Tokyo, Jepang
Raiden Isamu menatap sahabatnya Kang Soo Wook yang sudah banyak berubah meski jejak-jejak ketampanan pada diri pria itu masih belum hilang. Sudah lama sekali mereka tak pernah bertemu sejak Isamu mengantikan sang ayah menjadi pimpinan Yakuza. Kini mereka kembali bertemu saat pria yang biasa disapa Soo Wook itu tiba-tiba datang ke Tokyo untuk menemuinya.
"Cukup mengejutkan melihatmu datang kemari setelah kau bersikap seakan tak mau menemuimu lagi" kata Isamu masih teringat hari ketika dua sahabatnya datang mengacaukan acara pengangkatannya sebagai pimpinan baru Yakuza. Saat itu Sook Wook dan Imamura berusaha menghalanginya menjadi pimpinan Yakuza tapi Isamu justru mengatakan pada mereka kalau ia sudah memutuskan untuk menjadi penganti ayahnya. Keputusan itu jelas membuat mereka kecewa karena meski sama-sama pernah berada di dunia hitam tapi baik Sook Wook atau Imamura tak pernah lagi mau bersentuhan dengan dunia hitam jika tidak terpaksa. Mereka sudah cukup lama hidup dengan tenang dan damai di tengah masyarakat tanpa melibatkan diri dengan mafia atau gangster manapun demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Namun nyatanya Isamu justru menjeburkan dirinya ke dalam lumpur dan memilih hidup seperti ayahnya.
"Aku hanya kecewa dengan keputusan yang kau buat, sebagian besar anak buahku telah kuserahkan pada Yakuza agar aku bisa hidup tenang tanpa terlibat dengan mafia tapi kau justru mengambil alih mereka dan menjatuhkan dirimu ke lumpur"
"Aku kehilangan ayahku di tangan anak asuhku sendiri, itu membuatku tidak tenang, jika suatu saat anak itu datang dan berniat menghabisi keluargaku, bagaimana aku bisa tenang"
"Anak asuh? Siapa yang kau maksud? Hayate Kenzi?" tanya Soo Wook yang tahu persis siapa pemuda yang dimaksud sahabatnya itu dan tidak lain adalah putra kandungnya sendiri.
"Kau mengenalnya?"
"Bagaimana mungkin aku tak mengenalnya setelah kudapatkan informasi jika kau pernah memperkerjakan putraku sebagai pembunuh bayaran"
"Apa?"
"Hanya karena mengingat persahabatan kita aku tidak melakukan sesuatu yang buruk padamu, jika tidak entah apa yang sudah kulakukan padamu dan anak buahmu"
***
"Kau…apa? Melakukan barter dengan Yakuza hanya untuk Hayate Kenzi?" tanya William disuatu sore setelah mendengar pengakuan Stefan soal pertukarannya dengan Yakuza. Sejak kecil hingga dewasa William tak pernah sekalipun melihat atau mendengar adik lelakinya yang penyuka sesame jenis itu terlibat dengan mafia manapun apalagi sampai melakukan barter dengan Hayate Kenzi sebagai pertukarannya. Ia sungguh tak mengerti apa istimewanya Kenzi sampai membuat seorang Stefan Lee bertransaksi dengan pimpinan Yakuza yang dikenal serakah hingga tentu saja tidak akan semudah itu dia melepaskan orang terbaiknya. Apalagi Kenzi sudah dibesarkan sejak pria itu masih bayi dan bisa dikatakan mesin pembunuh bagi Yakuza.
"Kupikir hampir tak ada yang lolos dari perhatian Hyung tapi ternyata itu salah"
"Maksudmu?"
"Hyung bahkan tak tahu aku membuat transaksi aneh dengan Yakuza hanya untuk mendapatkan Hayate Kenzi"
"Kenapa?"
"Pertama, aku melihatnya membunuh seseorang ketika dia masih bocah dan hyung tahu untuk siapa dia melakukan itu? Untuk menyelamatkan Illona, adik kesayangan kita" kata Stefan yang masih ingat jelas seperti apa situasi mengerikan ketika ia susah payah mencari adik kecilnya dan mendapati sang adik nyaris tewas di tikam seseorang. Seandainya tidak ada bocah lelaki itu yang datang menyelamatkian Illona barang kali saat ini nama Illona hanya akan menjadi kenangan dan tidak akan pernah bisa ia lihat bagaimana adiknya akan tumbuh.
