Kimochi rupanya mengikuti Zahal dan Juan, ia terbang melayang dibelakang Zahal.
Sementara di Louise Castle Tamasha duduk bersama para Moderator disekitar meja makan ruang makan.
Louise : "Kimochi tidak berada di pihak kita nona Tamasha."
Tamasha : "Tak masalah, aku hanya perlu satu info terakhir dari kalian yang akan menentukan langkahku menjadi Dewa yang sesungguhnya dan keluar dari permainan konyol ini."
Naruna : "Memang masalah loyalitas, tidak diragukan lagi Louise adalah Moderator yang paling setia terhadap siapapun Calon Dewa yang menguasainya."
Selera : "Hei hei, jangan meledeknya Naruna, dia juga Moderator tercerdas diantara kita semua!"
Veleon : "Itu karena kau bodoh dan mudah dibodohi Selera..."
Dumstang : "Daripada membahas Louise, tidak bisakah kalian memperhatikan Hardlr yang terpaksa berdiri karena tak ada kursi yang muat digunakannya?"
Tamasha : "Jadi... Jika aku nggak menggunakan kemampuan Gratification, kalian punya kepribadian seperti ini ya... Moderator..."
Tamasha menepuk dahi melihat kelakuan para Moderator yang terkesan mengabaikannya.
Aoryu Akagakure.
Bayi : "WOHOOOOO SERU SEKALI!!!"
Soraya : "Jangan berisik Bayi, kita masih aman disini karena tidak bertemu dengan ras lain."
Bayi : "Hebat! Jadi ini juga salah satu kemampuan cewek ini ya?"
Bayi melirik kearah Samarinda.
Samarinda : "Kemampuanku adalah 'Reposition' yang berarti 'Memindah'.
Jadi aku bisa memindah dan menukar dua benda atau makhluk."
Soraya : "Termasuk Jiwa suatu makhluk ya."
Mereka rupanya berdiri diatas sosok Naga.
Bayi : "Jadi karena itulah kau menukar Jiwa Naraka dengan jiwa Naga yang tadi sempat kita serang?"
Samarinda : "Itu benar, kini selain punya Transportasi, kita juga punya 'Kastil' sekaligus 'Meriam' bukan?!"
Soraya menengadahkan kepala seperti biasa.
Bayi : "Sayang sekali kenapa bukan jiwaku yang kau tukarkan dengan jiwa Naga ini. Kan aku bisa paham rasanya jadi Naga yang kuat!"
Samarinda : "Justru karena itu. Kalau kau jadi Naga, kau akan membuang waktu dengan membanggakan diri dan membuat kita semua terhambat untuk menyelesaikan misi ini!"
Naga itu meraung dengan suara yang memekakkan telinga.
Soraya : "Sayangnya kami tidak bisa menerjemahkan bahasa Naga, Naraka."
Samarinda dan Bayi tertawa diikuti senyum sinis Soraya.
Rebella : "Mereka mengejar Gulungan Undang-undang yang mereka inginkan dan kini aku menjaga dua tawanan, Saberio dan Naga yang dijebak ditubuh lemah Naraka tanpa kekuatan Gulungan Undang-undang Dasar."
Ruichi : "Kak Rebella, sejak awal memang kaulah harapan untuk setia menjaga para Werewolves!"
Rebella : "Bagaimanapun aku juga harus bertambah kuat sebelum bertemu Calon Dewa yang mungkin saja mengancam keselamatan desa ini."
Kegelapan Malam membuat cahaya kunang-kunang terlihat jelas dari kejauhan. Pantulan cahaya bulan disungai dan danau juga membantu para Calon Dewa melihat dalam kegelapan.
Juan : "Kau bisa melayang dan melihat arah dalam kegelapan malam ini karena mengikuti arah Bintang, pantulan cahaya Bulan di sungai, atau karena kemampuanmu?"
Zahal : "Tak bisakah kau menanyakan pertanyaan yang lebih berbobot? Nasibmu ada di tanganku dan sebentar lagi aku akan menyelesaikan permainan ini."
