"Aku sangat penasaran, pangeran kedua itu orang yang seperti apa ya? "
"Katanya dia itu adalah yang paling misterius dari ketiga pangeran. Kudengar orang itu belum pernah muncul dalam acara apa pun"
"Meskipun begitu, kudengar kemampuannya luar biasa dalam menyelesaikan masalah"
"Benarkah? "
"Tentu saja." Pemuda itu terdiam sebentar, lalu setelah menoleh ke kanan dan ke kiri dia berkata dengan setengah berbisik "Aku punya sepupu yang bekerja di istana. Dia bilang Pangeran kedua diam-diam menyelesaikan masalah yang dialami oleh rakyat, tapi dia mengatakan pada semua orang bahwa itu adalah jasa dari Pangeran pertama".
" Oh, kenapa dia melakukan itu? "
"Mana aku tau" jawab Teran.
Harol berdiri dari atas batu tempat dia duduk lalu menepuk pundak Teran "Terimakasih atas berita yang kau berikan, tapi kau jangan beritahukan hal ini pada siapapun lagi. Bisa heboh semua orang nanti"
Teran berdehem "Aku tahu. Kita kan memang diperintahkan untuk merahasiakan hal ini. Aku memberitahu kalian karena kalian itu teman-teman ku! "
Setelah itu diskusi mereka pun berlanjut.
Semua orang penasaran tentang Pangeran kedua, mereka juga penasaran mengapa beliau tidak pernah muncul di hadapan umum. Karena sikapnya yang tertutup itu, banyak rumor yang beredar tentang dirinya dimasyarakat.
Ada yang mengatakan kalau Pangeran sebenarnya buruk rupa, karena itu dia tidak pernah muncul. Ada yang bilang Pangeran kedua menderita penyakit kulit yang aneh hingga membuat semua orang merasa jijik.
Ada juga rumor kalau sang Ratu sedang sakit ketika dia mengandung, sehingga Pangeran dilahirkan dalam keadaan cacat. Karena Raja merasa malu memiliki anak seperti itu, mangkanya dia sengaja disembunyikan. Atau beberapa rumor aneh yang lain.
Sementara itu, Pangeran jelek yang dirumorkan saat ini sedang duduk di depan meja makan, menikmati sarapannya.
"Bagaimana dengan persiapannya? " tanya pria itu.
Seorang pria berseragam hitam berdiri di depan pintu menjawab "Semua sudah beres Yang Mulia".
" Bagus! "
Setelah mengatakan itu, pria berbaju hitam pergi.
Satu jam kemudian. Di Perguruan Elang Putih.
Pertandingan ke-lima puluh peserta kembali dilanjutkan.
Persaingan semakin ketat, dan pertarungan semakin sengit. Masing-masing ingin dirinya menang, dan masing-masing ingin dirinya jadi yang terbaik, diakui dan direkrut. Mereka yang semula adalah kawan, hari ini berubah jadi lawan.
Pangeran kedua saat itu duduk diatas kursi yang disediakan. Tatapan matanya lurus pada pertandingan yang sedang berlangsung di atas panggung.
Guru Yon duduk di sebelah kanan Pangeran. Sedang para Tetua duduk di sekitarnya. Orang-orang tua itu duduk dengan ekspresi santai di wajahnya. Padahal sebelumnya mereka semua merasa tegang sebelum Pangeran datang.
Mereka kebingungan bagaimana cara bersikap di depan keluarga kerajaan, karena sedikit pun mereka tidak tahu orang seperti apa Pangeran kedua itu. Bagaimana kalau Pangeran adalah orang yang sombong. Bagaimana kalau dia ternyata adalah orang yang pemilih dan sulit untuk dilayani. Tapi setelah Pangeran datang, mereka melihat ternyata Pangeran Yohan adalah orang yang ramah dan mudah diajak bicara. Para guru dan tetua pun menjadi lebih tenang dan santai.
