Gue Ataya deandra. panggil aja gue taya. Panggilan yang di kasih sama abang gue. Ya, gue punya abang yang lumayan tampan dan disukai banyak cewe. Bahkan gue udah capek, soanya hampir setiap hari ada aja yang ngebully gue cuman gara gara difikir gue pacarnya bang rean. Iya, Reandra fadhil anak pertama dan yang pasti abang tercinta gue.
Gak cukup satu kali gue di kerjai sama abang gue. Setiap hari kerjaan gue sama bang gue berantem terus. Mamah aja udah cepek dengerin nya. Pokonya kalau gue sama abang gue berantem mamah cuman bisa tutup kuping.
Gue sekolah di tempat yang sama dengan abang gue sekolah. Yaitu SMA Dirghantara. Gue masih kelas 11 dan abang gue kelas 12. Ya, gue sama abang gue cuman beda satu tahun. Allhamdulillahnya gue gak akan diawasin lagi sama abang gue, karena entar lagi dia tamat. Kerena cukup geram kalau gue jalan berdua doang sama bang rean. Gue sering di bully. Gak cuman satu hari atau dua hari tapi berhari hari. Makanya kuping gue ni kayak udah kebal banget denger bullyan mereka.
Dan kali ini gue sekolah pergi sama mama. Ya gue yang minta, biar gak ada lagi yang bully gue. Gue pergi dengan penampilan yang menurutku sudah paling bagus. Rok panjang kotak kotak warna hitam, baju panjang warna putih di gulung 3 siku, hijab di ikat ke belakang.
Gue terlambat karena mobil mama gue bocor ban. Di hari pertama sekolah setelah weekand, gue terlambat. Entah apa yang akan dilakukan bu marta. Gue cobak kabur biar gue gak dihukum. Gue belom sempet lari ternyata ada bu marta yang sudah stay dengan gaya kejamnya.
"Ehhh ibu marta cantik" ucap ku cengengesan.
"Mau keamana kamu hah?" Bu marta menaikkan suaranya 1 oktav.
"Mau baris kok bu" cengengesan gue.
"Ehhh tunggu" bu marta mengeehentikan gue yang mau baris di barisan kelas. Gue berbalik dengan wajah yang masih cengengesan.
"Ya ada apa ibu cantik?"
"Mana atribut kamu?" Bu marta marah sama gue.
"Ehh ketinggalan buk" gue cengengesan lagi. Felling gue gak baik soal yang satu ini.
"Masuk barisan pelanggar sekarang" dengan kejamnya buk marta menunjuk barisan pelanggar. Gue pun dengan lugunya baris di barisan pelanggar sambil cengengesan.
Gue pun di bariskan di tempat pelanggar. Setelah selesai upacara semua di bubarkan terkecuali gue dan temen temen yang melanggar aturan.
Felling gue yang tadi ternyata bener. Gue di hukum dua kali lipat karena kaus kaki gue yang cute itu. Iya, gue pake kaus kaki warna kuning liris putih yang menurut gue itu cute. Ehh malah dihukum 2 kali lipat.
Untuk atribut yang tidak lengkap, gue dan temen temen di suruh lari lapangan. Dan berhubung cuman gue yang pake kaus kaki cute, jadinya cuman gue yang di suruh hormat bendara sampai adzan dzuhur.
"Lain kali pakai kaus kakinya yang warna hijau sekalian, biar mencolok ya" bu marta. Merasa tersindir kata kata buk marta gue cuman bisa gerutu sendiri. Entar kalok gue ngelawan, Makin di tambahin lagi.
Gue cukup kewalahan untuk hukuman hormat bendara. Gue tutup aja mata gue biar gak kena matahari yang mencolok itu. Waktu gue bukak mata gue, gue baru sadar ada cowok yang di suruh hormat bendera jugak. Otomatis cuman kita berdua deh yang di hukum. Gue gak kenal, mungkin kelas lain.
Gue liatin dia, lalu gue liat lagi tu bendera. "Lo kelas berapa?" Basa basi gue nanyak. "Kelas 11 Ipa 2". Laki laki sambil menghormat. Gue membulatkan mata gue.
