Begitu keluar dari restoran barat itu, Fu Hengyi melepaskan Shen Qinglan dan berkata, "Maaf." Walaupun dia melakukan itu untuk membantunya, tetapi tetap saja tindakannya itu mungkin menyinggung Shen Qinglan.
Shen Qinglan menggeleng, "Aku seharusnya berterima kasih kepada Tuan Fu…" Dia menelan kembali kata-kata berikutnya ketika melihat Yu Xiaoxuan yang mengikutinya keluar.
Fu Hengyi tidak kaget kalau dia mengenalinya, bagaimanapun juga keluarga Fu dan keluarga Shen adalah teman lama. Kakeknya dan kakek dari keluarga Shen telah bersahabat selama hidup mereka. Walaupun Shen Junyu tidak mewarisi bisnis ayahnya dan masuk ke kemiliteran, tetapi waktu kecil mereka juga tumbuh bersama, tentu saja familiar.
"Kamu adalah adik perempuan Junyu, kalau kakakmu tidak ada, sedikit menjagamu juga sudah seharusnya." Raut wajah Fu Hengyi datar, tetapi pandangannya jatuh ke pergelangan tangan Shen Qinglan. Pergelangan tangannya memerah, jelas karena perbuatan Wei Lin tadi. Kulit Shen Qinglan putih, warna merah itu semakin terlihat mencolok mata. Sorot mata Fu Hengyi dalam, emosinya tidak terbaca.
Shen Qinglan mengangguk-anggukkan kepala. Melihat Yu Xiaoxuan yang sudah berjalan mendekat, dia pun berkata, "Aku masih ada urusan dan tidak akan mengganggumu lagi. Sampai jumpa."
Fu Hengyi tidak berbicara dan hanya memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan.
Yu Xiaoxuan menyusul, dia melirik Fu Hengyi dengan tergesa-gesa lalu menambahkan sebuah senyuman cemerlang. Orang ini membantu Qinglan terlepas dari masalah, dia adalah orang baik.
Seandainya Shen Qinglan bisa mendengar perkataan dalam hati Yu Xiaoxuan itu, pasti dia tidak akan bisa berkata-kata. Membantu mengatasi masalah adalah orang baik, dari mana sebenarnya dia mendapat kesimpulan seperti ini?
"Qinglan, siapa sebenarnya pria tampan tadi? Apakah kamu mengenalnya?" Yu Xiaoxuan mengikuti di samping Shen Qinglan sambil berceloteh.
"Pria itu sungguh sangat tampan, dia memiliki aura kekasih yang kuat." Matanya berbinar-binar.
"Qinglan, apa kamu sudah mendapat nomor telepon pria itu? Kelak kamu bisa lebih sering berhubungan dengannya, kalian benar-benar pasangan yang serasi."
Mendengar suara ocehan Yu Xiaoxuan di telinganya, raut wajah Shen Qinglan tidak berubah, namun sorot matanya terlihat tidak berdaya.
"Bukankah saat ini yang paling harus kamu pikirkan adalah bagaimana menjelaskan kepada mamamu mengenai kejadian hari ini?" Terdengar suara jernih Shen Qinglan yang seketika mengingatkan Yu Xiaoxuan kembali kepada fakta yang telah dilupakannya.
Yu Xiaoxuan menepuk keras kepalanya, "Gawat, gawat, aku telah merusak acara kencan buta, nanti mamaku pasti tidak akan melepaskanku. Tidak bisa, Qinglan, kamu harus membantuku, mamaku paling menyukaimu."
Kedua tangan Yu Xiaoxuan mengatup dengan sikap menyedihkan.
"Kamu hanya perlu mengatakan yang sejujurnya, bibi tidak akan menyulitkanmu." Shen Qinglan berkata ringan dan mengabaikan wajah Yu Xiaoxuan yang memelas.
Yang dikatakannya adalah fakta. Wei Lin ini jelas bukan orang yang baik. Asal Yu Xiaoxuan mengatakan yang sebenarnya, mamanya pasti tidak akan mengatakan apa pun kepadanya, sebaliknya bahkan sangat mungkin dia akan mencari orang itu untuk membuat perhitungan.
Yu Xiaoxuan adalah penggemar berat Shen Qinglan, apa pun yang dikatakan Shen Qinglan akan dianggapnya sebagai dekrit kekaisaran. Begitu mendengar perkataannya itu, hatinya pun langsung menjadi tenang.
"Oh ya, Qinglan, apakah nanti kita kembali ke sekolah? Sore ini tidak ada pelajaran, ayo kita pergi bersenang-senang. Kudengar di West Street sana ada bar yang baru buka, ayo kita pergi melihat-lihat."
Shen Qinglan menggeleng, "Sore nanti aku masih ada keperluan dan tidak kembali ke sekolah. Kamu juga jangan pergi seorang diri ke bar, sudah hampir ujian akhir, pulang dan belajar saja."
Yu Xiaoxuan menjawab 'oh' singkat dengan kecewa, lalu di bawah tatapan Shen Qinglan dia pun naik bus untuk pulang.
Shen Qinglan langsung memanggil taksi dan pergi ke Rumah Sakit No.1 Kota.
Di depan pintu bangsal kelas satu rumah sakit, Shen Qinglan baru saja akan membuka pintu, tetapi pintu kamar terlebih dahulu dibuka. Dokter yang sedang bertugas berjalan keluar, begitu melihat Shen Qinglan dia pun menyapa, "Nona Kedua Shen."
