
Juan menoleh ke belakang : "Suara rendah yang berbeda dari kemarin, namun warna suara yang sama..."
Juan : "Apa yang terjadi denganmu Zahal..."