"Oh ya, Mama, aku sudah menyiapkan tiket untuk semua orang. Semua adalah kursi VIP, kalian harus menghadirinya."
"Baik, mama pasti akan datang." Chu Yunrong langsung menyetujuinya.
Tatapan Shen Xitong berpaling kepada orang lain di meja, wajahnya penuh harap.
"Setelah seumur hidup menjadi tentara, aku sudah terbiasa mendengar suara senjata dan meriam. Aku tidak memahami selo dan pipa, jadi kakek tidak ikut saja." Kakek Shen menolak.
Walaupun kecewa, tetapi Shen Xitong juga tahu bahwa Kakek Shen tidak pernah tertarik dengan hal-hal seperti ini.
"Hari itu aku akan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa. Aku tidak bisa pergi, nanti pulangnya akan kubawakan hadiah untukmu." Shen Junyu berkata dengan lembut.
Kalau begitu hanya tinggal satu orang. Pandangan mata semua orang di meja terfokus kepada Shen Qinglan.
Shen Qinglan meletakkan sumpitnya, "Sebentar lagi sudah akhir semester, masih ada banyak pengetahuan yang belum kupelajari kembali. Aku tidak bisa pergi."
"Ini konser pertama kakakmu, bagaimana kamu bisa tidak hadir? Bukankah hanya sebuah ujian akhir semester? Apa lebih penting dari kakakmu?"
Baru saja Shen Qinglan selesai mengucapkan perkataannya, Chu Yunrong sudah tidak senang dan menegur dengan suara pelan.
"Yunrong." Kakek Shen memanggil namanya.
Melihat tatapan peringatan dari ayah mertuanya, Chu Yunrong pun malu dan menutup mulutnya.
Raut wajah Shen Qinglan tampak tenang, emosinya tidak terbaca, "Kakek, aku kembali ke sekolah dulu."
"Sudah malam begini, hari ini sebaiknya tinggal di rumah saja." Kakek Shen tidak rela. Cucunya sangat jarang pulang, bahkan waktunya di rumah saat akhir pekan pun sangat terbatas. Dia bukannya tidak tahu salah satu alasannya.
"Besok pagi-pagi sekali ada kelas, akan lebih mudah kalau kembali ke sekolah malam ini. Besok lusa adalah akhir pekan, aku akan datang lagi untuk menjenguk kakek." Sheng Qinglan berdiri.
Melihatnya, Shen Xitong pun ikut berdiri, "Qinglan, aku akan mengantarmu."
Kakek Shen memandang cucunya yang pergi lalu menatap Chu Yunrong, "Kamu ikut aku naik sebentar."
Di meja makan hanya tinggal Shen Junyu seorang. Matanya berkilat lalu padam, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya.
"Qinglan, jangan salah paham terhadap mama. Mama tidak sengaja, dia hanya…" Shen Xitong mengikuti Shen Qinglan dan berbicara dengan nada penuh permintaan maaf, seperti seorang kakak bijaksana yangs sedang membujuk adiknya yang mudah marah dan tidak tahu aturan.
Shen Qinglan menghentikan langkahnya dan memandang lurus kepada Shen Xitong. Tidak ada sedikit pun emosi di matanya, "Shen Xitong, sekarang tidak ada orang lain, untuk apa kamu berpura-pura? Apa tidak lelah?"
Wajah Shen Xitong langsung kaku, tetapi seketika kembali normal. Wajahnya tetap tersenyum murah hati, "Qinglan, aku tahu kamu tidak senang kalau mama baik kepadaku. Tapi kamu juga harus memahami mama. Bagaimanapun juga kamu meninggalkan rumah bertahun-tahun lamanya dan orang yang menemaninya selalu aku. Dan sifatmu juga pendiam, waktumu yang dihabiskan bersama mama tidak banyak. Mama juga terkadang tidak terbiasa."
Bujukan sabar Shen Xitong itu di depan terdengar seperti sedang menasihati, namun sebenarnya dia sedang pamer. Walaupun kamu Shen Qinglan adalah anak kandung mama lalu kenapa? Orang yang paling disayang mama tetaplah aku, meskipun aku dan dia tidak mempunyai hubungan darah.
Shen Qinglan mengerti narasi di belakang Shen Xitong. Tetapi dia sudah lama bukan lagi anak-anak. Kalau dibilang pada awalnya ketika kembali ke keluarga Shen dia masih mempunyai sedikit angan-angan terhadap Chu Yunrong, sekarang setelah enam tahun berlalu, angan-angan yang sedikit itu pun telah terkikis habis tanpa sisa di tengah kenyataan.
"Shen Xitong, semoga kamu bisa memakai topeng nona pertama keluarga Shen milikmu seumur hidup." Nada bicara Shen Qinglan datar, namun perkataannya bagaikan sebilah pisau yang menusuk dalam-dalam ke hati Shen Xitong dan langsung menguak daging busuk yang berada di tempat terdalam di sana.
Raut wajah Shen Xitong seketika berubah menjadi sangat buruk. Dia menatap punggung Shen Qinglan yang bergerak menjauh dengan sorot mata dingin.
"Lanlan, naik ke mobil."
