Charles naik ke lantai atas, lantai 20 milik Kenzo pribadi. Ia menekan bel pintu dan masuk setelah dibukakan Andra dari balik pintu.
Begitu masuk Charles langsung bertanya dimana keberadaan sahabatnya yang super sibuk dan terlihat sempurna. Namun, Andra justru menghadang dan memintanya untuk duduk dulu. Ia menarik Andra ke sofa untuk duduk bersamanya.
"Aih, lo ya..baru ketemu sahabat bukannya nanyain kabarnya. Ada gua juga kali sahabat lo, bukan si Kenzo aja."
"Aish, mana dia? Gue mau perhitungan sama kalian berdua. Gue masih sahabat kalian kah?"
"Hah? Apa maksudnya? Btw, ini minum kopi dulu. Biar lo tenang, merah amat muka lo."
Charles meminum kopi yang telah disiapkan sedari tadi oleh sahabatnya itu. Charles meletakkan kopinya dan menatap Andra dengan serius sehingga membuat Andra terheran. Tidak bisanya ia bertingkah seperti ini. Sekalipun karena bisnis, Andra tidak akan memusingkannya. Namun, Andra hanya tahu yang membuat Charles seperti ini hanyalah Kenzo, selama yang ia tau.
"Ada apa dengan tingkah lo ini? Sosok wakil CEO yang biasanya bisa menyembunyikan dibalik sikap dan wajah ramah nan hangat bisa tiba tiba begini pasti ada alasan. Biar gua tebak, karena Kenzo?"
"Aih, mana dia? Gue cari ni."
"Hahaha lucu banget ekspresi lo. Aduh kenapa lagi kalian ini. Dia lagi berenang. Ayo ke sana."
Charles terkejut dan langsung berdiri menatap ke arah koridor menuju kolam renang dan sesekali menatap Andra.
"Hah? Pagi baru tiba disini, sekarang sudah berenang? Gila tah dia? Manusia apa robot dia itu?"
"Haha mungkin jadi jadian, ayolah temui dia."
Andra tertawa kecil lalu merangkul Charles sambil mendorongnya untuk menemui Kenzo yang sedang berenang. Charles terus saja berkata lirih pada Andra, apakah sahabatnya gila? Ia tidak pernah istirahat dan menikmati waktunya selama mereka sahabat dari kecil.
Sesampainya dipinggir kolam, Andra memanggil Kenzo namun tak di gubris dan justru asik berenang. Charles yang tidak sabar akan sikap acuh sahabatnya itu, ia pergi menghampiri dan mengikuti irama berenang Kenzo. Ia langsung menyebut nama lengkap Aya. Andra yang merasa asing dengan nama wanita itu, sangat heran. Ia menatap ke Charles namun justru kali ini dirinyalah yang tak dianggap.
Ketika mendengar nama Aya disebutkan, sang CEO besar itu berhenti berenang dan naik ke atas, lalu meminta tolong sahabatnya untuk mengambil kopi untuknya. Ini membuat Charles berhenti berbicara dan semakin yakin bahwa apa yang dikatakan Aya benar dan ada kemungkinan pasti jaket hoodie itu milik Kenzo.
"Thanks Ndra.."
"Ken, lo denger gue bicara kan?"
"Ya, katakanlah. Ada masalah apa?"
"Oke, pertama gue mau cerita. Gue dipermalukan didepan seorang anak magang alias pegawai baru. Buset dah harga dirinya tinggi banget, bisa bisa setara lo, Ken. Lidahnya tajam, mulutnya pedas. Ditambah dia jadi sekertaris gue. OMG please pindahin dia ke posisi lain."
"Wait..jadi dia yang lo sebut tadi namanya?"
"Bingo!"
Charles menunjuk Andra dengan telunjuknya sangat antusias dan membuat Andra tertawa keras melihat tingkah sahabatnya itu. Sementara, Kenzo hanya menatap datar Charles sambil mengeringkan rambutnya.
"Haha, gua penasaran bagaimana wanita itu. Haha. Bisa bisanya membuat sosok Charles terlihat konyol seperti ini."
"Cih, sejujurnya gue tensin didepan dia. Cuma gue tahan aja. Ken, lo denger kan?"
"Iya denger, terus kenapa?"