"Sudah ku duga pertandingan kali ini sangat menarik. Murid-murid Guru Yon memang yang terbaik" ucap Pangeran di tengah-tengah pertandingan.
"Kami merasa senang kalau Yang Mulia merasa puas. Tapi bagaimana mungkin murid dari tempat terpencil seperti ini bisa dibandingkan dengan murid dari Perguruan di ibukota"
"Anda terlalu merendah. Kualitas seorang murid tidak dipengaruhi dari letak sekolahnya, melainkan dari apa yang diajarkan oleh gurunya."
Guru Yon dan yang lain tersenyum mendengar perkataan Pangeran Yohan.
"Aku dengar dari Guruku, di sini ada seorang lagi murid yang menarik, tapi aku belum melihatnya hari ini"
"Murid mana yang anda maksudkan? " tanya Guru Yon.
"Seorang murid yang bermata biru! ".
Guru Yon tersentak mendengarnya. 'Kenapa dia mencari anak itu? '
Pria itu tersenyum canggung. " Murid itu tidak mengikuti perekrutan ini Pangeran "
"Kenapa, apa dia tidak tertarik? "
"Sebenarnya anak itu agak bandel. Dia sering keluar asrama tanpa izin dan bolos latihan, bahkan sampai sekarang dia masih belum kembali. Sudah pasti dia tidak cocok untuk menjadi prajurit anda".
"Sering bolos latihan, tapi kemampuannya sangat bagus. Pasti anak itu sangat berbakat" kata Pangeran kemudian.
"Bagaiman anda bisa sangat yakin, sedangkan anda belum pernah melihatnya? "
'Karena aku sudah melihatnya sendiri tahun lalu'
Tapi tidak mungkin Pangeran bisa mengatakannya. Tak mungkin juga dia mengatakan kalau dirinya adalah pemuda bertopeng yang mengawal Guru Go tahun itu. Semua orang pasti akan menanyakan alasannya.
"...Aku sangat yakin dengan penilaian Guruku, dia tidak pernah salah menilai bakat seseorang"
"Tapi, sebenarnya aku juga ingin membuktikannya sendiri. Kalau Guru Yon dan para Tetua tidak keberatan.... " Pangeran tersenyum ringan memandang pria itu. Senyuman itu sangat lembut tapi entah mengapa membangkitkan perasaan merinding.
Akhirnya dimulailah rencana untuk menguji kemampuan Biru. Dengan kerjasama dari semua orang yang ada di dalam Perguruan.
Siang itu semua orang sedang menunggu kedatangan Biru ditempat persembunyian. Begitu gadis itu terlihat di lapangan latihan, Rhys diutus untuk menghampirinya.
"Tugasmu adalah menguji kemampuannya bukan membunuhnya. Jadi jangan terlalu serius" ucap pangeran sebelum pengawalnya bergerak.
Tapi tak pernah kedua pria itu duga bahwa Biru akan bisa mengimbangi kemampuan Rhys. Pria itu memang tidak menggunakan semua kemampuannya, tapi sampai bisa dibuat terdesak oleh bocah ingusan, benar-benar membuatnya merasa terhina.
Semua teman-teman Biru juga sangat terkejut melihat kehebatannya. Mereka tidak pernah tahu kalau bocah yang suka membolos itu ternyata mempunyai kemampuan yang mencengangkan.
Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui siapa orang yang bertarung dengan Biru. Mereka hanya tahu kalau orang itu sangatlah kuat.
Setiap gerakan dan pukulan yang mereka lakukan sangatlah cepat, hampir tidak dapat diikuti oleh mata para penonton. Sampai ketika pertarungan dihentikan oleh seseorang, dan pertarungan berakhir.
Para penonton menyesalkan hal itu. Mereka belum puas menyaksikan kehebatan keduanya. Kalau saja mereka tidak ingat kalau kejadian ini dimaksudkan untuk menguji kemampuan Biru, hampir saja mereka berteriak agar Biru dan Rhys melanjutkan perkelahian mereka.