Mobil Shen Junyu berhenti di depan Shen Qinglan. Jendelanya membuka dan memperlihatkan wajah Shen Junyu yang tampan.
Shen Qinglan duduk di kursi sebelah pengemudi, sepanjang jalan mereka berdua tidak berbicara.
Sesampainya di tempat yang dipisahkan oleh sebuah jalan dari pintu sekolah, Shen Junyu menghentikan mobilnya. Ketika Shen Qinglan akan turun dari mobil, Shen Junyu menahan tangannya. Shen Qinglan menatapnya dengan bingung.
Shen Junyu membasahi bibirnya sejenak, tenggorokannya agak kering, "Lanlan, selamanya kamu adalah adik perempuan kakak, adik perempuan tersayang."
Shen Qinglan mengerti, sudut bibirnya agak terangkat, "Kak, aku tidak keberatan."
Melihat kening adiknya yang tenang, kepahitan yang samar berkelebat di mata Shen Junyu. Apakah karena tidak peduli makanya tidak keberatan?
"Kalau tinggal sendiri di sekolah, kamu harus menjaga baik-baik dirimu sendiri. Tunggu aku hari Jumat, aku akan menjemputmu untuk pulang." Shen Junyu mengingatkan.
Shen Qinglan bukannya tidak melihat kepahitan di sorot mata Shen Junyu. Dia adalah orang yang sangat sensitif dengan emosi orang lain. Dia dapat menebak kurang lebih apa yang sedang dipikirkan Shen Junyu. Hatinya bukannya tidak peduli dengan keluarga Shen, hanya saja…
"Baik." Shen Qinglan mengiyakan. Kalau dengan begini bisa membuat kakak merasa sedikit lebih baik, maka begini saja.
**
Ruang baca rumah keluarga Shen.
Kakek Shen duduk di kursi dan tidak berbicara dalam waktu yang lama. Chu Yunrong duduk di samping dengan agak gelisah dan kedua tangan saling berpegangan.
"Pa, apakah ada sesuatu yang ingin dikatakan?" Chu Yunrong yang pertama kali memecah keheningan.
"Yunrong, kamu sudah menikah dan masuk ke keluarga kami selama lebih dari dua puluh tahun. Shen Qian adalah seorang tentara, sepanjang tahun dia tidak berada di rumah. Selama bertahun-tahun keluarga ini bisa harmonis dan bahagia, semuanya berkat kamu."
"Pa, jangan berkata begitu. Semua ini memang sudah seharusnya kulakukan. Walaupun Qian jarang pulang, tapi dia sangat baik kepadaku. Aku tidak pernah menyesal menikah dengannya." Chu Yunrong berkata dengan suara lembut.
Kakek Shen menghela napas, "Shen Qian terlalu sibuk bekerja, bahkan ketika kamu melahirkan Junyu dan Lanlan pun dia tidak bisa mendampingimu. Pada akhirnya dia tetap berhutang kepadamu."
Chu Yunrong juga sepertinya teringat dengan masa-masa sulit itu. Walaupun ayah dan ibu mertuanya sangat baik kepadanya dan memperhatikannya dengan segala cara, tapi suaminya tidak berada di sisinya. Tidak ada orang yang bisa menebusnya. Matanya agak berkaca-kaca.
"Ingat dulu waktu Lanlan baru saja hilang, kamu ikut menjadi gila dan mencarinya ke mana-mana. Setiap hari yang kamu bicarakan adalah Lanlan, bahkan karena itu kamu menderita depresi. Kemudian Shen Qian tidak tahan lagi melihatnya dan mengadopsi Xitong dari panti asuhan. Setelah itu barulah kamu perlahan-lahan membaik."
"Tongtong adalah anak baik, sangat bijaksana dan berperilaku baik." Saat menyebutkan Shen Xitong, senyuman di wajah Chu Yunrong semakin melebar.
Kakek Shen mengangguk, "Dia memang anak baik, tapi Yunrong, sekarang Lanlan sudah kembali. Kamu jangan lupa, dia adalah anak perempuan yang kamu kandung dan lahirkan. Kalau bukan karena peristiwa tidak terduga pada tahun itu, dia tidak akan meninggalkan kita selama bertahun-tahun. Dia juga akan seperti Xitong yang tumbuh di bawah asuhan dan kasih sayang kita."
"Pa, aku tahu bahwa Qinglan adalah putriku. Selama beberapa tahun ini aku juga terus menebusnya. Aku tahu mungkin terkadang aku lebih condong kepada Tongtong, tapi Qinglan juga kesayanganku." Nada suara Chu Yunrong agak tercekat.
"Benar atau tidak, hatimu sendiri yang mengetahuinya. Hanya saja kuharap kamu sebagai mama bisa sedikit lebih adil kepada anak perempuanmu sendiri. Ini juga keinginan mamamu. Lanlan adalah anak yang paling disayangi mamamu. Saat ini hidupnya tidak lama lagi, orang yang paling dikhawatirkannya adalah Lanlan. Kamu, jangan membuatnya bahkan tidak bisa melalui hari-hari terakhirnya dengan tenang."
"Aku mengerti, Pa."
Di depan pintu ruang baca, ujung gaun berwarna hijau melintas.