Charles terdiam dengan mata terbelalak mendengar respon dari Kenzo. Dia sangat kesal akan respon singkat dari sahabatnya itu. Akhirnya Charles menceritakan keseluruhan cerita saat ia bersama Aya. Andra yang mendengar itu menahan tawanya dengan menutup mulutnya. Begitu selesai cerita, Andra langsung memukul keras bahu Charles.
"Haha, pantas lo tensin. Dia bahkan bisa menebak apa yang lo pikirkan dan lakukan. Kemungkinan paras wajah lo yang katanya melebihi cantiknya wanita tidak berguna dihadapan dia? Haha, gua mau ketawa mulu."
"Rese lo Ndra.."
"Cukup, aku tidak akan memindahkan dia ke posisi manapun tanpa alasan jelas. Dia bisa berada sebagai sekertaris lo karena ada tim khusus dibagian SDM yang melihat potensinya. Jangan remehkan kreabilitas tim perusahaan kita ya. Bukankah itu tim independen yang aku pilih sendiri sejak awal? Apalagi nona itu bisa membuat Wakil CEO Charles sangat geram seperti saat ini?
Kenzo tersenyum mengangkat sah satu alisnya sambil menikmati kopinya menghadap ke Charles.
"Aish, bisa bisanya ya lo Ken Sama gue gitu."
"Haha kalian ini. Btw, dari cerita Charles, jadi lo beneran balik ke Jepang waktu itu?"
"Iya."
"What? Lo balik? Ngapain? Eh lo pergi tanpa ajak gua? Lo ninggalin gua di Inggris? Parah."
"Jadi, lo sendiri ngga tau Ndar? Haha, kena juga kan lo. Gila memang ya dia, CEO bisa melakukan apa saja sesukanya."
"Diem lo Les!"
"Andra, bukannya waktu itu aku bilang ada urusan penting selama 3 hari, jadi kamu tidak perlu ikut dan nikmati waktu libur saja."
"Eh iya benar, jadi waktu itu ya. Tapi setidaknya kan lo cerita, kita udah sahabatan dari kecil. Cuma balik saja, kenapa tidak cerita"
"Cuma balik bentar, kenapa harus cerita?"
Andre dan Reynald melotot terpana dan saling memandang, mereka sama sama menepuk kedua bahu Kenzo dengan keras seketika itu juga mereka langsung melepaskan pegangan setelah mendapat lirikan tajam.
"Hhmm, jadi wakil CEO kesini dengan tampang geram hanya karena hal itu?"
"Benar sekali. Parahnya, gue dapat lo pulang dari gadis itu. Oh ya, apa jaket hoodie itu milik pribadi lo?"
"Benar."
"What?"
Andra dan Charles terkejut dengan mata seolah memaksa keluar. Seketika mereka bangkit berdiri begitu mendengar jawaban Kenzo yang santai sambil berdiri untuk masuk. Mereka tak habis pikir, ia sosok sahabatnya dengan santai memberikan barang pribadinya ke orang asing apalagi seorang wanita. Mereka mengikuti langkah Kenzo sambil mencecar pertanyaan Kenzo.
"Ken, tunggu..aliran otak gua lagi mau nyerna dulu. Jadi, lo kasih jaket pribadi lo orang asing dan lagi dia seorang wanita. Apa lo kenal dia udah lama? Atau lo ada hubungan?"
"Iya Ken, apa lo Ada nomer handphonenya? Ah gue ngga habis pikir lo..lo.. atau dia menarik buat lo? Apa yang buat lo tertarik dengan wanita ini?"
Kenzo menghentikan langkahnya, ia berbalik arah mendekati kedua sahabatnya yang membuntutinya dengan tatapan misterius. Kedua sahabatnya tidak pernah bisa menebak apa yang akan Kenzo lakukan.
"Ken, tenang. Maaf ya..oke?"
Kedua sahabatnya mundur perlahan ketika Kenzo mendekati mereka. Kenzo berhenti dan mulai berbicara pada mereka.
"Itu benar jaket pribadiku. Aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku tidak mengenalnya cukup lama. Oh ya, untuk nomor handphonenya, aku tidak punya. Ah mungkin bisa ambil nomornya dari CV lamarannya ya, benar sekali. Thanks ya."
Kenzo tersenyum licik menyeringai pada kedua sahabatnya. Andra dan Charles terheran dengan sikap berubah ubah dari Kenzo. Mereka hanya menggelengkan kepala. Lalu melanjutkan pertanyaan mereka. Namun ditolak oleh Kenzo.