"Mustahil…"
"Bukan berarti Illona pulang dalam keadaan selamat maka dia baik-baik saja, tidak hyung, dia hampir tewas dan entah sadar atau tidak di belakang adik kecil kita ada bocah monster yang telah menyelamatkannya"
"Jadi karena itu kau melakukan transaksi gila ini? Dengan Yakuza?"
"Sejak aku melihat ada seorang bocah yang rela membunuh untuk menyelamatkan adikku maka dengan segala cara akan kudapatkan dia entah sebagai pengawalnya atau rekan hidupnya yang akan ada di sisinya bahkan rela mati demi melindunginya"
William selama ini sudah merasa overprotective terhadap Illona hingga ia sering diam-diam memata-matai Kenzi untuk mengetahui jika ada hal buruk dilakukan pria satu itu tapi pada kenyataannya tidak ada kecuali sekedar masalalunya. Namun yang dilakukan Stefan lebih darinya, ia bahkan menyelamatkan hidup Kenzi demi Illona. Entah apakah Kenzi tahu atau tidak tapi kenyataan itu membuatnya agak khawatir, jangan-jangan perasaan Kenzi hanya karena rasa balas budi pada Stefan bukan murni cinta pada Illona.
"Tidak hyung, cintanya murni bukan sekedar balas budi" kata Stefan yang seakan bisa membaca isi pikiran kakaknya hingga ia bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang terlintas dalam pikiran kakaknya.
"Bagaimana kau tahu?"
"Balas budi tak akan membuatnya menunggu bertahun-tahun apalagi aku bisa dengan jelas melihat perbedaan sorot matanya ketika memandang Illona dan memandang wanita lain, tatapan matanya hanya akan tampak lembut kepada Illona bahkan padaku saja tidak"
"Aku memang melihat itu dan sulit untuk mengabaikannya, hanya saja…"
"Tenanglah hyung, dia bukan sekedar balas budi dia benar-benar mencintai adik kita"
"Kuharap begitu"
"Ini memang bukan hubungan yang kurencanakan terjadi di antara mereka tapi mau bagaimana lagi, sudah terjadi, perasaan tumbuh begitu saja, aku bisa apa?"
"Dan Illona?"
"Wanita satu itu, benar-benar lambat menyadari perasaannya tapi da tidak bodoh" kata Stefan yang meskipun Illona tak pernah menyadari perasaannya sendiri tapi sebagai kakak ia sangat sadar perasaan adiknya lebih dari sekedar teman dengan Kenzi. Berulang kali ia sering melihat Illona membiarkan Kenzi mengandeng tangannya padahal pada pria lain jangankan mengandeng tangannya Illona bahkan takkan membiarkan mereka menyentuhnya.
"Jadi…"
"Bantu dia hyung"
"Bantu?"
"Iya, membantunya untuk menyadarkan Illona, tidakkah hyung merasa memiliki adik ipar sepertinya cukup menguntungkan? Dia bisa melakukan apapun untuk Illona dan tak akan pernah menjadi pengkhianat seperti yang bisa dilakukan oranglain kepada Illona"
"Maksudmu?"
"Jika bukan Kenzi aku bahkan ragu ada seseorang yang bisa menerima Illona apalagi saat tahu latar belakang kehidupan kita dan bisa dikatakan penuh dengan tragedi"
"Apa rencanamu?" tanya William kemudian dan Stefan tersenyum mendengar pertanyaan sang kakak.
"Tidakkah usia Illona sudah cukup untuk menjadi seorang istri"
"Kau ingin mereka menikah?"
"Tentu saja, itu lebih membuatku tenang daripada membiarkannya terus mengadukan siksaan batinnya karena harus terus menunggu, karenanya bantu Kenzi membunuh Illona"
"Ini tidak akan mudah tapi aku akan mencobanya"