Debora sudah ketakutan saat memasuki kamar itu, karena sebelum ia masuk suara teriakan terdengar dari luar. Tapi, ia tak bisa melawan saat Ronald mendorongnya paksa memasuki kamar itu. Tempat yang dikunjungi Debora bukan lagi hotel, tapi mansion dan jaraknya cukup jauh dari tempat keramaian. Sudah beberapa hari ini ia bukan lagi dibawa ke hotel, karena para kliennya lebih memilih sebuah mansion mewah untuk bertemu dengannya. Kali ini tempatnya berada jauh dari pusat kota dan di tempat itu seberapapun kerasnya teriakan seseorang tak seorang pun akan menolong.
Benar saja, wanita di dalam kamar yang sempat ia dengar teriakannya sama sekali tak ada yang menolongnya. Padahal, kondisinya sudah mengerikan. Sekujur tubuhnya memerah, bahkan berdarah. Debora tak tahu kesalahan apa yang sudah dilakukan wanita itu. Wanita malang itu hanya bisa pasrah tanpa bisa melawan dan kini giliran Debora menghadapi psikopat gila itu.
Roland meninggalkan Debora bersama pria mengerikan itu dan tiba-tiba enam orang pria muncul. Debora terkejut melihatnya juga pria psikopat gila yang berdiri tidak jauh darinya.
"Sudah kuduga. Dia pasti akan berakhir di tempat ini."
"Kalian mengenalku?" tanya Debora pada para pria itu yang salah satunya sedang menatap Debora.
"Kami dibayar untuk mencari Anda dan membunuh siapapun yang berani menyentuh Anda," kata salah satu pria itu yang seketika mengejutkan Debora, karena ia bahkan tak tahu siapa orang-orang itu.
"Siapa kalian? Beraninya kalian memasuki kamarku tanpa izin!" teriak pria bermata hijau di hadapan Debora yang beberapa saat lalu nyaris membuat Debora bernasib seperti wanita malang itu.
"Kami bahkan tidak perlu izin untuk membunuh Anda!"
"Apa katamu?"
"Kalian berdua bawa wanita ini. Dia bisa menjadi kunci untuk mencari tahu semua yang kita butuhkan. Pastikan dia selamat."
Debora menatap dua pria yang membawa wanita malang itu bersama mereka. Wanita itu tampak lemah, bahkan kedua kakinya tak bisa menginjak lantai hingga saat dia dibawa, kedua pria itu harus mengangkat tubuhnya.
"Jangan pikir kalian bisa membawanya pergi!!!" teriak klien Debora marah dan saat itu pekerlahian pun terjadi.
Tapi, pria itu tak sebanding dengan keempat pria yang datang untuk menyerangnya. Dengan mudah mereka bisa melumpuhkan klien Debora hanya dengan beberapa kali pukulan.
"Nona, segera pergi dari sini. Kami tidak ingin bertarung sambil membawa Nona."
Debora segera meninggallkan mansion mewah itu dan pria yang tadi tersenyum padanya menikmati ketakutan Debora, kini dia yang harus merasakan ketakutan berhadapan dengan dua pria yang berdiri di hadapannya.
"Suara apa itu?" tanya Debora saat ia sudah tiba di dalam mobil dan suara ledakan terdengar menggema di belakangnya. Debora menoleh ke belakang. Mension mewah itu sudah menjadi santapan si jago merah.
Tidak lama kemudian, Debora tiba di sebuah hotel dan dua pria yang menjaganya, membawa ia ke salah satu kamar di hotel itu. Debora memandangi interior mewah dari ruangan itu, yang sebelumnya bahkan tak pernah ia lihat kamar hotel demikian mewahnya.
"Malam ini Nona tidur di sini. Besok pagi kita akan segera berangkat ke Kota Paris. Jadi, berisitirahatlah. Setengah jam lagi pelayan hotel akan mengantar makanan. Saya yakin Nona pasti belum makan."
"Boleh saya tahu nama Anda?"
"Panggil saya Ichiro. Saya bekerja pada Tuan Kenzi."
"Baik. Terima kasih, Ichiro," kata Debora yang entah mengapa mendengar nama pria itu, ia jadi merasa seperti mendengar nama anjing. Namanya sangat lucu. Tidak cocok dengan wajah garangnya.
"Apa ini?" kata Debora saat membuka almari dan berisi dua buah kotak besar.
Debora membuka kotak besar itu. Kotak pertama berisi piama tidur, handuk, dan pakaian dalam, juga sebuah tas kecil. Kotak kedua berisi gaun cantik berwarna hijau muda, make up, serta tas kecil yang berisi kartu identitas miliknya, termasuk paspor. Sepertinya Debora benar-benar akan pulang dan ingin sekali segera bertemu Illona yang sudah sangat ia rindukan. Illona pasti mencemaskannya, yang selama ini dia selalu mengkhawatirkan Debora, memastikan dia tidur dengan baik, makan dengan cukup, bahkan memastikan Debora tidur di kamarnya dengan selimut yang masih bersih.
"Sebentar," kata Debora saat mendengar suara bel.
