Chereads / The Perfectionist CEO / Chapter 7 - Pertemuan

Chapter 7 - Pertemuan

Seminggu setelah wawancaranya, Aya mendapat telpon dari Kens Corp. akan penerimaannya. Ia akan magang untuk masa trial 2 bulan, baru setelah jika berhasil ia akan menjadi pegawai resmi. Ia dimasukkan ke dalam tim marketing bidang teknologi. Bagi Aya sendiri, tak masalah ia dimasukan ke bidang mana dan tim mana saja. Selagi itu sesuai dengan kapasitas dirinya. Dengan diterima dirinya, ia harus siap untuk super sibuk menjalani hari harinya.

Hari pertama, Aya berangkat kerja. Ia sudah memantapkan dirinya untuk fokus berkerja layaknya saat kuliah, mengukir tinta prestasi dalam sejarah hidupnya. Meski ia teringat pesan mama dan sang papa untuk tetap mempedulikan sekelilingnya, namun bukan Aya bila tak serius. Jadi, Aya masih tetaplah Aya yang sangat aktif, antusias, terencana, serius, cuek atau bisa dibilang dingin pada orang lain kecuali keluarganya.

Saat ia turun dari mobil dan dibukakan pintu oleh sang adik, semua mata tiba tiba tertuju padanya. Aya keluar dan menanyakan mengapa harus membukakan pintu mobil juga, sang adik justru mengukir senyum konyol sambil berkata "Biar ngga ada yang deketin Kak Aya hahha". Aya yang mendengar itu hanya geleng geleng kepala dan memintanya untuk cepat pergi kuliah dan melihat perkembangan papanya yang masih terbaring tak sadarkan diri.

Sebulan sudah Aya menjalani hari harinya, ia benar benar disibukkan dengan pekerjaannya terlebih para atasan menyukai hasil kerjanya. Selain itu, ia perlu membantu mamanya mengontrol restoraran dan ikut mengurus adik adiknya. Namun, Aya tidak melupakan untuk melihat papanya dan berkumpul bersama mama dan adik adiknya. Baginya, kini keluargalah prioritas utama.

Setiap ia teringat bagaimana lingkungan kerjanya yang sungguh tidak baik. Ia hanya berusaha untuk kembali kuat layaknya seperti biasa dirinya, ia harus tanpa mempedulikan hal lain selain fokus dalam bekerja. Ia masih perlu menemukan sosok yang membantunya selama 2 bulan ini dalam perawatan papanya, yang membantu meringankan beban di bahunya. Setiap mengingat itu, ia hanya bisa menangis dalam kesendiriannya menahannya. Ia merindukkan masa masa bahagianya seperti keadaan keluarga mereka. Tertawa bahagia berkumpul tanpa ada beban yang perlu dipikirkan.

***

2 minggu kemudian KENS Corp. menjadi lebih sibuk dan terlebih para pegawai magang seperti Aya.

Kabarnya CEO KENS Corp. akan datang untuk mengecek sendiri secara langsung kinerja setelah pulang dari perjalanan bisnisnya. Tetapi tidak tahu pasti kapan akan datangnya, sekalipun para pimpinan perusahaan.

"Aya, bisa bantu rekap ini?"

"Oya, Aya. Ini ada laporan yang salah. Bantu direkap ulang dan fotocopy jadi 10 rangkap ya. Besok harus jadi, serahin ke ketua tim untuk bahan rapat, oke?"

"Maaf, saya tidak bisa membantu. Saya masih ada kerjaan yang harus saya tangani."

"Aya, lo ini masa percobaan. Kita para senior bisa bantu para magang seperti lo ini, supaya dapat point tinggi dan rekomendasi kita. Yakin tidak mau?"

"Ah lagi pula lo kan serba bisa dan cepat banget, apalagi lo masih muda banget."

Aya acuh meninggalkan para seniornya yang berbuat seenaknya. Aya masih mengetik untuk menyelesaikan kerjaannya. Namun, para seniornya mengadukan kepada ketua tim untuk membantu mereka.

Ketua tim menatap tajam Aya, karena bagi mereka Aya sumber keberhasilan tim mereka dan Aya perlu persetujuan dari ketua tim atas kinerjanya.

Aya menarik nafas panjang bangkit berdiri lalu meminta mereka untuk meletakkan semua yang mereka minta. Aya lalu pergi meninggalkan mereka dengan lirih mengutuk mereka semua, "Dasar tak berguna". Aya sungguh malas berdebat dengan orang yang tak berguna.

***

Sudah jam 5 sore, dan ia bersiap akan pulang namun tiba tiba ia diberhentikan ketua timnya dan mengatakan bahwa ia harus lembur dan menyelesaikan semua laporannya dalam semalam dan besok harus sudah selesai.

Meski Aya sudah mendebat untuk tidak mungkin lembur bagi seorang pemagang dan ia bisa mengerjakannya dirumah, tetap saja ia dilarang.

Alhasil Aya langsung duduk dan sedikit emosi meletakkan tasnya dengan keras. Lalu ia meminta semua timnya cepat keluar. Semua orang yang mendengar itu tertawa menatap Aya, karena di timnya hanyah dia seorang yang junior dan pemagang.

