Kenzo membalikan tubuhnya menatap datar ke Charles dan menyerahkan mic pada Charles sekaligus membuat dirinya terkejut. Charles mengumpat dalam hatinya siapakah gadis yang berani berbuat seperti itu pada Kenzo dan membuat dirinya berada diposisi sulit dihadapan banyak orang. Sudah biasa baginya melihat sikap Kenzo yang langsung to the point di tempat, namun ia tidak menyangkan akan tiba dimana itu dihadapan pegawai baru.
Kemudian Kenzo membelakangi audiens sembari sesekali melangkahkan kakinya. Kenzo hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun.
Sementara bersamaan dengan itu, Aya sangat terkejut dan menghentikan langkahnya. Aya sadar bahwa semua pegawai menoleh ke arahnya, karena hanya ada lampu terang yang menyorot dirinya.
Aya berusaha tenang dengan menarik nafas lalu membalikkan badannya dan berusaha tersenyum meski terpaksa, hati dan pikirannya sangat kacau. Ia harus mengendalikan dirinya untuk saat ini sembari memperhatikan waktu di jam tangannya.
Aya berjalan mendekati panggung dan saat itu juga semua lampu dalam aula menyala dengan terang dan dapat terlihat wajah Aya.
Charles yang melihat itu semakin kesal dan puas, karena pasti Kenzo akan memperhitungkan gadis angkuh ini juga. Charles mengatakan dengan pelan pada Andra.
"Ndra, itu dia."
"Hah? Gadis yang mempermalukan lo? Lagi?"
Charles menatap sinis pada sahabatnya, namun Andra menahan senyumnya yang tak tertahankan melihat ekspresi wajah Charles.
Semua orang saling berbisik dengan tatapan intimidasi begitu Aya sudah tepat di dekat panggung. Begitupun Kenzo yang masih membelakangi semua, lalu justru mengetuk meja yang ada dipanggung dengan pena yang selalu ia bawa.
Andra yang melihat dan mendengar itupun segera berbisik pada Charles untuk cepat menyelesaikan, karena ketukan dari Kenzo bernilai potongan dari bonus dan waktu libur mereka. Charles menghela nafas dalam hingga tidak bisa menyembunyikan ekspresi kekesalannya. Ia menatap Andra sambil mengerutkan dahi sebagai tanda permohonan agar Andra yang melakukannya. Mau tidak mau, Andra lah yang harus mengambil alih saat ini, semua mata menatap aksi mereka. Meski Andra tidak ingin, tapi ia tidak bisa. Ia hanya akan memperhitungkan pada kedua sahabatnya yang mempermainkannya pada hal seperti ini.
"Baiklah, saya asisten pribadi CEO, Andra Cartesen. Jadi, biarkan saya tahu dahulu, siapa nama anda? Diterima di bagian apa nona?"
"Aya Sheinafia Takahashi, bagian sekertaris."
"Oh nona Takahashi, sekertaris di bagian mana?"
Kenzo yang mendengar nama itu tersentak, ia tidak menyangkan bahwa wanita yang selama ini ia jaga diam diam dalam waktu 3 bulan ada didekatnya. Mungkinkah ini waktunya berhadapan langsung?
Aya melihat sekilas pada Charles dengan wajah datar dan ini membuat geram Charles dan membuatnya berbicara. Andra yang melihat gesture sahabatnya, tidak habis pikir bagaimana bisa sahabatnya begitu bodoh dan mengubah keputusannya dalam waktu singkat hanya di tatap seorang gadis muda.
"Oh Hi nona Takahashi, sepertinya saya melihat namamu dalam daftar sekertaris saya, ya sekertaris wakil CEO. Saat kamu menerima pekerjaan ini dan menjalani masa percobaan mu apakah kamu tiba tiba lupa akan regulasinya ya nona cantik?"