Juan : "Kastil tadi beserta seluruh Moderator sudah dikuasai oleh Calon Dewa tadi, kau takkan memiliki peluang menang sedikitpun darinya melihat bagaimana seluruh Moderator berhasil dikendalikan dan akhirnya melindunginya."
Zahal : "Kita lihat saja nanti."
Padang Pasir Vadara.
Seekor Naga berdiri didekat Ratatta.
Ratatta : "Satu ekor Naga saja merepotkan begini."
Naga itu merunduk dan mendekatkan kepalanya kearah Ratatta.
Ratatta : "Memberi Ilusi pada makhluk lain sama seperti memprogram atau mensetting ulang otak suatu perangkat. Aku hanya perlu membuat otaknya mampu mencerna maksudku."
Ratatta berjalan perlahan keatas kepala Naga tersebut.
Ratatta : "Baiklah Naga, kita sekarang pergi menuju Raja Naga, bayangkan kau memiliki stamina berkali-kali lipat dan tubuhmu sedang berada dalam keadaan fit!"
Naga tersebut meraung disusul kepakan sayap yang kuat hingga tubuhnya terangkat perlahan.
Mereka pergi kesuatu arah, yang jelas tak terlihat bedanya arah manapun yang dituju dimana pasir seluas mata memandang.
Diarah berlawanan dengan posisi Ratatta, masih di Padang Pasir Vadara.
Piere : "Jiahahahaha, mempermainkan tiga ekor Naga sekaligus seperti ini menegangkan dan menyenangkan sekali, dan hey Snipy perlu waktu berapa lama lagi kau mau menghimpun tenaga?"
Tiga Ekor Naga mengejar Piere yang bergerak sangat lincah menghindari mereka.
Jauh dari posisi yang tak terlihat oleh pandangan mata Piere, Snipy membidik kepala salah satu Naga.
Piere : "Baiklah sekarang rasanya kau sudah cukup lama membidik, aku hanya perlu melakukan Rotasi agar ketiga Naga ini berada dalam satu garis Horizontal agar Snipy bisa melancarkan serangan dengan kekuatan 'Specification' miliknya.
Piere melompat mundur, telapak tangan kanannya melakukan gerakan memutar membuat dalam sekejap dua ekor Naga yang berada disekelilingnya berpindah di belakang Naga yang ada dihadapannya.
Saat itu juga Snipy di kejauhan menembakkan sesuatu yang tak terlihat dari jari telunjuk dengan bidikan dari ibu jarinya.
"WOOOOOZZZZZZ!!!!"
Terdengar suara hempasan angin yang hening namun terasa berbobot yang bergerak begitu cepat. Terlihat lintasan yang membelah pasir di jalur yang dilaluinya menuju arah tiga ekor Naga yang cukup jauh dari posisi Snipy itu dengan sangat cepat.
"JRASSSSSSS!!!!!"
Dalam sekejap mata, tak sampai hitungan detik sesuatu yang tak terlihat berukuran cukup besar menembus ketiga Naga dan menimbulkan suara setelah tubuh ketiganya tercabik.
"BUSEETTTT!!!"
Pierre melesat cepat mundur menghindar dan terhempas ledakan udara yang menghantam dan merobek tubuh ketiga Naga itu.
Darah Naga yang berwarna hitam berceceran dan tumpah melesat kesegala arah, membuat pakaian Putih bersih Pierre ternodai.
Pierre : "Bahkan tak ada organ dalam yang tersisa dari sisa tubuh Naga yang meledak. Jika barusan ia berniat membunuhku juga pasti aku mati dalam sekejap, jiahahahaha!"
Pierre berpindah dalam sekejap disebelah Snipy.
Snipy berdiri dan melangkah perlahan kearah yang ternyata sama dengan arah yang tadi dituju Ratatta.
Pierre : "Seharusnya kau terkejut aku akhirnya menunjukkan kemampuanku berpindah cepat dengan memanfaatkan debu sebagai media perantara kemampuan 'Rotasi'ku."
Snipy : "..."
