Chereads / The Perfectionist CEO / Chapter 9 - Konfirmasi

Chapter 9 - Konfirmasi

Setelah makan siang di hari penutupan masa percobaan ini, maka resmi diumumkan nama para pegawai magang yang akan menjadi pegawai tetap sekaligus penempatan posisinya.

Mereka dapat melihat nama mereka di semua layar LED yang ada hampir disetiap sudut gedung. Memang layar itu sebagai tempat pengumuman kantor. Dikarenakan perusahaan ini bergerak di segala bidang namun yang menjadi titik awal KENS Corp. ialah bidang teknologi, maka hampir semuanya memaksimalkan teknologi super canggih. Namun, Aya tidak terlalu memperhatikan pengumuman tersebut. Ia masih gelisah akan hoodie yang berada ditangannya. Ia tidak suka menyimpan barang milik orang lain, terlebih ia tidak tau siapa pemiliknya. Jika benar milik CEO, maka ia akan sangat beruntung bila bertemu langsung dengannya dan akan bertanya apakah ia yang menolong keluarga Aya selama ini.

Aya memberanikan ke lantai 19 tempat kantor para pimpinan eksekutif termasuk sekertaris CEO dan wakil CEO. Meskipun ia tahu, pasti nantinya akan ditolak karena tidak semua diperbolehkan masuk ke lantai para eksekutif.

Sesampai dilantai tersebut, ia dihadang oleh security, namun Aya berusaha memaksa dengan menjelaskan apa yang ingin dia inginkan.

"Saya mohon pak, ada yang harus saya tanyakan pada sekertaris CEO."

"Mohon maaf, anda harus mengikuti prosedur. Anda bisa melalui ketua tim terdahulu. Jika disetujui akan diteruskan ke atasan, dan selanjutnya pun begitu."

"Ini rahasia, saya tidak mungkin sembarangan memberitahukan untuk menghindari pemberitaan tidak baik."

"Saya tau, tapi nona tidak bisa. Lagi pula, apa nona sudah diterima menjadi karyawan tetap? Dibagian mana anda diterima?"

Aya tersentak dan teringat bahwa benar apa yang dikatakan security itu, ini kesalahannya namun Aya tidak bisa mundur karena dirinya sudah melangkahkan kaki saat ini juga. Karena ia merasa sudah cukup selama 3 bulan ini perusahaan tempatnya bekerja sangat baik dalam merawat papanya. Aya terbata bata menjawab security itu.

"Saya..saya..belum tau pak. Saya belum perika nama saya, tapii saya.."

Security itu menundukkan kepalanya sesaat setelah melihat sosok dibelakang Aya. Ialah ternyata wakil CEO, Charles Axelsen. Aya yang membalikkan tubuhnya, begitu terkejut melihat sosok itu. Ia tidak pernah melihat wakil CEO dari jarak terdekat, ia hanya melihat 2 kali dan itu pun dalam jarak jauh. Charles mendekat dan menanyakan ada apa ribut di lantai kantor miliknya.

"Ada apa pak? Mengapa ribut disini?"

"Maaf wakil CEO, nona magang ini memaksa masuk kesini. Ia berkata ada yang harus ditanyakan langsung pada sekertaris CEO. Saya memintanya untuk mengikuti prosedur perusahaan kita."

"Bagus, apa yang anda lakukan benar pak. Lalu, nona apa anda masih akan diam disini?"

Wakil CEO, Charles tersenyum tetapi Dimata Aya ia bermaksud menyindir dan membuat Aya sedikit emosi, namun ia harus menahannya. Ia yakin pasti sosok yang membantu keluarganya bukanlah seperti ini. Sosok yang tidak jujur dan mudah sekali melakukan tipu muslihat dan rayuan dibalik ekspresinya itu.

"Maaf wakil CEO. Tapi saya harus mengatakan ke sekertaris CEO, maaf ini…"

"Heh sebentar, pak bisa tinggalkan kami dulu."

Security itu mengangguk dan pergi meninggalkan Aya bersama Charles. Charles lalu mempersilahkan Aya untuk mulai bicara kembali, ia hanya memberi satu kesempatan pada Aya untuk mengatakan sejujurnya.