Charles mengedipkan matanya dengan senyum menyindir. Namun bagi mata para wanita lain, senyumannya terlihat manis terlebih dengan ekspresi dan suara yang lembut keluar dari mulut Charles.
"Baiklah, saya mohon maaf akan sikap saya. Tetapi, perlu diingat saya tidak melupakan akan regulasi perusahaan ini. Terima kasih atas perkataan anda wakil CEO, Charles Axelsen. Karena sudah seperti ini, maka maaf saya harus segera pergi saat ini juga. Ada hal yang sangat penting menunggu saya."
"Oh, nona tunggu. Mengapa buru-buru untuk pergi. Seberapa pentingnya urusan itu, apakah anda tidak menghargai perusahaan yang mengadakan malam hiburan di acara peresmian anda?"
Andra yang mendengar kalimat itu, terkejut karena sepertinya sang sahabat akan mulai berulah melawan musuh yang ada dihadapannya. Andra hanya bisa tersenyum menunggu jawaban apa yang akan direspon seorang gadis muda nan belia itu.
"Terima kasih atas penghargaan perusahaan terhadap pegawai barunya. Saya sangat menghargainya. Tetapi ini sangat penting dan saya tidak bisa menunda waktu lagi. Jadi, saya bersedia mengundurkan diri!"
Aya berkata tegas hingga membuat Charles, Andra, mundur dan terkejut termasuk semua orang terkejut terkecuali Kenzo yang masih dalam posisi diam membelakangi semuanya. Semua orang berbisik dan tidak percaya akan sikap berani Aya, Aya sudah tidak bisa menahan lagi emosinya. Handphone terus bergetar tanda panggilan dari sang adiknya. Hati dan pikirannya sudah kacau, jantungnya terasa sesak dan matanya ingin mengeluarkan air mata namun ia harus menahan untuk tetap terlihat kuat dan tegar dihadapan orang lain.
Kenzo yang mendengar itu, langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Aya sambil tersenyum. Aya terkejut, apakah ini CEO yang ternyata tanpa disadarinya, ia sudah mengagumi, lalu apakah ini yang membantu keluarganya 3 bulan lalu dan sampai saat ini. Apakah ia yang selama ini, Aya cari? Jika benar dia orangnya, Aya tak kuasa menahan dirinya. Mata Aya berkaca kaca, ia menutup mulutnya seolah tak percaya akan melihat CEO perusahaan nya dari jarak terdekat. Ia juga sempat mundur selangkah. Bersamaan dengan itu, semua orang saling berbisik karena ini pertama kalinya CEO tersenyum dihadapan publik. Bahkan senyumannya melebihi manis senyuman milik Charles dan Andra. Begitupun kedua sahabatnya yang tak percaya akan sikap Kenzo. Mereka hanya bisa saling menatap dan menggelengkan kepala.
"Nona Takahashi, tidak perlu mengundurkan diri, karena saya tidak akan menerima pengunduran diri dari pegawai baru. Saya mengerti dan mempercayai alasan anda sampai seperti ini. Jadi, katakanlah saja."
"Saya...Maaf CEO, saya benar benar harus pergi sekarang."
Aya tidak bisa menahan air matanya nya yang ternyata sudah menetes. Ia langsung membungkukkan tubuhnya setelah Kenzo selesai bicara. Saat membungkukkan tubuhnya, Aya juga sempat mencuri curi kesempatan untuk menghapus air matanya sembari melihat jam tangannya. Kenzo yang melihat itu, ia sangat yakin pasti ini berhubungan dengan keluarga. Namun, Kenzo sangat tidak menyukai melihat Aya meneteskan air matanya hingga lirih mengucapkan pelan, "Mengapa harus sampai ada air mata lagi?"
Kenzo mencoba lebih mendekat dan meminta Aya bangkit. Aya menarik nafas dalam dan menatap Kenzo. Ia berusaha menenangkan dirinya kembali.