Aya hanya menatap layar pc nya yang mati. Ketika kantor sudah kosong, ia menyandarkan badannya dan menelpon mamanya untuk meminta Ray mengirimkan pakaian dan makan malam untuk dirinya.

Setelahnya ia melanjutkan pekerjaannya sampai sang adik menelpon dan mengatakan ia telah berada di lantai bawah. Sesampainya, ia menghampiri sang adik yang tengah menunggu dikoridor depan pintu utama.

"Ray.."

"Kak..ini pakaian dan ini makanannya. Kak.."

"Oke thank you ya. Iya?"

"Ray boleh masuk dan nemenin kak Aya? Kakak tidak takut? Gedung ini sangat besar dan tinggi. Besok Ray masuk siang, jadi Ray bisa temani kakak."

"Tidak bisa dik, kamu tidak bisa masuk. Kamu butuh kartu id pengenal dan wajahmu perlu akses juga. Pulanglah temani mama dan adik lainnya. Kak Aya akan baik baik saja, lagipula ada petugas keamanan kok. Mereka baik sama kak Aya."

"Hhmm, baiklah. Jangan lupa makan kak. Luangkan untuk istirahat bentar."

"Iya siap sayang."

Aya yang melihat ekspresi adiknya yang tak melihat ke arahnya, begitu keheranan lalu ia ikut melihat arah yang dilihat adiknya. Mata mereka saling tertuju pada seseorang yang berpakaian serba hitam yang langsung pergi masuk ke dalam gedung.

Aya geleng geleng saja, namun sang adik tetap penasaran. Dengan paksaan dan pengertian, akhirnya sang adik mau pulang. Ia mengatakan itu bisa jadi orang yang lembur juga dan berpakaian santai karena akan lembur. Sang adik akhirnya mengerti dan ia langsung masuk ke kantor.

Saat akan naik lift, ternyata 5 lift karyawan sedang dicek secara otomatis, 4 lift ekskutif juga dinonaktifkan, hanya tersisa lift untuk CEO yang tidak mungkin ia pakai. Aya sangat heran mengapa tiba tiba, padahal saat dia turun liftnya masih baik baik saja.

Ia pun tidak mungkin memakai lift khusus CEO, karena lift ini memerlukan akses yang hanya diketahui sang CEO saja, selain itu selama ini liftnya kosong karena kabarnya CEO hampir 3 bulan tidak di Indonesia dan kabar apapun mengenai dirinya sangatlah rahasia.

Saat ia akan berbalik arah menuju tangga, ia terhenti karena di depannya ada seseorang yang sama saat didepan gedung yang baru keluar dari parkiran eksekutif. Seseorang yang sama seperti yang dilihat adik dan dirinya saat ia perhatikan.

"Mau kemana? Naik lift saja."

"Ehh, maaf Anda bisa masuk kesini. Bekerja disini juga? Liftnya sedang dicek otomatis dan dinonaktifkan. Hanya tersisa lift CEO, tapi itu tidak mungkin dan tidak diperbolehkan. Jadi, naik tangga saja."

"Boleh, ikut saja."

Aya terheran melihat sosok itu berjalan santai ke arah lift, lalu ia memasukkan kata sandi dan masuk lift dengan begitu santai. Aya sangat terkejut, mengapa orang ini memiliki akses dengan begitu mudah.

Sosok itu mempersilahkan Aya masuk. Namun Aya khawatir dan ragu. Sosok itu mengambil barang Aya yang dipegangnya dan membuat Aya akhirnya masuk ke dalam lift. Aya sedikit emosi dan merebut kembali barangnya

"Lantai berapa?"

"Sepuluh."

"Oh, bidang teknologi bagian marketing."

"Iya magang"

Aya melirik sosok itu yang langsung diam, ia berpakaian santai serba hitam dengan hoodie dan berkaca mata hitam, lalu ia melihat cctv dan langsung menundukkan kepala. Sosok itu yang melihat tingkah Aya dari kaca yang memenuhi lift, ia hanya tersenyum tipis tanpa terlihat Aya. Aya masih tak habis pikir, orang ini berpakaian hitam bahkan berkaca mata hitam di malam gelap gulita.

"Tenang saja, tidak ada yang akan melaporkan kamu naik lift ini."

"Ahh..tunggu!"

Aya spontan terkejut mendengar pria yang tak dikenalnya itu berkata santai seperti itu. Ia menghadap ke arah pria itu dengan rasa penasaran yang memuncak.

"Anda siapa? Anda siapanya CEO? Kalau CEO tau, bagaimana anda akan menanggung resikonya? Anda hacker? Menghack password lift ini? Jangan macam macam dengan para pimpinan KENS Corp, saya tidak akan biarkan."

Pria itu hanya terdiam mendengar perkataan Aya, ia hanya bisa menahan apa yang ingin ia katakan pada Aya. Aya merasa heran apa yang sudah ia katakan, mengapa ia tiba tiba menjadi bodoh karena rasa was was ini. Aya tersentak ketika melihat postur tubuh pria ini di kaca yang memenuhi dalam lift. Ia pikir tak mungkin, pria ini orang sembarangan atau..