"Saya tidak bisa mengatakan kepada anda. Saya harus tanya ke sekertaris CEO. Karena mereka yang dekat dengan CEO. Saya khawatir ini akan menimbulkan berita yang tidak baik."

"Anda benar, sekertaris CEO memang berhubungan langsung dengan CEO. Tapi saya wakilnya, dan nona perlu tau kalau saya juga sa.. Sebentar, anda magang? Apakah diterima?"

"Saya..saya..belum tahu."

"Kalau begitu saya tidak akan meneruskan apa yang akan saya katakan. Jadi, silahkan pergi dari sini nona magang..Hhmm Nona Takahashi? Ya silangkan pergi nona."

Charles membalikkan tubuhnya untuk pergi meninggalkan Aya. Aya tak habis pikir sikap wakil CEO perusahaan ini yang kabarnya terlihat ramah dan pengertian namun ternyata sama sekali tidak.

"Tunggu! Saya..saya pasti diterima. Meski saya belum cek. Anda bisa periksa sendiri."

Charles berhenti dan membalikkan badannya, lalu ia mengangkat handphonenya yang menandakkan ia akan memeriksanya sembari senyum lebarnya. Setelah memeriksanya, Charles terkejut, bagaimana bisa gadis muda ini begitu percaya diri dan tebakannya sangat benar. Aya melihat ekspresi itu dan sudah yakin bahwa ia pasti diterima. Namun, tiba tiba Charles mendekatkan wajahnya pada Aya dan membuat Aya terkejut sehingga ia harus mundur.

"Jangan terlalu senang, karena anda sekarang berada dibawah kendali saya. Nona Takahashi, selamat menjadi sekertaris saya. Tetapi, karena anda sudah diterima di perusahaan kami dan menjadi salah satu sekertaris saya, saya akan sedikit berbicara santai dan memberi kamu kesempatan lain. Ini kesempatan terakhir. Bagaimana?"

"Baiklah."

"Hehe, mari ikut ke ruangan saya dulu. Kita bicarakan didalam."

Aya mengikuti Charles yang langsung berjalan masuk ke kantornya. Charles duduk di kursinya dan meminta Aya untuk berbicara apa yang ia ingin bicarakan kepada sekertaris CEO. Aya masih ragu, lalu Charles berdiri dan tersenyum pada Aya.

"Saya wakil CEO tapi saya juga sahabat CEO dari kecil. Saya tau semua tentang dirinya. Saya mau tanya apa kamu tau hal ini? Atau nama lengkap CEO kamu tau?"

"Saya memang tidak tau dan memang semua informasi tentang dirinya sangatlah rahasia. Tetapi.."

"Tetapi apa?"

"Saya juga memiliki hak untuk menolak."

"Haha, ternyata kamu benar benar orang berprinsip dan setia ya, apa kamu fikir sekertaris ceo bisa memberitahu apa yang kamu inginkan? Baiklah, silahkan katakan sekarang atau kamu bisa kembali ke acara penutupan percobaan hari ini. Bagaimana?"

Charles lalu duduk kembali dibalik mejanya yang besar. Ia membuka hp dan mengirim pesan ke sahabatnya si Andra yang menemani CEO yang tak lain sahabatnya juga, Kenzo.

Aya sempat berbalik badan ke arah pintu, lalu ia memejamkan matanya sesaat untuk menenangkan dirinya. Aya memberanikan diri berbicara pada Charles yang terlihat santai.

"Kapan CEO akan berada di perusahaan? Apakah bisa saya menemuinya?"

"Hah? Hahaha..apa maksud perkataanmu? Hahaha, kamu.."

"Apa?"

"Baiklah, haha. Saya tidak bisa menahan tawa ini. Nona Takahashi anda bertemu saya hari ini suatu kebetulan dan anda bisa berbicara dengan saya seperti ini suatu keberuntungan. Bagaimana kamu lupa dengan prosedur perusahaan? Hahaha, apalagi kamu baru selesai magang hari ini haha.."

"Maaf, saya tau itu."

