Chereads / Tragedi Cinta / Chapter 24 - Bagian 23

Chapter 24 - Bagian 23

Kenzi sedang berada di Rue de Marseille salah satu jalanan yang terkenal indah di kota Paris. Lokasinya yang berada di dekat Canal Saint-Martin sebuah area dengan kekayaan sejarahnya membuat kawan ini menjadi salah satu lokasi paling popular bagi kalangan muda di kota Paris. Siang-malam bar dan restaurant dibuka ditambah lagi lokasinya yang dipenuhi butik serta berbagai macam toko-toko dengan aneka kebutuhan fashion membuat tempat ini banyak dikunjungi para fashionista. Salah satu tempat yang cukup popular adalah Heiji Gold Apartement dan berlokasi persis di belakang deretan butik mewah di wilayah itu.

Kenzi berada di tepi kolam renang apartement mewah itu yang sedang dipenuhi para pekerja dan tengah menghias beberapa dinding apartement. Heiji Grup memang sedang melakukan pembaharuan terhadap beberapa gedung real estate milik mereka termasuk apartement. Hiasan marmer dan berbagai batuan indah dari berbagai bahan banyak didatangkan untuk menghiasi dinding-dinding apartement itu. Kenzi secara khusus datang melihatnya ditengah kesibukannya mengurus perusahaan juga memilikirkan Illona yang sudah dua minggu lebih belum juga sadar. Sejujurnya ia khawatir tapi urusan perusahaan tak bisa ia tinggalkan sekalipun itu demi Illona. Tanggung jawab yang telah ia terima dari William memaksa Kenzi memprioritaskan perusahaan meski saat malam tiba ia selalu rajin mengunjugi Illona dan menyaksikan gadis itu terbaring tenang di atas ranjangnya tanpa bergerak atau merespon setiap ucapannya.

"Kita akan menambahkannya disisi barat lalu disebelah timur kita akan pasangkan…" kata manager proyek menjelaskan soal rencana yang sedang dijalankannya untuk membangun ulang hiasan dinding apartement.

"Aku ingin tambahkan warna emas di sebelah sana, lalu…" Kenzi membalas ucapan sang manager proyek dan pembicaraan keduanya berlangsung cukup lama sementara para pekerja sibuk memasang setiap hiasan pada dinding apartement seperti intruksi sang mandor.

"Tentu, ini akan berjalan sesuai dengan apa yang anda rencanakan"

"Sebentar" sela Kenzi saat ponselnya tiba-tiba berdering nyaring dan membuat ia harus sejenak mengakhiri pembicarananya dengan sang manager proyek.

"Iya, hyung, ada apa?" kata Kenzi setelah ia menempelkan ponsel di telinga kanannya dan mendengar suara William. "Sudah sadar? Baik, aku akan segera ke sana" kata Kenzi setelah mendengar kabar sadarnya Illona dan itu sangat melegakan. "Maaf, aku harus ke rumah sakit, proyek ini silahkan lanjutkan sesuai rencana"

***

Illona masih tak percaya melihat ayah yang selama ini hanya bisa ia lihat fotonya atau kunjungi makamnya kini duduk di sampingnya. Sejak sadar hingga sekarang sang ayah tidak sekalipun beranjak dari sisinya. Sedari kecil ia hanya mengetahui tentang ayahnya dari foto atau cerita hingg tidak sekalipun Illona tahu seperti apa persisnya sang ayah. Ternyata sangat berbeda dengan fotonya, ayahnya memiliki tubuh yang jauh lebih besar dan meskipun sudah tampak tua tapi sisi tampan dari para paras pria itu tidak juga menghilang.

"Kenapa memang appa seperti itu?" tanya Imamura saat melihat tatapan mata putrinya yang begitu intens.

"Tidak, hanya saja Illona masih tak percaya bisa melihat appa bukan hanya foto"

"Apa kau bahagia?"

"Sangat, sejak kecil aku selalu iri melihat teman-temanku bersama ayah mereka, sementara aku…"

"Maafkan appa" kata Imamura yang jujur saja ia merasa sangat bersalah mengetahui putri cantiknya harus tumbuh tanpa seorang ayah atau kenangan-kenangan bersamanya. Mulai saat ini ia akan membuat hari-hari Illona dipenuhi kenangan bersamanya, ia akan ada untuk gadis itu yang kehilangan kenangan masa kecilnya bersama Imamura.

Sekali lagi dekapan hangat itu memeluk Illona dan rasanya begitu menenangkan. Imamura seakan mendapatkan kembali kebahagiaannya setelah segala peristiwa yang merenggut paksa keluarganya hingga bahkan ia kehilangan waktu bersama anak-anaknya. Kini ia tak peduli lagi apapun yang terjadi Imamura tidak akan pergi seperti sebelumnya karena pada akhirnya pergi tak pernah menjamin keselamatan anak-anaknya. Buktinya Illona tetap dicelakai saat ia tak berada disisinya dan yang menyelamatkannya justru oranglain.

"Aku lega membawa appa kemari, sekarang kau punya tempat bermanja seperti dulu" kata Oliver yang sedari tadi ia melihat bagaimana adiknya itu kembali memiliki sandaran untuk bermanja seperti dulu dan sempat hilangan sepeninggal ibundanya hingga memaksa Illona menjadi dewasa.

"Terima kasih oppa"

"Ini yang memang harus kulakukan, sekarang nikmati harimu, semua urusan biar kami memikirkannya, kau hanya perlu menjadi adik kecilku, ok?" kata Oliver yang sejak Illona mengalami koma dan membuatnya dalam kondisi kritis ia telah memutuskan untuk membaskan Illona dari tanggung jawab memikirkan urusan berat keluarga ini. Ia hanya ingin Illona hidup dengan bahagia dan soal masalah dalam keluarga mereka ia yang akan memikirkannya bersama kedua saudara lelakinya juga Kenzi.