Shen Qinglan melirik ke dalam bangsal, "Dokter Zhu, bagaimana keadaan nenekku?"
"Hari ini keadaan nyonya sangat baik. Tadi dia sudah minum obat dan tertidur."
"Baiklah. Terima kasih, Dokter Zhu."
Setelah berpamitan dengan dokter, Shen Qinglan berjalan masuk ke dalam kamar dengan berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Di atas tempat tidur terbaring seorang wanita tua dengan rambut putih, matanya terpejam erat, napasnya teratur, sangat jelas kalau dia sedang tidur. Shen Qinglan menatap wajah tidurnya yang damai selama beberapa saat, lalu dia mengambil pakaian yang belum sempat dicuci yang diletakkan di satu sisi dan berjalan memasuki kamar mandi.
Sebenarnya Shen Qinglan sama sekali tidak perlu melakukan hal seperti ini, keluarganya mempekerjakan perawat khusus untuk mengurus Nenek Shen. Hanya saja Shen Qinglan selalu ingin melakukan sesuatu untuk membalas wanita tua yang amat sangat menyayanginya itu.
Nenek Shen tidak tertidur lama, ketika Shen Qinglan baru selesai mencuci pakaian, dia sudah bangun.
"Lanlan sudah datang. Mengapa tidak membangunkan nenek?" Tatapan mata Nenek Shen yang memandang Shen Qinglan penuh dengan kasih sayang.
"Melihat nenek tidur nyenyak, aku tidak tega membangunkan nenek." Walaupun nada bicara Shen Qinglan datar seperti biasa, tetapi kali ini jauh lebih lembut dari biasanya. Dapat dilihat kalau dia sangat dekat dengan neneknya.
Dia menggantung pakaian dengan mahir lalu maju dan dengan hati-hati membantu neneknya duduk.
Nenek Shen menderita kanker hati dan sudah stadium lanjut. Walaupun sudah memanggil dokter terbaik dan meminum obat terbaik, itu tetap tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Hidupnya tidak lama lagi.
"Sore tidak ada pelajaran?" Nenek Shen menggenggam tangan cucunya yang bahkan masih tetap dingin di musim panas itu dan bertanya dengan penuh perhatian.
"Tidak ada, jadi aku datang untuk menemani nenek."
"Nenek sudah tua, tidak ada yang bagus untuk dilihat. Kalau ada waktu kamu harus lebih banyak keluar untuk bersenang-senang dengan temanmu." Cucunya ini terlalu pendiam, juga tidak mempunyai teman selain seorang gadis bernama Yu Xiaoxuan.
"Baru tidak bertemu sehari, nenek sudah tidak suka kepadaku?" Shen Qinglan bergurau, itu adalah sesuatu yang jarang dilakukannya.
Nenek Shen tersenyum, "Nenek bahkan tidak sempat menyayangimu, bagaimana bisa tidak menyukaimu? Tetapi bagaimanapun juga kamu masih muda, masa-masa yang indah bagaikan bunga, kamu tetap harus lebih banyak bergaul dengan teman-teman. Kakekmu kemarin juga berkata kalau kamu bahkan lebih seperti orang tua daripada dia."
Sudut bibir Shen Qinglan sedikit terangkat, lengkungannya tidak terlihat jelas namun itu membuat seluruh wajahnya seketika tampak lebih cerah, "Dia hanya sangat khawatir. Apakah kakek hari ini sudah pulang?" Biasanya saat datang ke rumah sakit, Kakek Shen selalu menemani istrinya di sini.
"Aku menyuruhnya pulang untuk beristirahat. Berada di sini juga tidak ada gunanya."
Ketika nenek dan cucunya sedang berbincang-bincang, ponsel Shen Qinglan berbunyi. Dia mengambil dan melihatnya sekilas, sorot matanya agak terpaku, lalu dia mengangkatnya.
"Ma."
"Baik, aku mengerti. Nanti malam aku akan pulang ke rumah tepat waktu." Setelah Shen Qinglan selesai berbicara, dia pun memutuskan sambungan telepon.
"Telepon dari mamamu?" Nenek Shen bertanya sambil menatap wajah Shen Qinglan yang tenang.
Shen Qinglan mengangguk ringan dan menjelaskan, "Shen Xitong telah kembali. Di rumah akan diadakan acara penyambutan untuknya, mama memintaku nanti malam pulang untuk makan."
Raut wajah Nenek Shen menjadi datar. Walaupun tidak mengatakan apa-apa, namun tangannya menggenggam tangan cucunya dengan semakin kuat.
Shen Qinglan menepuk-nepuk ringan tangan Nenek Shen, "Nenek, nenek jangan khawatir. Aku tidak apa-apa."
Nenek Shen menatap punggung dingin Shen Qinglan yang pergi lalu menghela napas panjang. Waktunya tidak banyak lagi, sekarang dia sedikit banyak masih bisa melindungi cucunya ini. Setelah dia tiada nanti, bagaimana dengan cucunya?
Saat Shen Qinglan keluar dari rumah sakit, matahari sudah terbenam. Ponsel di sakunya lagi-lagi berdering. Dia melirik nama penelepon di layar ponselnya, raut wajahnya datar, dia tidak mengangkatnya.