"Baik, nona Takahashi saya akan izinkan anda pulang. Tetapi apakah ini sangat darurat? Menyangkut keluarga?"
Aya tersentak mendengar perkataan Kenzo, semakin kesini Aya semakin yakin bahwa sosok yang ia cari selama ini benar adalah Kenzo Shaquille. Ia hanya bergumam dalam hatinya, "Tidak mungkin ia hanya asal menebak kan? Apakah benar kamu?"
"Benar CEO."
"Baiklah, anda boleh pergi. Saya izinkan."
Kenzo tersenyum tulus lagi dan ternyata senyumannya dibalas dengan senyum lebar dan mata berkaca kaca Aya padanya. Terlebih Aya memanggil nama pendeknya.
"Baik, terima kasih CEO Ken."
Aya lalu membungkukkan tubuhnya sedikit pada Andra dan Charles yang masih terdiam dan terpana akan sikap Aya dan Kenzo. Ada apa dengan mereka? Mengapa mereka seperti sudah memiliki ikatan? Apakah ini kebetulan? Atau ilusi? Banyak sekali asumsi yang berterbangan di pikiran Andra dan Charles. Begitupun orang lain yang ada di dalam aula yang masih menatap Aya dengan tatapan heran dan mengintimidasi sampai Aya benar benar keluar dari pintu aula.
Suara Kenzo menepuk bahu Charles dan membuat dirinya tersadar serta kembali ke dunia nyata.
"Les, aku serahkan acara ini pada kalian. Aku ada urusan."
"Hey, Ken lo mau kemana?"
"Ken, gua ikut kan?"
"Tidak, kamu temani Charles disini. Charles aku ingin kamu selesaikan urusan ini. Kamu belum jawab akan pertanggung jawabanmu tentang kedisiplinan pegawai."
"Hei, itu karena gadis itu saja. Lagipula lo yang.."
"Sstt, jangan berulah. Okay! Kita masih di aula. Sampai jumpa. Bersenang senang lah."
Charles dan Andra hanya diam membelalakkan mata melihat perkataaan Kenzo yang terlihat semakin mendominasi dan mengeluarkan banyak kata dalam sekali jawab. Ia tidak biasa seperti ini. Fix, pasti terjadi sesuatu pada sahabatnya, Kenzo pikir Andra dan Charles.
Sementara saat keluar pintu aula, Kenzo menelpon Kim untuk menanyakan ada kabar apa dari rumah sakit tempat papanya Aya dirawat. Benar sekali tebakan Kenzo, bahwa Enji, papanya Aya menunjukkan sesuatu. Lalu ia meminta Kim untuk mengantar Aya ke rumah sakit dengan segera dan berpura pura untuk tidak sengaja bertemu dengannya di depan gedung perusahaan.
"Pak Kim, saya mau dalam waktu kurang dari 10 menit segera sampai di sana dengan selamat. Jika perlu atur jalanan agar mudah untuk dilewati. Jangan beritahukan apapun kepada dia."
"Baik, saya akan lakukan. Tapi tuan muda anda?"
"Saya akan menyusul ke sana. Tidak perlu khawatir, cepat antar kan dia."
"Baik tuan."
Kenzo menutup teleponnya, lalu bergegas turun juga ke parkiran eksekutif untuk pergi ke rumah sakit dengan mobil lainnya yang sudah menunggu begitu ia telepon untuk cepat datang ke perusahaan.
Selama menuju parkiran, Kenzo juga merasa gelisah setiap mengingat tatapan Aya yang sebenarnya menunjukkan ketidakberdayaan dan membuat dirinya ingin selalu berada dekat Aya. Kenzo mengatakan dan meyakinkan dirinya dalam hati, "Jika memang harus seperti ini untuk kamu melihatku. Maka tidak apa, selama aku bisa di dekatmu. Aya, aku tidak akan membiarkan air mata kesedihanmu muncul kembali. Percayalah, dan tunggu aku Kenzo."