Chapter 13 - Bab 13

Api. Liana melihat kerja kerasnya selama bertahun-tahun lamanya itu terbakar habis dalam api. Menemani hancurnya dokumen dan buku yang tidak bisa dia selamatkan adalah tangisan anak-anak yang belum sempat dia belah dan jadikan tikus percobaan.

Dia ingin kembali berlari masuk ke sana, tapi ada sosok besar yang menghalanginya, menghalangi dia dari melihat apakah subjek tes terakhirnya selamat atau tidak.

Andai saja dia lebih kuat dari dirinya yang sekarang, andai kata dia bisa membawa kembali dewa yang mereka sembah ke dunia, maka mereka pasti akan .....

Membuka mata. Kereta pikirannya di dalam mimpi berhenti, dia kembali ke kenyataan yang menyambut dengan kasarnya, mengingatkan dia sudah kehilangan apa dengan kekosongan di kasur dan keningnya.

Buku-buku kini menggantikan Quinn dan pakaian mereka, banyak dari mereka tergeletak di lantai dan di atas kasur putih yang sudah beberapa hari tidak mereka nodai itu.

Sesekali, Ana masih merindukan hari bersama si jalang, tapi setiap kali mengingat semua hal manis yang sudah mereka lakukan bersama, pikirannya selalu berakhir pada tindakan terakhir pasangannya.

Tindakan kejam yang membuatnya meremas keras selimut putihnya dan mulai berpikir, Jika saja kau meminta lebih baik, Quinn. Mungkin aku akan memberikannya padamu.

"Tapi tidak ...." Berbicara dia pada dirinya sendiri yang perlahan bangkit, "Karena itulah aku harus melakukan ini juga." Dan mulai berpakaian.

Dia memakai pakaian pekerjaan standarnya, pakaian wanita suci yang belum pernah berhubungan dengan seorang pria. Sebuah gaun putih suci dengan simbol dewa mereka dijahit menggunakan benang emas di setiap detailnya.

Tidak lagi meminjam tudung milik para biarawati atau sengaja menaruh poni untuk menutupi tatonya, dia bebas untuk bergaya sesuai keinginannya.

Kini berjalan keluar, tapi tidak untuk melakukan ritual suci di depan altar. Pekerjaan itu sudah diwakilkan oleh tangan kanannya yang terlalu percaya bahwa dia sakit.

Pakaian ini punya simbol yang jauh berbeda dari simbol yang menghiasi gereja mereka. Simbol dari Dewa lama yang sudah kehilangan takhtanya, dan sekarang menjanjikan kepada keluarga Ana segalanya jika salah satu dari mereka bisa mengembalikannya ke Surga.

Sebuah beban yang kini ditanggung Ana yang bertekad untuk menyelesaikannya.

Wanita muda itu berjalan turun ke ruang bawah tanah gereja tempat mereka menyimpan alkohol yang tidak lagi mereka jual. Melewati semua yang becek dan lembap dengan satu pisau dan buku tua di tangan.

Saat mencapai tempat yang cukup kering dan luas, Ana menghentikan langkahnya. Dia membersihkan sedikit tempat itu dari segala macam hal yang bisa mengontaminasi ritualnya seperti serangga dan katak.

Selesai melakukan itu, Ana mulai melukai tangannya. Dia menggambar lingkaran sempurna menggunakan darah yang keluar dari sana sembari merapalkan mantra tua.

Lebih tua dari tanah, lidahnya tidak seharusnya bisa mengucapkan semua hal yang tidak mampu dipahami manusia itu. Namun Ana melakukannya, dia melakukannya hingga dirinya selesai menggambar enam sisi bintang yang kini bersinar.

Setiap segitiga yang kosong diisi oleh simbol-simbol pagan tua yang hanya bisa ditemukan di bangunan-bangunan peradaban lama. Tidak ada di zaman sekarang yang tahu artinya, tidak bahkan Ana.

Akan tetapi, si wanita muda tahu bahwa cahaya ungu yang keluar dari sana adalah pertanda baik untuknya, begitu pula rasa sakit di kepala dan suara-suara dengan berbagai ide busuk yang bergema di sana. Terutama saat tangan-tangan keji mulai menyeret tubuh-tubuh menjijikkan mereka keluar dari Neraka dan tidak menyakiti Ana.

