Saat ini Biru masih duduk ditempat tidurnya sambil mendengarkan penjelasan dari Guru Mai.
Dia tampak terkejut ketika wanita itu mengatakan bahwa Pangeran tertarik untuk merekrutnya.
'Bagaimana bisa? sebenarnya apa yang terjadi? '
Berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan saat ini, bukankah mereka belum pernah bertemu?. Mengapa pangeran ingin merekrut orang yang belum pernah ditemuinya?. Kemudian Biru mengingat kedatangan Guru Go tahun lalu ke Perguruan.
'Apa jangan-jangan Guru Go menyaksikan kejadian tak disengaja waktu itu? '
Lalu Biru menanyakan tentang kejadian itu kepada wanita di sebelahnya, dan jawaban yang diterimanya benar-benar membuat dirinya terkejut. Ternyata bukan hanya Guru Go yang melihat dirinya memukul Torin sampai pingsan, tapi semua Tetua juga melihatnya.
Itu adalah kesalahannya. Harusnya dia bisa menahan diri waktu itu. Gara-gara kecerobohannya itu sekarang dia harus menanggung akibatnya.
'Jadi dia mendengar cerita tentangku dari gurunya?! '
Berbeda dari masa lalu, waktu dirinya yang berusaha keras untuk dapat direkrut, sekarang dirinya direkrut tanpa melakukan usaha apa pun juga.
'Aku sudah berusaha keras merubah masa depan, agar tidak terjadi hal buruk seperti di masa lalu. Aku berhasil dalam beberapa kesempatan. Tapi mengapa saat berurusan dengan Pangeran kedua, semuanya menjadi kacau?. Pada akhirnya, apakah aku tidak bisa lepas dari pangeran kedua?. Apakah ini takdir yang harus kujalani? '
Ketika Biru sedang sibuk dengan pemikirannya, Guru Mai memperhatikan reaksinya. Melihat ekspresinya yang kusut, wanita itu menjadi hawatir.
"Apa kau masih marah?"
Biru menggelengkan kepalanya. Dia memang tidak sedang marah pada mereka, dia hanya merasa marah pada keadaan yang menimpanya.
'Sekarang apa yang harus kulakukan?'
Ketika Biru sedang kebingungan, wanita di sampingnya mengatakan sesuatu yang menenangkannya.
"Tidak perlu merasa terbebani seperti itu. Kalau kau tidak ingin pergi, kau tidak perlu pergi!. Kami yang akan mengatakannya kepada Pangeran kedua".
Biru menoleh dengan cepat. Hatinya sangat senang mendengarnya. Untuk sesaat dia lupa kalau tidak ada yang bisa memaksanya pergi, apalagi dalam kehidupan ini keluarganya sepenuhnya berada di pihaknya.
"Terimakasih Guru Mai. Aku menyayangimu" ucap gadis itu sambil melemparkan dirinya ke pelukan Guru Mai.
Wanita itu tertawa mendengar pernyataan Biru. "Sepertinya akhir-akhir ini kamu jadi semakin manja padaku".
Ketika mengatakan itu tangan kirinya membalas pelukan Biru, sedangkan tangan kanannya mengusap lembut rambut panjang gadis itu.
Perlahan Biru mengangkat wajahnya memandang wanita itu. " Kenapa? apa tidak boleh?"
Wanita itu tersenyum "Tentu saja boleh, kau ini kan putriku".
Sebenarnya Guru Mai merasa senang melihat Biru manja padanya. Sekalipun memakai baju laki-laki, tapi Biru tetap seorang gadis. Wajar bagi seorang gadis bersikap centil dan manja terhadap orang tuanya.
Wanita itu sudah lupa kapan terakhir kali anaknya bersikap seperti itu. Dia hanya tahu seiring bertambahnya usia, gadis itu semakin menjadi jauh darinya, tanpa dia tahu apa sebabnya.
" Tapi, sebentar lagi kau akan memasuki usia menikah. Kalau kau tetap seperti ini, apa kata calon suamimu nanti?"
Mendengar kata menikah Biru memonyong kan bibirnya tidak senang.
