Chereads / Something with you / Chapter 3 - balas dendam

Chapter 3 - balas dendam

Gue siap siap untuk pergi. Gue pake sweeter putih, celana jeans longgar warna blue, jilbab yang gue lipat kebelakang ketat, sepatu putih, dan tas selempang warna blue.

Gue keluar dari kamar dan turun. Saat turun ternyata ada mama sama papa. Gue memperlambat langkah gue. Gue memasang wajah datar. jelas lah, karena gue gak suka dengan kedatangan papa kesini.

"Mau kemana nak?" Papa dengan ramahnya dan senyuman. gue gak membalas pertanyaan papa.

"kalok orang tua nanyak itu di jawab sayang" mama lebut. Gue gak sanggup ngeliat mama yang lemah lembut kaya tadi. Tak ada balasan gue duduk dan menunduk marah.

"sayang, papa mau kita mulai hubungan baru lagi ya" gue yang cukup tercengang dengan ucapan papah langsung sontak berdiri.

"yakin mau mulai hubungan baru lagi?" Gue pun bertanya dengan amarah. Ternyata abang gue udah di ambang pintu dan mendengar semua yang gue omongin barusan.

"assalamu'alaikum" bang rean memberi salam dan menatap tajam papa.

"gue gak salah denger kan? Papah mau mulai hubungan baru, setelah dia melakukan hal itu" bang rean dengan nada marah yang memuncak.

"jaga ucapan kalian, yang di depan kalian ini papah kalian" mama sedikit tegas. Tapi sebenernya kami tau mamah sangat rapuh.

"ma....!! Aku gak bisa setegar mama, gak bisa juga sebaik mama, kita cuman bales dari apa yang di lakuin papa" gue ngomong lembut dengan mama.

Gue dan abang gue pun ke kamar kami masing masing. Gue di kamar nangis dan meratapi kesalah papa gue. Gue pun mengurungkan niat gue untuk pergi. Gue pun tertidur sampek pagi hari.

Saat sekolah gue buru buru karena ada piket. Gue bertugas piket di hari kamis.

"banggg" teriak gue dari tangga mau turun .

"berisik tau gak" bang rean keluar dari kamar dan turun .

"buruan ataya mau cepet ni" gue gelagapan. Abang gue cuman memutar bola matanya malas. Gue pun berangkat kesekolah.

Saat sampai di sekolah gue langsung piket dan setelah gue duduk. Tiba tiba atala datang membawa minum dan menghadapkannya ke depan gue. Gue bingung dan menaikkan alis gue.

"gak perlu" gue datar dan menggeser kembali minum itu ke hadapan atala.

"lo udah gak marah soal kemaren kan?" Atala bingung.

"nggak" singkat gue.

"ya udah terima aja kali" atala kembali menyodorkan minuman itu. Gue ambil minum itu dan menunjukkan senyum paksa. Dan membuang minuman itu kebelakang. Atala cukup bingung.

Gue langsung beranjak pergi. Dan memutar bola mata malas gue. Terlihat jelas raut wajah atala bingung.

"Ya lo bilang udah maafin gue" atala teriak. Gue pun berbalik.

"gue cuman mau, lo ngerasain apa yang gue rasain" gue kembali berbalik dan pergi. Saat gue di ambang pintu atala kembali teriak namun tak ku jawab.

"dendaman lo ya" atala teriak. Gue pergi ke kantin. Tak lama di kantin abang rean datang membawa makanan roti isi ke hadapan gue.

"belom makan kan" bang rean sembari memberi roti isi.

"makasih" gue sambil cemberut.

"kenapa sih?" Bang rean bingung sembari memegang roti.

"bete" gue dengan wajah malas. Abang gue cuman diam dengan jawaban gue. Gue sama bang rean pun makan. Tak lama atala dan ketiga temannya lewat. Terlihat jelas dari tatapan atala. Atala menatap bang rean tajam.

Gue sama bang rean juga ikut melihat atala dengan tatapan tajam. Setelah lewat bang rean melihat gue."siapa sih?" Bang rean penasaran. Gue mengedihkan pundak gue sembari memasang wajah jijik.

Bel masuk pun berbunyi gue masuk kekelas. Gue belajar dengan tekun, tak lama bel istirahat berbunyi. Gue gak keluar, gue cuman di kelas. Gue baca buku sambil memasang handset. Gue menenggelamkan fokus gue ke buku. Gue cuman sendiri di kelas itu. Tak lama atala datang dan duduk di samping gue.

"taya" panggil atala lembut.

"mcekkk, apasih" gue kesal dan memposisikan badan gue menghadap atala.

"Aku di sini ya?" Atala mulai merubah gaya bahasanya.

"serah" gue memutar bola mata malas dan kembali membaca buku.

