Chereads / Tragedi Cinta / Chapter 17 - Bagian 16

Chapter 17 - Bagian 16

Debora benar-benar terkejut atas apa yang terjadi. Ia menusuk William dengan belati yang tadi pagi memang sengaja di letakkan seorang pelayan di atas almarinya. Pagi tadi otaknya sedang tidak sehat hingga ia tak memperdulikan ucapan pelayan itu dan maksud perkataannya. Pada Debora pelayan itu berkata kalau ia meletakkan belati di atas almari untuk jaga-jaga. Debora tak mengerti apa maksudnya jaga-jaga dan perlindungan atas apa hingga harus menikam seseorang untuk melindungi diri. Tapi kemudian kejadian ketika Debora menusuk William menjadi jawaban bahwa belati itu sengaja di letakkan pelayan agar ia menggunakannya untuk menusuk seseorang. Debora tak mengerti bagaimana seorang pelayan berani melawan perintah Illona untuk menjauhkannya dari benda-benda berbahaya dan justru meletakkan belati di kamarnya. Ini sangat aneh dan Debora tak mengerti kenapa pelayan itu melakukannya. Kini karena keberadaan belati itu Debora melukai William dan sebagai gantinya, para pengawal mengurungnya di kamar belakang yang tak pernah digunakan. Mungkin apa yang ia lakukan sudah membuat orang-orang di sini muak dan ia bisa menerima itu. Selama ini Debora sudah sering membuat masalah, sering kali menyusahkan Illona, bahkan sebelum keadaannya menjadi seperti ini, jauh ketika semua masih baik-baik saja ia selalu bersikap jahat pada Illona yang jujur saja saat itu membuatnya merasa jahat, karena Illona tak pernah menanggapinya. Seumur hidupnya, Illona baru sekali mengamuk dan menyakitinya. Itu saat dia pertama kali mendengar Debora akan menikahi kakaknya tanpa tahu apa sebabnya. Tapi setelah tahu sebabnya, Illona berubah, bahkan menjadi sangat baik hingga dia menerima semua sikap Debora. Ia pernah membiarkan Debora memukulinya sampai terluka dan tetap memeluknya, sementara Debora tidak sekalipun pernah berbuat baik padanya.

"Siapa kalian!!!" terdengar suara teriakan dari balik pintu dan suasana mendadak gaduh saat itu hingga tiga orang pria muncul membuka pintu kamar tempat Debora dikurung.

"Ikutlah dengan kami" kata salah seorang pria itu yang sama sekali tak dikenalnya.

"Kalian siapa?"

"Apa kau tidak ingin menemui ibumu? Dia sedang sakit"

"Apa? Ibuku?"

"Cepatlah, tidak ada waktu lagi"

"Tapi Illona…"

"Kau bisa berpamitan padanya nanti, sekarang ikut dengan kami"

***

Dua minggu kemudian,

Illona masih terbaring lemah tak berdaya dan sama sekali tak menunjukkan keadaan yang lebih baik. Dokter belum memberi kabar gembira apapun dan Kenzi harus menahan diri dengan semua ini seraya menatap wanita yang dicintainya itu terbaring lemah dengan berbagai alat medis mengepung tubuhnya. Detak jantung Illona ditunjukkan melemah di layar monitor dan saat itu Kenzi mendekatinya sembari berbisik lembut di telinganya.

"Segeralah bangun. Hidupku tanpamu adalah ruang hampa udara," kata Kenzi yang kemudian ia kembali duduk di samping Illona dan mengecup lembut punggung tangan gadis itu. Matanya terus menatap Illona yang sama sekali tak pernah bereaksi atas suara, sentuhan, bahkan langkah kakinya.

"Kenzi, William memanggilmu." tegur Stefan yang baru saja datang dan langsung meminta Kenzi menemui William.

"Dia sudah baikkan?" tanya Kenzi terkejut padahal baru

"Sudah dan sekarang dia ingin menemuimu."

"Baiklah," Kenzi berjalan pergi meninggalkan Illona, menghampiri William yang menunggunya di kamar sebelah.

Saat ini kondisinya tampak lebih baik dari saat pertama kali dia dibawa kemari. William benar-benar kacau, bahkan Kenzi hampir mati berdiri mengetahui pria itu menjadi korban penusukan oleh istrinya sendiri.

"Hyung," kata Kenzi saat melihat William.

"Kemarilah."

Kenzi berjalan menghampiri William yang sedang bersandar pada sandaran ranjang berukuran besar itu bersama lima pria berbusana formal di sampingnya sembari membawa lembaran kertas di tangannya.

"Bagaimana keadaan hyung?"

"Hanya seorang Debora tak akan bisa membunuhku" kata William dengan sikap santainya sekalipun perban masih menutupi lukanya. Sejak remaja William memang kerap kali berurusan dengan bahaya entah menghadapi gangster atau bahkan pembunuh bayaran. Situasi dimana dirinya terancam bukan hal mengejutkan terjadi pada William yang sering kali terlibat masalah yang mendekatkannya dengan dunia hitam. Hanya saja memang tak banyak yang mengetahui hal itu termasuk Kenzi. Hingga tak heran kalau Kenzi sampai bisa mencemaskan William.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu dan jawab aku dengan jujur."

"Iya, katakan."

"Dengan Illona, apa kau sungguh mencintainya?"

"Tentu saja."

"Aku akan memberitahumu beberapa hal, masalaluku jauh lebih buruk dari sekedar seorang pemerkosa, aku tidak jauh berbeda dengan ayah angkatmu, Raiden Isamu" kata William yang sebelumnya ia tak pernah berencana membuka masalalunya pada siapapun termasuk Kenzi tapi kali ini tidak ada pilihan lain. Sebelum mempercayakan hal besar kepada Kenzi ia harus memastikan pria satu itu mengetahui masalalunya agar bisa membantunya mengurus hal-hal besar yang akan ia percayakan padanya.