***
Illona benar-benar shock saat melihat video yang sudah beredar luas dan sosok Debora yang melepaskan busana benar-benar membuatnya terluka. Ia tak tahu bagaimana Debora melakukan hal itu dan seseorang bisa sanggup menyaksikannya. Illona merasa seperti dihantam batu karang berukuran besar tepat ke dadanya yang seketika membuatnya tak bisa bernapas dan dadanya seperti diremas.
"Illona!!!" teriak William yang baru mau masuk ke kamar adiknya, tapi sudah melihat adiknya terlihat memegangi dada sementara sebelah tangannya membawa ponsel yang sedang memutar video.
William langsung mendekapnya, mencoba menenangkan Illona yang sudah terlihat mau pingsan.
"Sebaiknya kau istirahat. Kondisimu tidak baik," William segera mengambil ponsel itu dari tangan Illona dan membaringkan tubuh kurus adiknya di atas ranjang.
Belakangan kondisi Illona kembali memburuk, karena Debora belum juga ada kabarnya. Kenzi sudah membayar mahal orang-orang Yakuza untuk mencarinya, tapi belum juga dapat kabar.
"Oppa, bagaimana Debora akan menghadapi ini semua?"
"Apa maksudmu?"
"Seseorang mengirimiku video Debora. Katanya sekarang sedang viral."
"Apa?" William segera merain ponsel Illona dan memutar ulang video yang baru dilihat adiknya.
Perasaan marah seketika membakar hatinya, tapi kesedihan juga dirasakannya karena Debora tampak seperti seorang pelacur dalam video tersebut. Sekarang seluruh dunia melihatnya dan saat kembali ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Saat keluar rumah, pasti Debora akan dicemooh, dikatai pelacur, wanita murahan, dan berbagai ucapan kasar lainnya.
Ia tahu dunia ini suka menghakimi siapapun yang dianggap buruk dan tak pernah memedulikan alasan di balik sisi buruk seseorang, apakah dia dipaksa atau tidak. Seseorang seperti Illona sangat langka di dunia ini yang tak pernah peduli baik buruk seseorang, tak pernah menghakimi, tapi dengan penuh rasa tanggung jawab dan belas kasih dia mencoba mengatasi, bahkan hal yang sebenarnya tak sanggup ia atasi.
"Debora biar aku yang memikirkannya. Kau tidur saja."
"Bagaimana bisa. Dia…"
"Perhatikan dirimu. Lihat tubuhmu sudah sangat kurus. Kesehatanmu memburuk, tapi kau bahkan tidak peduli seperti apa keadaanmu saat ini."
"Oppa."
"Tutup matamu dan tidurlah." paksa William dan akhirnya Illona menurut. Wanita itu mulai memejamkan matanya dan kemudian terlelap.
"Hyung," kata Oliver begitu tiba di kamar Illona dan William segera mendorongnya keluar sembari menutup pintu kamar Illona di belakangnya.
"Dia sudah tidur. Kita bicara di tempat lain," William meninggalkan kamar Illona bersama Oliver yang membawa ponselnya.
"Apa Hyung sudah lihat video itu?"
"Justru dia yang tahu lebih dulu dan membuatnya sampai seperti itu."
"Seperti itu? Apa dadanya sakit lagi?"
"Dia hampir tidak bisa napas dan mungkin dadanya kesakitan. Tapi, tadi aku memintanya tidur dan sekarang dia sedang tidur. Semoga saja keadaannya lebih baik."
"Video itu di-upload dari Moscow."
"Aku tidak peduli mau di-upload dari manapun. Yang jelas orang itu harus bertanggung jawab. Dia bukan hanya menghancurkan perasaan Debora tapi juga Illona."
Oliver tak mengerti kenapa masalah terus saja berdatangan tanpa henti, seolah kata damai belum boleh mendarat dalam keluarganya. Kalau begini caranya, bukan hanya Illona, lama-lama ia juga akan kena serangan jantung. Setiap kali ada saja kabar mengejutkan yang membuat jantungnya serasa mau meledak.
"Hyung, bagaimana keadaan Illona?" Kenzi tiba-tiba muncul dan bicara dengan suara keras.
"Pelankan suaramu. Illona sudah tidur."
"Tidur?"
"Dia kesulitan bernapas dan dadanya mungkin sakit lagi."
"Sudah kuduga. Pasti karena video itu. Orang-orang membicarakannya. Malah salah satu media cetak akan memberitakannya."
"Dan apa yang akan kau lakukan? Bukannya posisimu cukup kuat untuk bisa menghentikannya? Berurusan dengan media harusnya hal mudah untuk bisa kau urus."
"Hyung tenang saja. Aku sedang menggunakan pengaruhku untuk menghentikan, tapi kurasa tidak mudah. Ini tersebar ke seluruh dunia. Debora, bagaimanapun dia dulu adalah model."
"Ini benar-benar kacau."
"Aku akan panggil beberapa perawat untuk mengurus Illona," kata Oliver kemudian.
"Iya. Dia butuh dirawat oleh orang-orang yang paham kondisinya."