Pierre : "Baiklah-baiklah, ayo kita segera keluar dari Padang Pasir ini."
Setelah Pierre berhenti bicara, mereka sudah hilang dari tempat itu.
Louise Castle.
Tamasha : "Sudah kuduga, seluruh Moderator memiliki sebagian kecil fungsi dari nyaris seluruh Gulungan Undang-undang Dasar.
Selera : "Benar sekali, namun masing-masing Moderator memiliki keunggulan dalam Kemampuan tertentu dari Gulungan Undang-undang dasar."
Dumstang : "Contohnya, aku memiliki kelebihan dalam kemampuan 'Creation'."
Tamasha : "Aku bisa menerka bahwa Louise memiliki kemampuan 'Manipulation'."
Louise : "Tidak nona, kemampuanku adalah 'Intimidation'."
Tamasha berhenti bicara.
Tamasha : "Baiklah, aku memastikan sesuatu setelah memperhatikan pergerakan beberapa Calon Dewa yang mengarah ke satu titik."
Sebuah Gulungan Undang-undang Dasar keluar dari tangan kanan Tamasha.
Louise : "Bukannya ketika seorang Calon Dewa menggunakan fitur 'Hidden' siapapun jadi tidak bisa melacak mereka nona?"
Tamasha : "Pertama, Masriz tidak menggunakan Hidden sama sekali hingga saat ini. Kedua ia bergerak mengikuti Extremus yang bergerak ke titik yang sama. Ketiga aku menggunakan kemampuan 'Gratification'ku untuk 'memaksa' agar Gulungan Undang-undang ini menunjukkan semua Calon Dewa yang menggunakan status 'Hidden'."
Louise : "Mengesankan sekali."
Hardlr : "Kau tadi sempat cerita padaku bahwa tuan Masriz beranggapan bahwa Calon Dewa kali ini sangat berbakat dan melihat kemampuan nona Tamasha dalam mempergunakan Gulungannya membuatku berpikir pendapat tuan Masriz benar Dumstang."
Dumstang : "Hahaha, Jelas sekali, tak mungkin pendapat tuan Masriz salah, hahaha."
Hardlr dan Dumstang tertawa bersama.
Tamasha mengerutkan dahi : "Masriz beranggapan Calon Dewa 'kali ini' sangat berbakat ya?"
Dumstang mengangguk, Louise menutup mata, Veleon dan Moderator lainnya menundukkan kepala.
Wajah Tamasha memerah : "Jadi sekarang aku sadar bahwa permainan ini sudah pernah terjadi beberapa kali. Dan jika asumsiku benar berdasarkan sikap dan pendapat kalian...
maka... Masriz adalah Dewa yang sebelumnya?"
Tak ada satupun Moderator yang menjawab pertanyaan Tamasha. Namun pertanyaan kali ini membuat Tamasha sadar Dumstang dan Hardlr yang sebelumnya ceria kini menutup mulut.
Tamasha : "Bagus, tak masalah, ini informasi penting dan aku sekarang bisa lebih berhati-hati dalam melangkah."
Tamasha : "Baiklah, aku memohon kepada kalian untuk menjelaskan padaku. Aku ingin tahu keseluruhan rangkaian kronologi bagaimana Masriz bisa menjadi Dewa sebelumnya, lalu bagaimana kini ia bisa berpartisipasi sebagai Calon Dewa."
Louise : "Baiklah nona Tamasha, sebelum menceritakan keseluruhan ceritanya, biarkan aku memastikan bahwa 'Aku Memohon' dan kalimat yang memiliki makna yang 'Sama dengan' kalimat itu adalah 'Syarat' untuk mengaktifkan kemampuan 'Gratification' milik nona?"
Tamasha : "Kau tidak memiliki hak untuk menawar dan bernegosiasi denganku, bahkan jika kau mempergunakan sedikit kemampuan 'Negotiation' padaku, aku memaksamu dengan kemampuan 'Gratification' milikku."
Louise tak bisa lagi berargumentasi melawan Tamasha : "Baiklah, jika itu permohonan anda. Selera, silahkan."