"Gue gak pernah liat lo?" Gue nanyak lagi tapi dengan mukak datar.
"Anak baru"
"Anak baru aja udah di hukum, gimana kalok udah lama". Gue lirik laki laki itu. Setelah gue bilang gitu dia jugak ikut liatin gue.
Sialan ni cewek, kalok gak karena dia, gue jugak gak akan telat. Cobak aja dia gak ngambil taxi yang udah gue stop, gue gak bakalan telat dan gak harus nunggu lagi untuk pergi sekolah. Batin cowok itu.
Gue liat liat, cowok itu cukup tampan, tinggi, lumayan putih, tapi kayaknya dia sok cool, belagu, sama sombong. Dan gue gak sukak laki laki kayak gitu, Pikir gue.
Waktu seakan lambat berputar. Kepala gue udah mulai merasakan yang namanya pusing. Gue cobak tahan sekuat mungkin. Gue berkali kali melihat jam tangan gue dan memastikan hukuman gue selesai. Ternyata jarum nya seakan mati dan tak mau berputar.
Beberapa lama di jemur akhirnya suara adzan yang di tunggu pun berbunyi. Gue langsung pergi memebeli minum dan meneduh. Gue minum di tempat duduk yang tak jauh dari lapangan dan memperhatikan laki laki itu dan mengerutkan alis gue.
"Tu cowok belum selesai jugak?" Gue heran dan memperhatikan cowok itu dengan teliti. Gue pun berinisiatif membeli minum lagi dan mendatangi cowok itu. Tanpa basa basi gue berdiri dihapan cowok itu dan langsung menyodorkan minuman itu
Kehadapan cowok itu. Terlihat jelas di raut wajah cowok itu bingung dengan kelakuan gue.
"Gak perlu" cowo itu dengan dinginnya. Gue tetep kekeh dengan pendirian gue dan stay dengan juluran tangan gue sampek dia ngambil minum itu. Dengan gerutu cowok itu mengambil minum itu. Gue cukup senang dan tersenyum. Ternyata setelah mengambil minuman gue, cowok itu membuang minum itu kebelakang dan tepat di tengah lapangan. Setelah melempar nya cowo itu kembali dalam posisi hormatnya.
Gue cukup tercengang sama cowok itu. Gue tak habis pikir dengan cowok itu. Udah cukup baik gue ngasih minum eh di buang.
"Mas....!! Tau terima kasih kan" gue geram dan menunjukkan wajah yang menurut gue udah sangar.
"Gue gak butuh kasian lo" cowo itu dengan datar dan tetap menghadap hormat bendera.
"Brengsek" gue mendorong pundak cowok itu dengan keras hingga cowok itu sedikit terbelalak ke belakang. Dan cowok itu dengan datar nya membenarkan posisi yang sempat tergeser Sepanjang jalan yang gue lakukan cuman menggerutu sendiri. Berhubung saat selesai hukuman itu adalah waktu jam istirahat, jadi gue menuju kantin untuk makan.
Belum lagi gue sampek kantin gue udah ditabrak sama abang gue sendiri. Gue pun marah marah gak jelas sama abang gue, kerena mood gue yang ancur gara gara tu cowok.
"Bang apaan sih, gak tau apa taya hari ini lagi gak mood, nabrak nabrak lagi" gue marah marah dengan nada bicara cepat.
"Lo kenapa sih ya?" Abang gue nanyak dengan bingung.
"Taya lagi gak mood" gue dengan wajah yang masih marah.
"Duh kecolongan gue, si rean udah sama yang lain" cewek yang lewat itu membuat kuping gue semakin panas.
"Mending abang pergi deh" gue mencoba mengusir abang gue karena sindiran cewek yang tadi lewat dengan temannya.
"Lah emang kenapa?" Abang gue dengan polosnya bilang kayak gitu, setelah adek nya sendiri di sindir sindir sama orang ga jelas.