"Hyung tahu…"

"Kau pikir dengan siapa kau sedang berhadapan? Aku William Lee yang tak seorang pun bisa lolos dari perhatianku" kata William yang sebenahnya ia sudah lama tahu siapa pria yang menjadi sahabat adiknya itu hanya saja ia bersikap seakan tak tahu apa-apa termasuk di hadapan Stefan dan Illona. "Aku bahkan tahu kau mantan pembunuh bayaran"

"Hyung…"

"Jangan khawatir, aku tak akan menjadikan ini masalah, lagipula bagus juga kau juga sama-sama berasal dari dunia hitam seperti mendiang ayahku"

"Aku tidak mengerti"

"Karena berasal dari dunia yang sama aku bisa lebih mempercayaimu dari siapapun"

"Mempercayaiku?"

"Iya, mempercayaimu dalam soal menjaga Illona dan juga asetku, kau tidak akan pernah mengkhianatiku karena kau juga punya rahasia gelap sepertiku"

"Lebih baik aku mati daripada harus mengkhianati Illona dan mengkhianati hyung juga termasuk pengkhianatan terhadap Illona"\

"Baguslah, aku senang mendengarnya" kata William tersenyum singkat sebelum akhirnya menatap pria di samping kirinya.

"Kalau begitu, kita lakukan sekarang," kata William menyerahkan lembaran kertas yang sedari tadi dipegangnya itu.

"Apa ini?"

"Buka dan bacalah. Kau akan mengerti maksudku."

Kenzi mulai membaca apa yang tertulis dari lembaran kertas itu dan pada judulnya tertulis "Perjanjian Merger Perusahaan, Liam Ten Group dan Heiji Group". Kenzi terkejut membacanya, karena ada dua nama tercantum dalam surat perjanjian itu. Dr. William Lee dan Professor Hayate Kenzi yang merupakan nama lengkap Kenzi dan William.

"Hyung, apa-apaan ini?" kata Kenzi terkejut melihatnya, karena meski ia setuju membantu kakak dari Illona untuk mengurus perusahaan, tapi merger perusahaan bukan hal yang terpikir dalam kepalanya. Risiko merger perusahaan bukan hal kecil. Salah satu perusahaan akan hilang namanya menjadi nama perusahaan lain dan asetnya pun demikian.

"Kau tak akan bisa mengurus dua perusahaan sekaligus. Apalagi keduanya sama besar. Bahkan, beberapa anak perusahaan adalah rival anak perusahaanmu."

"Lalu?"

"Aku akan menyerahkan seluruh perusahaanku di tanganmu, tapi dengan satu syarat. Jika kau mengkhianati Illona, maka kau akan menyerahkan semua assetmu pada Illona dan satu lagi, dengan alasan apapun kau tak boleh kembali pada Yakuza. Itu bukan syarat yang mudah. Aku juga butuh berpikir cukup panjang sampai tiba pada keputusan ini."

"Ini risikonya besar."

"Kau juga begitu. Kalau mengkhianati adikku, kau bisa kehilangan segalanya. Kita bertaruh sama besarnya. Ini lebih besar taruhannya daripada taruhan di meja judi Casino."

Sebenarnya Kenzi takut dengan perjanjian semacam ini, karena ia juga tak yakin cukup layak untuk dipercaya menjaga Illona, apalagi tidak mengkhianatinya. Ia hanya manusia, bukan malaikat yang tak akan berkhianat. Namun, mempertimbangkan segala masalah yang ada dan William tidak lagi dipercaya oleh para direktur perusahaan ataupun para inverstor untuk memegang kendali perusahaan seperti dulu setelah diketahui William memiliki masalah kejiwaan, ia tak punya pilihan.

Saat ini Illona dalam keadaan yang sama sekali tak cukup mampu mengurus perusahaan dan meskipun dia sudah pulih, belum tentu dia sanggup menjalankan. Riwayat kesehatannya akan memaksanya melepaskan jabatan dari perusahaan. Satu-satunya yang bisa diserahi William adalah Kenzi, meskipun Kenzi bukan kerabat dan risikonya tak main-main. Tapi, Kenzi juga punya risiko besar. Kalau ia mengkhianati Illona, ia juga kehilangan segalanya. Namun, bukan itu masalahnya. Apa yang terjadi kemudian jika Illona tahu, apakah dia akan menganggap Kenzi serakah atau dia akan terima semua ini sebagai bagian kebijaksanaan kakaknya untuk bertanggung jawab atas hidupnya?

"Aset Hyung bukan hanya milik Hyung, tapi seluruh adik-adik Hyung."

"Karena itu, perusahaanku tidak boleh jatuh."

"Hyung."

"Tolong selamatkan perusahaan selagi aku tak bisa berbuat apapun untuk perusahaan."

"Baiklah, aku akan ambil alih," kata Kenzi yang benar-benar tak diberi pilihan lain dan hari itu di sebuah kamar Rumah Sakit dengan disaksikan dua pengacara serta tiga karyawan perusahaan, perjanjian merger Liam Ten Group dan Heiji Group dilaksanakan. Heiji Group menjadi nama baru perusahaan hasil merger tersebut dan Hayate Kenzi sebagai presdirnya.

"Tolong urus prosesnya secepat mungkin," kata William pada salah seorang karyawan sembari menyerahkan dokumen perjanjian yang baru saja selesai ditandatangani.

"Baik, Pak."

"Ini akan menjadi berita besar dan mungkin menimbulkan kegaduhan. Bersiaplah."