Cepat mereka memenuhi seluruh ruang bawah tanah yang kecil itu, menghancurkan segala hal yang menghalangi jumlah mereka bertambah termasuk alkohol-alkohol dalam tong yang sudah hancur semua.

Jenis mereka bermacam-macam, ada yang terbang hingga merayap. Ada yang bermata empat dan ada yang buta. Kulit mereka warna-warni pula, mulai dari putih hingga merah, tidak ada warna yang tidak Ana lihat berada dalam kerumunan yang sekarang diam.

Seakan sedang menunggu perintah dirinya.

Dan benar saja, "Bawakan Quinn kepadaku." Mereka hanya mulai bergerak, berlari, terbang, dan merangkak keluar ke dunia saat Ana memberikan perintah.

Teriakan bisa Ana dengar berasal dari atas sana, "Dan bunuh semua orang yang kalian temukan dalam proses mencarinya." Mengingatkan dia untuk memberikan perintah tambahan yang akan mempermudah semua proses ini nantinya.

Tersenyum puas pada kemajuan yang dia buat, Ana memutuskan untuk keluar dari tempat becek itu dan belajar lebih lanjut tentang iblis lagi di kamarnya sembari menunggu iblis-iblis rendahan dengan kecerdasan minimal yang sudah dia panggil berhasil menemukan Quinn.

Sesuatu yang berhasil mereka lakukan beberapa minggu kemudian saat beberapa bola cahaya menarik muncul di depan kebanyakan iblis-iblis yang kini sudah dia tahu cara beri perintah menggunakan telepati.

Akan tetapi lebih daripada itu, dia juga bisa melihat dari mata mereka sendiri. Sebagaimana sekarang dia menyaksikan iblis merah yang dia pinjam penglihatannya itu terus mengikuti bola cahaya yang perlahan menjadi lebih banyak bersama jumlah rombongan iblis yang mengejar.

Hingga akhirnya, semua iblis rendahan yang menginfeksi Scorchbay berkumpul di satu tempat, mengizinkan Ana untuk melihat dengan jelas pencipta sang bola cahaya, yaitu mantan kekasihnya.

Lebih daripada itu, dia juga bisa melihat si anak setan yang sedang berpegangan tangan dengan waria tidak berguna di belakang sang mantan kekasih yang juga berada di belakang sosok yang jauh lebih besar.

Sosok itu berdiri dengan senyuman, hampir dikenali oleh Ana yang cepat kehilangan visual saat iblis yang dia pinjam penglihatannya ditinju dan mati pertama.

Ana kemudian mencoba lagi, dan lagi, dan lagi. Menemukan hasil yang sama berkali-kali, sensasi koneksi telepatinya putus seketika yang semakin cepat terjadi bersama waktu.

Dia bisa melihat sejenak bahwa iblis-iblis itu sungguh berusaha melawan, mencabik lawan mereka, melukainya. Dan mereka berhasil melakukannya, tapi sang lawan tidak memiliki reaksi apa-apa.

Tidak melambat atau mengubah ekspresinya, semua yang terjadi setelah iblis-iblis milik Ana menyakiti pria itu adalah kematian mereka.

Satu hasil yang berulang selama beberapa hari hingga akhirnya berhenti sendiri saat Quinn dan komplotannya sudah berhasil keluar dari pinggiran kerajaan yang bisa iblis-iblis rendahan itu taklukkan.

Dalam beberapa hari itu, Ana membuang waktunya mengukur kekuatan pria yang mampu menghadapi sekumpulan iblis rendahan seorang diri.

Pencapaian yang luar biasa, tentu saja. Namun telah memiliki hasil perhitungan akhir, Ana tidak percaya sang pria akan menjadi masalah yang besar untuk dirinya atau rencananya.

Sebab dia yang kini telah memastikan bahwa Quinn masih ada di dalam Peterarchland sudah memutuskan untuk tidak membiarkan jalang itu lari lagi darinya.

Oleh karena itulah kini dia kembali berada di basemen dari gereja yang sudah kehilangan jemaat, pendeta, dan biarawatinya ini.

Di sana, dia merapalkan mantra sekali lagi. Lebih kuat kali ini, lebih keras, jauh berbeda dari apa yang dia katakan sebelumnya. Tindakan yang jelas saja menghasilkan hal yang berbeda.

Bukan lagi bersinar ungu, lambang pagan yang dia gambar itu kini hijau tua bagai kematian. Keluar dari dalamnya adalah tiga sosok mengerikan.