"Apa? Respon apa itu? Benar benar mirip dia hhmm. Baiklah, saya tidak bisa memberitahu kamu kapan CEO akan ada diperusahan. Tetapi untuk hari ini, saya pastikan benar kabarnya bahwa CEO akan hadir nanti malam. Namun, kamu tidak akan bisa menjangkaunya. Jadi, apakah ada hal lain?"

Aya termenung sesaat lalu ia mengeluarkan catatan yang diberikan CEO padanya seminggu lalu saat ia lembur.

"Itu saya yang mendapatkan seminggu lalu dilayar PC saat saya terbangun dari lembur saya selama magang. Saya sudah beritahu pada kepala marketing, Pak Kudo dan sudah dikonfirmasi."

Charles terkejut dan langsung berdiri, seketika ia diam dan menatap serius Aya sambil mengangkat salah satu alisnya. Lalu ia kembali duduk masih melihat Aya yang berdiri dibalik mejanya.

"Ada apa wakil CEO? Bukankah ini harusnya hal yang biasa bagi anda? Apakah karena saya yang mendapatkannya? Atau CEO pernah pulang seminggu lalu dan anda tidak mengetahuinya? Oh maafkan saya."

Aya tersenyum menyeringai pada Charles. Ia melihat Charles yang tampak terkejut dari ekspresi rahangnya yang tertahan.

Dibenak Charles, memang ia tidak tau sahabatnya sudah pulang. Ia mengumpat sahabatnya, bahkan ia tidak tau apakah Andra juga tau dan mengerjai dirinya. Aya lalu menunjukkan Hoodie yang ia keluarkan dari tasnya untuk memecahkan kebisuan dari wakil CEOnya.

"Pak Charles, apakah anda mengenal jaket hoodie ini?"

"Ini..sepertinya saya tau siapa yang biasanya memakai. Ada apa?"

Aya tersenyum, sedikit demi sedikit ia sudah merasa terkonfirmasi bahwa itu milik CEO sepertinya.

"Bisakah anda lebih spesifik mengatakannya?"

Charles terdiam sesaat lalu tersenyum. Ia merasa itu milik sahabatnya Kenzo, nun ia tidak akan sembarangan menebak dan menurutnya untuk apa Kenzo memberikan cuma cuma barang pribadinya senilai harga yang tinggi dan pada orang lain. Terlebih ia sudah tidak di Jepang hampir 3 bulan lamanya.

Charles bangkit berdiri dan mendekati Aya.

"Oh maaf nona Takahashi, saya telah meremehkan anda sebelumnya haha. Saya tidak akan mengatakan apapun mengenai jaket itu. Silahkan keluar, karena saya teringat masih ada urusan."

"Hhmm, pak Charles anda mundur begitu saja?"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Oh tidak, ternyata anda menarik apa yang anda tawarkan pada saya. Ternyata harga diri anda untuk menarik perkataan anda sangatlah mudah. Lalu untuk apa saya masih disini dan sejak tadi kemari serta harus merendahkan harga diri saya untuk memohon. Yang pada akhirnya tidak terjawab semua pertanyaan saya."

Charles makin terkejut dengan kepribadian Aya yang sangat tinggi, ia lalu berusaha menghilangkan keterkejutannya dengan tersenyum pada Aya.

"Cihh..gadis muda, lidahmu sangat tajam ya. Berhati hatilah. Jangan melewati batas, oke? Saya tidak menjawab bukan karena saya merendahkan harga dirimu dan menarik kembali ucapan saya. Tapi karena saya tidak bisa. Oh benar, kamu silahkan kembali dan simpan pembicaraan ini untukmu saja. Atau jika tidak, kamu sendiri yang akan menyesal. Ditambah namamu sudah booming lo saat ini karena posisimu sebagai sekertaris saya haha..bersiaplah."

"Tidak perlu anda beritahu pak, ketika saya melakukan sesuatu saya sudah siap apapun resikonya. Saya akan kembali, terima kasih. Sampai jumpa kembali Wakil CEO Charles."

Charles terdiam setelah mendengar kalimat terakhir Aya dan melihatnya pergi begitu saja. Ia teringat akan sahabatnya, Kenzo yang sangat pintar bersilat lidah layaknya gadis itu. Ia tak habis pikir akan menemui dua anak muda dalam hidupnya yang seperti itu.