"Cukup. Tidak ada pertanyaan lagi ya wakil CEO dan asisten ribadi CEO. Tunggu disini, setelah ganti baju, ada yang mau aku sampaikan."
Tanpa sadar mereka mengangguk mengikuti perkataan Kenzo yang seolah bisa memperdayai mereka.
***
Andra dan Charles sedang makan buah dan bermain game online milik keluaran perusahaan mereka sendiri, KENS Corp.
"Menyenangkan bermainnya?"
"Oh sudah selesai. Sini sini Ken, kita sudah lama tidak main bersama."
Charles menarik Kenzo untuk bermain game bersama mereka. Setelah 10 menit ikut bersama mereka. Kenzo menghentikan dan menatap kedua sahabatnya sambil tersenyum. Kedua sahabatnya penasaran ada apa dengan ekspresi sahabatnya itu dan makin terheran saat Kenzo tiba tiba mengatakan terima kasih sambil tersenyum. Senyum yang ada hanya saat mereka bertiga berkumpul menikmati waktu dan kehidupan.
"Ken.."
"Sudah..sekarang aku mau bicara tentang perusahaan kita. Wakil CEO dan Asisten Pribadi tenang saja, perusahaan kita berjalan sesuai rencana. Cabang kita di Jerman profitnya mencapai 5x lipat, di Qatar 3x lipat, di Amerika Serikat dan Perancis masing masing 2x lipat. Nah, saat kemarin ke Inggris ini, kita sudah dapat pengakuan resmi dari pihak kerajaan dan cabang kita yang bergerak di sana di bagian keuangan, banking, investasi, dan sejenisnya. Jadi peresmian perusahaan nantinya di wakilkan Charles. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini ya."
"Wow, parah hebat lo. Ngga sia sia lo hampir 6 bulan keliling. Parah, gue bangga sama lo Ken. Perusahaan kita baru 5 tahun dan perkembangannya pesat. Menang banyak."
"Hasil kerja keras kita. Ken, bonus mengalir lebih banyak kan ya haha"
"Pasti, bonus dan gaji kalian tahun ini 2x lipat. Charles, thank you ya sudah pimpin perusahaan pusat kita. Andra juga, thank you sudah menemani keliling dan sering juga mewakili ke cabang perusahaan kita. Jadi, setelah acara hari ini, gue kasih lo libur seminggu sebelum ke Inggris dan Andre, gue kasih lo libur 3 hari setelah hari ini."
"Haha, akhirnya Kenzo berbaik hati. Ken, lo tetap harus jaga diri lo sendiri. Lo manusia biasa juga, nikmati apa yang lo punya. Kita berdua akan selalu ada buat lo, jangan simpan sendirian."
"Benar Ken, jadilah anak baik ya haha. Akhirnyaa libur gue..."
"Pasti, thanks ya. Btw, Charles selama seminggu itu persiapkan sendiri untuk urusan ke Inggris ya wakil CEO. Saya tidak mau ada kesalahan sedikitpun, harus sempurna. Kamu hanya melanjutkannya saja. Lalu, Andra selama 3 hari itu, buat laporan selama perjalanan bisnis kita ya. Kalian bisa mengerjakannya di rumah, tidak perlu ke kantor. Selamat berlibur, jangan lupa malam nanti masih ada penutupan masa trial ya. Pilih setelan yang terbaik ya. Aku mau istirahat sebentar. Kalau mau pergi, pergi saja. Bye.."
Andra dan Charles terkejut, mereka memang tidak seharusnya langsung begitu senang akan sikap sahabatnya itu. Bagi mereka, sebenarnya ini sudah berkali kali mereka diperlakukan manis dan pahit dalam waktu bersamaan. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena tau kepribadian asli sahabatnya, mau bagaimanapun mereka diperlakukan mereka akan menerimanya. Karena apa yang telah diberikan oleh Kenzo sedari ia kecil sampai saat ini atau kedepannya tak bisa dibandingkan oleh apapun. Mereka tak bisa mendeskripsikan bagaimana persahabatan yang bahkan melebihi seperti keluarga ini terjalin.
"Yah lagi lagi kita tertipu Les..."
"Bener, dia keterlaluan. Kita tertipu dari bahasa informal dia lagi. Orang ini haish."
Charles bangkit merangkul Andre untuk mengajak ke butik perusahaan mereka dibidang fashion untuk mengambil setelan jas untuk acara malam nanti.