Tamasha : "?"
Selera : "Aku adalah Dark Elves nona, aku memiliki kemampuan 'Illution' terbaik diantara semua Moderator."
Tamasha : "Kuharap kalian tidak melakukan apapun padaku selama Selera menggunakan 'Illution'nya padaku untuk memperlihatkan apa yang terjadi pada permainan 'Menjadi Dewa' sebelumnya."
Seluruh Moderator mengangguk menyanggupi ucapan Tamasha yang mereka yakini mengandung kemampuan 'Gratification' untuk membuat mereka 'Merelakan permintaannya'.
Waktu bergulir cepat.
Didaerah-daerah lain, masih terjadi peperangan besar antara seluruh ras di daerah mereka masing-masing melawan para Naga yang menyerang membabi-buta.
Soraya, Samarinda, dan Bayi yang melesat cepat diatas punggung Naga yang memiliki jiwa Naraka didalamnya.
Bayi : "Soraya dan Samarinda beristirahat sementara kita bergerak dengan cepat kearah yang ditunjukkan Soraya, V02 Monopoly Area."
Wajah Bayi tidak seperti biasanya, tidak ceria dan penuh senyum. Fokus dan serius, dan tak ada yang menyadarinya, bahkan lawan bicaranya, Naraka yang berada dalam tubuh Naga hitam yang dengan warna tubuhnya membuat mereka terbang cepat tanpa terlihat dan disadari diantara kegelapan langit malam itu.
Bayi : "Tidak kusangka kita akan berkumpul lagi dengan Calon dewa lain dalam pertarungan terakhir, Naraka..."
Bayi : "Pertarungan menghadapi Extremus untuk memperebutkan Gulungan Undang-undang Dasar yang diyakini sebagai Gulungan kemampuan type 'Psikologis' terkuat! Gulungan 'Domination'!"
Bayi : 'Sekaligus bertemu dengan Calon Dewa yang diyakini oleh Soraya sebagai kandidat paling menjanjikan sebagai Dewa... Zahal."
Zahal yang melesat dengan kecepatan penuh di daerah yang berbeda, dipunggungnya Juan masih bergantung dan tak mungkin melompat menjatuhkan diri dengan kecepatan terbang seperti itu.
Juan : "Aku tak bisa membuka Gulungan Undang-undang Dasar dengan kecepatan seperti ini."
Zahal : "Aku tak memerlukannya sama sekali, bahkan tanpa itu aku tahu Extremus, Masriz, Soraya beserta komplotannya, Ratatta, Pierre dan Snipy semuanya mengejarku."
Zahal : 'aku tak bisa membiarkanmu sadar bahwa Kimochi juga mengikutiku.'
Zahal bergumam dalam hati, menyadari bahwa bagaimanapun ia masih belum bisa menyelesaikannya mentah-mentah.
Juan : "Kemampuan milikmu ya? Yang bisa membuatmu menyadari mereka mengejarmu. Kemampuan 'Manipulation' yang juga kau gunakan untuk mengawasi dunia ini di ruang monitor dalam Kastil diatas langit itu?"
Zahal : "Aku sudah mempersiapkan semua, bahkan aku sudah 'Memanipulasi' Masa Depan."
Perlahan-lahan terlihat Pabrik-pabrik yang familiar, Zahal pernah kesini untuk merebut Gulungan Undang-undang Dasar 'Option'.
Zahal : "Ini adalah Distrik V, kekuasaan para Xborg dan Dwarves."
Zahal melihat jauh ke bawah, daerah penuh bangunan Industri dengan gemerlap lampu malam berwarna kuning dan putih yang bertebaran disudut-sudut bangunan.
Juan : "Jangan-jangan..."
Zahal tersenyum dingin.
Aoryu Akagakure.
Rebella : "Bagaimanapun, masih terlalu cepat untuk mendeklarasikan kemenangan."
Ia menatap jauh keatas langit gelap. Sejak serangan Naga pertama yang datang, sepertinya tak ada lagi Naga yang menyusul untuk menyerang tempat itu.