Gue langsung pergi aja ninggalin abang gue. "Adek gue kenapa ya, somplak kali otaknya ya" abng gue bingung. Gue yang masih bisa mendengar suara abang gue. Langsung teriak. "Gue masih bisa denger" teriak gue sambil berjalan. Abang gue yang mendengar menggeleng gelengkan kepalanya.
Gue balik ke kelas dan mencoba menenangkan diri gue di kelas. Gue menunggu bel dengan membaca buku. Tak lama bel masuk pun berbunyi. Lapar gue pun langsung hilang mendengar perkataan cewek yang menyindir gue tadi.
Pak anwar masuk membawa cowok yang tadi. Iya, cowok yang tadi ngebuang minum yang gue kasih. Gue enggak melihat dia, gue fokuskan aja perhatian gue ke buku yang lagi gue baca.
Entah kenapa fokus gue bubar ketika cewek cewek di kelas itu menyoraki cowok yang menurut mereka sangat tampan itu. "Mcekk...!! Berisik banget sih". Gue geram dan menutup kuping gue dan kembali membaca. Kerena gak mendengar apa apa. Gue terus baca aja buku itu.
"Hallo....!! Kenalin Atala ariksa" cewek cewek disini pun bersorak kegirangan."hallo atala" semua yang menjawab itu adalah cewek. Gue yang menutup kuping, gak denger apapun yang di katakan cowok itu.
Tiba tiba seorang duduk di samping, karena gue merasakan ada pergerakan di samping gue, gue buka tangan gue dan melihat ke samping. Gue cukup memasang wajah datar ketika melihat cowok itu. Dari raut wajah yang gue liat, kayaknya cowok itu juga kaget duduk sebangku sama gue.
Gue tutup buku gue dan gue bukak buku pelajaran kami. Gue dengan tekun nya memperhatikan pak anwar menjelaskan pelajaran biologi. Gue menyibukkan diri dengan belajar tanpa melihat ke samping.
Tak lama bel istirahat kedua pun berbunyi dan menghamburkan siapa saja yang mendengarkan bel itu. Gue heran kenapa cowok itu gak keluar jugak biar gue bisa baca dengan tenang.
"Hallo bro apa kabar lo" zaki, isa, dan tito berjabat tangan dengan gaya cowok. Gue sempet bingung dan sedikit berfikir.
Zaki adalah cowok yang duduk di belakang gue. Gak banyak tingkah dan to the point suka humoris sedikit. Isa adalah cowok kalem, gak banyak tingkah dan cool. Tito adalah cowok yang kebanyakan tingkah, gak bisa diem dan suka ngelawak.
Mereka pada kenal? Batin gue
"Baik kok" senyum atala.
"Yaudah kekantin aja lah" tito dengan kelasakannya.
Mereka pun pergi berempat kekantin. Dan ditinggal gue sendiri di kelas. Setelah mereka pergi gue membanting buku gue kesal dan meninju ninju angin geram. Gue yang yang gak mood membaca buku lagi pun menaruh buku buku gue di tas.
Atala dan teman temannya pun kekantin. Betapa mengejutkan teman teman atala, karena cewek cewek yang di kantin semua menyoraki mereka. Atala sudah biasa dengan keadaan kayak gitu. Karena, sudah biasa saat di sma nya yang lama.
Mereka duduk dan mulai memesan makanan. "Ehh kok mereka pada gitu sih, histeris banget" zaki heran bertanya.
"Gue ganteng, ya iyalah" dengan percaya dirinya tito. Cewe yang mendengarnya pun mempragakan mual ny mereka. Atala tersenyum, sembari memakan makanan yang sudah datang.
"Apaan sih lo" isa menonyor kepala tito.
"Tapi serius, elo baru satu hari udah buat cewe cewe disini pada klepek klepek sama lo, gimana bertahun tahun" lanjut isa sambil tertawa.
"Ehh koplak, ya iya lah dia selebgram, penyanyi lagi, liat ni" zaki menunjukkan handphone nya.
"Ehh sejak kapan lo jadi selebgram? Setau gue di smp elo biasa biasa aja?" Isa dengan nada menggoda. Ya, mereka sudah bersahabat sejak smp dan berpisah saat sma karena atala pindah ke luar kota.