"Menikah, siapa yang mau menikah?. Aku tidak mau menikah, aku mau disini saja bersama kalian!. "
Guru Mai tertawa kecil "Sekarang kau bisa bicara seperti itu, tapi lihat saja beberapa tahun lagi saat kau sudah jatuh cinta."
"Tidak, itu tidak mungkin terjadi! " kata gadis itu dengan yakin.
'Kalau diriku yang dulu baru mungkin'
"Baiklah. Baiklah.. " Guru Mai tidak ingin berdebat.
Setelah itu mereka kembali membicarakan tentang perekrutan oleh pangeran. Biru mengatakan kalau dirinya ingin memikirkannya terlebih dahulu sebelum memutuskannya. Walaupun sebenarnya di dalam hatinya, gadis itu sudah memutuskan untuk tidak akan pergi, tapi dia merasa kalau dirinya tidak boleh sembarangan menolaknya. Setidaknya dia harus mencari alasan yang tepat untuk bisa menolaknya, agar tidak dianggap menyinggung keluarga kerajaan.
Akhirnya Guru Mai meninggalkan kamar Biru untuk membiarkannya beristirahat, sementara dirinya pergi ke dapur untuk memeriksa persiapan perjamuan makan malam untuk pangeran.
Malam itu dalam tidurnya, Biru bermimpi.
Rumah-rumah penduduk terbakar, mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana. Para prajurit berbaju besi yang baru datang, terkejut melihat pemandangan yang mengerikan di hadapan mereka.
Masih belum pulih mereka dari keterkejutan, tiba-tiba mereka dihujani oleh ratusan anak panah yang datang entah dari mana. Serangan mendadak itu tidak ada dalam prediksi mereka. Karena semua bangunan terbakar, tidak ada tempat untuk mereka bersembunyi, sehingga sebagian besar dari mereka tertusuk anak panah dan tewas di tempat.
Lalu sebuah wajah muncul diantara pasukan yang di hujani anak panah, ekspresi terkejut dan marah bercampur bersamanya. Wajah itu adalah wajah yang tak akan pernah bisa dia lupakan. Pangeran Yohan.
Biru terbangun dengan nafas tak beraturan, keringat keluar di sekujur tubuhnya. Dia ketakutan. Biru bersyukur karena itu hanyalah sebuah mimpi.
Gadis itu bangun dari tempat tidurnya untuk mengambil air minum di atas meja. Dengan sekali teguk dia menghabiskan air dalam gelas itu hingga tak bersisa.
Setelah lebih tenang, Biru kembali memikirkan tentang mimpi yang baru saja dialaminya. Tidak, itu bukan mimpi. Itu adalah kejadian nyata yang pernah dialaminya waktu dulu, kejadian mengerikan yang hampir saja membuat dirinya terbunuh.
Dalam kejadian pada waktu itu. Entah karena salah informasi atau karena ada mata-mata dalam pasukan, rencana yang sudah mereka susun dengan mulus berubah menjadi tragedi. Hanya ada sedikit orang yang berhasil selamat dari kejadian itu, Biru dan Pangeran kedua adalah salah satunya.
Mengapa kejadian mengerikan itu tiba-tiba muncul di dalam mimpinya? itu adalah yang menjadi pertanyaan Biru.
Kemudian mata gadis itu membulat, merasa telah menyadari sesuatu.
Kejadian di dalam mimpi tersebut adalah kejadian yang akan terjadi beberapa tahun mendatang. Itu belum terjadi, dan mungkin akan terjadi.
Karena dia telah dilahirkan kembali, maka dia bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang. Itu artinya, hanya dirinyalah yang bisa mencegah tragedi tersebut terulang kembali.
Biru yakin itu sebabnya mimpi itu diperlihatkan kepadanya, bukan pada yang lain.
Biru telah berhasil merubah banyak hal dalam satu tahun terakhir setelah kelahiran kembalinya. Karena itu Biru yakin bisa merubah hal buruk itu juga.
"Aku harus melakukan sesuatu. Tidak ada jalan lain" kedua tangan gadis itu mengepal dengan erat.