"Eh tunggu, maaf apa anda CEO?"

Pria itu langsung menengok pada Aya. Mata mereka saling tertuju, meski Aya tidak bisa melihat mata pria itu secara langsung. Pria itu berpikir bagaimana bisa ia berfikir sejauh itu dengan sikap yang begitu tenang. Aya langsung mengalihkan pandangannya, begitupun pria itu.

"Itu pasti tidak mungkin."

Bunyi lift terbuka dan Aya langsung keluar setelah mengucapkan terima kasih secara singkat.

Setelah keluar Aya membalikkan badannya dan sedikit membungkukkan badannya sambil berterima kasih sampai lift itu kembali tertutup. Aya masih ada sedikit rasa penasaran dengan sosok itu, namun ia malas untuk berfikir lebih dan menganggapnya sebagai teman bicara sesaat saja.

Saat kembali ke ruangannya, Aya melanjutkan pekerjaannya lalu makan malam sendirian. Setelahnya ia mulai menyelesaikan pekerjaannya hingga pukul 11, lalu ia bangkit berdiri berjalan ke sudut ruangannya dan melihat suasana malam dibalik kaca gedung KENS Corp yang begitu jernih dan jelas. Ia mengistirahatkan dirinya.

"Paa, sudah hampir 3 bulan tidak sadarkan diri. Aya kangen, kangen. Jujur, Aya sangat lelah pa..."

Tak terasa air matanya menetes keluar dan membuat Aya menangis dalam kesendiriannya. Ia berusaha menahannya namun tidak bisa, sudah cukup lama ia tidak menangis sederas ini. Ia harus menahannya dihadapan keluarganya. Aya menangis hingga jatuh terduduk. Ia berusaha menenangkan dirinya sambil tertunduk, hingga ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Aya bangkit berdiri dan melihat sekeliling, namun tak ditemui satupun orang, akhirnya ia kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya.

Sudah tengah malam, dan ia merasa mata dan kepalanya sangat berat. Aya meletakkan kepalanya sesaat di meja dan tidur sebentar. Tanpa Aya sadari, ada seseorang yang menghampirinya dan tersenyum melihat Aya yang tertidur. Benar, seseorang yang sama saat dilift tadi.

"Aya Sheinafia Takahashi, akhirnya aku bisa menemukan dirimu. Sungguh, ini benar dirimu. Terima kasih untuk perjuanganmu, kalau orang lain mungkin saja tidak sanggup melaluinya, tapi kamu bisa. Kamu luar biasa."

Ia lalu pergi menjauh dari Aya namun masih berada dikantor tersebut. Ia hanya mengawasi Aya dari kejauhan. Tak lama dari itu, Aya terbangun dan menyelesaikan pekerjaannya sambil makan buah hingga pukul 3 pagi.

Lagi lagi, kepalanya terasa berat, ia buru buru membereskan pekerjaannya dan disusun rapi lalu membereskan kotak makanan dan menyandarkan badannya kembali. Ia memejamkan matanya sesaat lagi, tubuhnya sangat kelelahan akan pekerjaan yang berkali lipat.

Lagi lagi, sosok yang sama seperti tadi menghampirinya dan meletakkan jaket hoodie berwarna biru gelap ditubuh Aya lalu menempelkan note di layar PC Aya bertuliskan "Selamat Istirahat. Kamu diliburkan mulai besok dan masuk kembali di hari penutupan masa trial. Good job -CEO-".

Benar sekali, sosok yang sama itu adalah CEO dari KENS Corp, yaitu Kenzo Shaquille Dietrich yang sengaja diam diam datang ke kantor dan kebetulan bertemu Aya lalu sengaja menghampirinya. Kenzo kemudian duduk dimeja dan memperhatikan Aya yang tertidur pulas. Tiba tiba, ia mendengar suara lirih Aya yang sambil meneteskan air mata dan memegang tangan Kenzo. Sontak Kenzo terkejut, namun entah mengapa Kenzo tidak merasa risih ketika Aya menyentuhnya.

"Pa, jangan pergi. Aya kangen.. Papa, Aya ingin papa cepat sadar. Paa..Aya udah jagain mama, Ray dan adik-adik. Sekarang mereka sudah tumbuh dewasa dan mama baik..baik saja, hiks. Pa, Aya belum menemukan orang yang membantu kita..selama 3 bulan terakhir ini, Aya janji akan membalas kebaik mereka. Papa, Aya boleh mengeluh ngga hiks hiks.. Aya cape pa, Aya kangen..Kangenn"

Aya lalu terdiam dan melepaskan tangan Kenzo. Kenzo yang mendengar itu hanya menatap dalam Aya dan bergumam dalam hati, "Sosok yang kamu cari, ada disini. Percayalah, kita akan akan saling bicara kembali. Istirahatlah, gadis pintar." Kenzo bangkit berdiri setelah mengusap bentar dahi Aya, lalu pergi meninggalkan Aya sendirian.