"Tapi…"

"Jangan khawatir, kami bisa mengatasinya, sekarang kau bisa kembali pada duniamu"

Illona tersenyum menatap sang kakak dengan perasaan bahagia. Ia akhirnya bisa terbebas dari tanggung jawab mengurus perusahaan tapi disatu sisi ia juga khawatir akan bagaimana kakak-kakaknya mengatasi masalah ini. Namun demikian ia tak bisa kembali mengurus perusahaan ketika kondisinya bahkan sudah tak cukup layak untuk itu.

"Illona!" Kenzi tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan nafas ngos-ngosan seakan dia baru saja berlari dari kantornya menuju rumah sakit.

"Keni…"

"Akhirnya kau sadar" kata Kenzi menghampiri Illon dan saat itu Imamura menatap ke arah Kenzi yang wajahnya sudah tidak asing lagi apalagi ia sudah sempat mendengar cerita soal hubungan dekat putrinya dengan pemuda itu. Meski tak bisa disebut kekasih tapi Kenzi adalah sosok yang selalu mengejar putrinya dan ini benar-benar mirip seperti kisahnya dengan mendiang ibunda Illona, Irina Baskara. Dulu ia mengejar wanita itu dengan segala cara bahkan sampai rela meninggalkan Yakuza meski pada akhirnya dengan sangat terpaksa harus ia tinggalkan dengan cara menyakitkan.

"Maaf, sudah membuatmu khawatir" kata Illona saat melihat raut wajah Kenzi begitu cemas. Pria yang selalu memperlihatkan senyuman manis itu jarang sekali menampakkan kecemasan dan kali ini Illona melihat kecemasan merusak senyuman manis di wajahnya.

"Tidak perlu minta maaf, aku memang seharusnya cemas melihat keadaanmu?"

"Sudah lebih baik meski tanganku masih terasa aneh"

"Aneh?"

"Tangannya sering mati rasa" kata Oliver menjelaskan kondisi Illona yang meski sudah agak membaik tapi tangan adiknya itu masih sering mati rasa hingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sejujurnya ia punya kekhawatiran atas kondisi tangan Illona dan berharap tidak ada kerusakan pada otot atau syaraf di tangan Illona yang menjadi sebab tangan kecilnya mati rasa.

"Apa itu buruk?"

"Masih harus dilakukan pemeriksaan"

"Maaf, saya lupa menyapa anda" kata Kenzi saat sadar di dekat Illona ada Imamura tapi ia bahkan tak menyapa pria itu. "Saya Hayate Kenzi"

"Aku sudah tahu, pria yang bertahun-tahun mengejar putriku?"

"Appa"

"Katakan nak, apa yang membuatmu harus menyiksa pria setampan ini? Dia punya pekerjaan bagus, tampaknya dia cukup tergila-gila padamu" kata Imamura yang meskipun ia tak lama mengenalnya tapi William sudah menceritakan segala hal tentang pemuda di hadapannya itu. Masa lalunya memang hampir mirip dengannya tapi tidak seburuk ia sampai harus meninggalkan keluarga, bahkan pemuda itu sudah meninggalkan Yakuza jauh sebelum dia berniat mendekati Illona dan Imamura bisa cukup tenang mengetahui semuanya karena William tak akan mungkin membiarkan putrinya di dekati pria berbahaya.

"Aku punya alasan"

"Apa?"

"Keadaanku tidak cukup baik, belakangan aku sering sakit"

"Appa bahkan selalu bersama ibumu yang punya masalah depresi dan seandainya bukan karena Choi Hyun Jee, sekalipun appa tidak akan pernah meninggalkan ibumu"

"Appa" kata Illona yang tak tahu harus berkata apa, kondisi ayahnya saat bersama sang ibunda jauh lebih buruk dari keadaannya saat ini.

"Baiklah, sepertinya kalian harus bicara" kata Imamura beranjak dari sisi ranjang putrinya. "Oliver temani appa cari kopi"

"Appa tunggu!"

"Kita memang harus bicara" kata Kenzi menahan tubuh Illona untuk tetap di ranjangnya sementara ayah dan kakak gadis itu sudah berlalu pergi meninggalkan kamarnya. Kondisi Illona sudah cukup baik dan sepertinya ini memang waktu yang tepat untuk bicara. Ia tahu Illona baru saja sadar setelah dua minggu lebih tak sadarkan diri. Tapi ia tak bisa melewatkan kesempatan yang diberikan ayah dan kakak gadis itu.

"Sampai berapa lama kau akan membuatku tersiksa seperti ini"

"Keni"

"Aku tidak peduli persoalan fisik, jadi kumohon jangan menolakku lagi untuk alasan yang sama, kecuali kau memang tak mengijinkanku bersamamu"

"Kau akan menghabiskan hidupmu dengan keadaanku yang serapuh ini"

"Aku tak peduli, jauh lebih tersiksa saat aku harus terus menunggu dan mengejarmu"

"Keni…"

"Menikahlah denganku, kumohon"

Sedetik, dua detik, lima detik Illona hanya terdiam menatap Kenzi seakan sedang memikirkan sesuatu dan memastikan isi pikiran pria itu sebelum akhirnya jawaban yang diharapkan Kenzi terucap dari mulut Illona. "Baiklah, aku akan menikah denganmu dan kuharap kau tidak akan menyesalinya"

"Aku akan lebih menyesal jika harus melepaskan wanita sepertimu"