"Sejak sejakan" atala sembari memakan makanannya dan tertawa. Mereka pun menyantap makanan mereka hingga bel masuk.
Gue memainkan hp gue sampek bel masuk. Mereka berempat masuk dengan coolnya, atala langsung duduk tapi arah kebelakang. Mereka berbincang sampek guru masuk. Gue memeperhatikan bu guru dengan sangat tekun. Gue gak sengaja ngejatohin buku pelajaran gue. Atala yang melihat buku itu langsung mengambil kebawah dan memberikan buku itu ke gue.
"Makasih, tapi seharusnya gak usah" gue pasang mukak datar dan dingin. Atala hanya diam dan memfokuskan kembali perhatiannya kedepan. Tak lama bel pulang pun berbunyi.
Semua berhamburan keluar. Gue udah nyuruh bang rean untuk jemput gue ke kelas. Saat gue keluar kelas udah ada bang rean yang menunggu.
"Ayo bang" gue narik tangan. Abang gue hanya bisa nurut sama gue. Kami melewati lapangan. Dan gue langsung terkejut karena melihat orang yang sepertinya iya kenal sedang memungut air minum yang tadi di buang. Atala lalu menggoyangkan botol itu sambil tersenyum miring lalu pergi. Gue tersenyum miring sembari juga menaikkan alis gue.
"Kenapa ya?" Abang gue bingung melihat gue senyum senyum.
"Gak papa, dah yuk balik" gue sambil senyum senyum. Gue seneng karena minum yang gue kasih tadi, di ambil lagi sama atala.
Gue balik sama abang rean. Sesampainya di rumah gue langsung menenggelamkan wajah gue di kamar kesayangan gue. Dengan nuansa rauang black white. Sebelum ganti baju gue udah mulai tidur. Tapi gue di kagetan dengan pop up chat group osis sma dirghantara.
Osis SMA dirghantara
Ketua osis :assalamu' alaikum temen temen.
Sekertaris :wa' alaikum salam
Begitulah semua penghuni room chat beragama islam menyahutnya.
Ketua osis : jadi gini, sebentar lagi kita kan akan mengadakan perpisahan, jadi kita harus merancang dengan sesegera mungkin. Agar nantinya kita tidak kewalahan.
Ketua panitia : ok lah mari kita diskusikan saja saat sekolah, jika kita diskusikan disini, takutnya ada yang tak membacanya.
Ketua osis : ok
Gue mulai merasa bosan dengan chat di group osis dan menutup hpnya. gue gak ngerti kenapa gue di masukin ke group osis. Cuman gara gara abang gue alumni ketua osis gue di masukin. Saat ingin tertidur gue di panggil kebawah untuk makan. "Woy preman makan ayo" bang rean dengan polosnya teriak dari meja makan. Gue langsung turun membawa hp dan juga earphone. Gue turun bukan karena panggilan bang rean, tapi karena liat jam dan menunjukkan waktu makan. Sepanjang perjalanan ke meja makan gue menghidupkan lagu.
"untung pake aerphone , kalok enggak udah ditimpuk kali ya mah" mereka tertawa, menertawakan gue. Gue dengan polosnya biasa aja saat di tertawakan.
Gue pun melahap makanannya. Gue duduk di samping abang rean. Saat masih fokus makan tiba tiba earphone gue di cabut sama bang rean. Gue terkejut sembari manaikkan pundak gue. Gue cuman bisa berdecek.
"Makan dulu" bang rean dengan nada memberi tau.
"Ma____" gue belom selesai ngomong udah di potong."Bener kata abang kamu ah" mama dan abang akhirnya tertawa bersama.
"Hah !! seneng banget, buat si bungsu menderita" gue memainkan makanan gue .
"Siapa sih yang buat bungsunya papa menderita" tiba tiba suara papa terdengar di telinga gue dan bang rean. Gue sama bang rean saling menatap dan mereka pergi bersamaan. Gue sama abang rean ke atas dan kekamar.