Tak lama bel masuk bunyi dan guru masuk. Gue yang melirik ke samping dan ternyata benar atala masih di samping.

"buk, buk atala mau nyontek buk" resenya gue mengadu apa yang tak di lakukan atala.

"Atala....!! balik" teriak buk marta menyuruh balik ke tempat duduknya.

"ehh, enggak buk enggak" atala mencoba membela diri dan kembali ke tempat duduknya. Gue cuman bisa menunjukkan senyum smirknya.

Tak lama bel pulang berbunyi. Saat gue membereskan buku buku gue, atala datang.

"ataya pulang bareng gue yuk"

"Gue udah sama orang" gue sembari menyusun buku.

"siapa?" Atala dengan wajah meledek. Gue pun bangkit sembari menggendong tas di punggung.

"gak penting jugak kan kalok lo tau" gue pun pergi dengan wajah geram. Gue bejalan menuju parkiran. Saat di mobil, gue baru sadar kalok sepanjang jalan gue di buntuti atala.

"tu anak rese ya, dulu aja gak ketulungan resenya, sekarang jadi kayak gini" gue ngomong dari balik jendela mobil dan melihat ke arah atala.

"Kenapa ya?" Bang penasaran.

"ahh, enggak kok" kami pun jalan menuju rumah. Sampek rumah gue turun dan kekamar. Saat malam tiba gue turun untuk makan malam.

"ehhh udah pada di sini aja" gue dengan cengar cengirnya. Gue pun bergabung bersama mama dan bang rean. Keheningan tercipta di ruang makan itu. Hingga suara bang rean menghamburkannya.

"Ma" bang rean sembari makan.

"hemmm" mama menjawab sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

"pacar aku mau datang hari ini" abang rean sesikit takut dengan kata katanya.

"hooo ya udah kalok gitu, jam berapa datangnya?" Mamah antusias.

"entar lagi jugak nyampek" bang rean dengan senengnya.

"serius abang punya pacar?" Gue dengan seriusnya.

"ya iya lah , abang lo kan ganteng" bang rean dengan bangganya.

" yeee, giliran kayak gini aja pedenya tinggi banget" gue memutar bola mata malas gue.

"jadi maunya gimana?" Bang rean sembari mencolek pinggang gue sampek gue ketawa. Gue sama abang gue duduk sebelahan. Jadi gampang aja dia mau gelitiki gue.

"aaaa, jangan main pinggang dong" gue menjauhkan tangan bang rean.

"bodo" bang rean pun menggelitiki gue. Gue pun sontak tertawa terbahak bahak akibat gelitikan bang rean. Mama melihat kami dengan senyum.

Aksi bang rean terhenti ketika mendengar suara bel berbunyi. Bang rean pun pergi membukakan pintu sedangkan gue balik duduk di kursi makan gue.

Saat masuk, gue gak bisa liat muka nya karena dia berada di belakang bang rean. Gue sama mama udah mulai senyum. Saat bang rean geser dan menunjukkan wajah cewe itu, dan ternyata cewe itu adalah cewe yang gue kenal banget. Gue memudarkan senyuman gue ketika melihat wajah cewe itu.

"ma kenalin tara" tara pun menyalami mama. Gue yang melihat itu hanya memasang wajah datar. Setelah menyalami mama tara mengalihkan pandangannya ke arah gue.

"hi taya" tara dengan ramahnya melambai. Bang rean cukup bingung karena ternyata gue sama tara udah saling mengenal. Gue tetep stay dengan muka dingin gue.

"hi" datar gue dan memalingkan wajah gue . Gue pun pergi kekamar , saat ingin menaiki tangga .

"mau kemana ya?" Bang rean dengan wajah bingung.

"mau tidur, capek" gue teriak dan tetap berjalan.

"kenapa sih mah?" Bang rean penasaran. Mama hanya mengedih kan pundaknya sembari memegang sendok dan garpu.

"kamu kok bisa kenal sama adik aku?" Bang rean bertanya pada tara. Tara hanya tersenyum. Tak ada jawaban dari tara, bang rean hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Gue membaringkan tubuh gue di temat tidur. Gue menghela nafas berulang kali. Saat ingin terlelap ingin tidur. Lagi lagi darah mengalir dari hidung gue. Gue membersihkannya dengan air di washtafel. Jika di lihat air yang mengalir, Maka tampak jelaslah darah yang mengalir bersama air.

Setelah selesai gue keluar. Tak langsung tidur, gue duduk di kursi sambil memegang gitar dan memetik kan pelan. Belum selesai, gue dikejutkan sama bang rean yang tiba tiba masuk.

"hayoo ngapain lo" bang rean sembari masuk kedalam.

"ahh rese" gue geram " ngomong ngomong cewe abang udah pulang kan?" Gue memasang wajah datar gue.

"udah udah"

"bagus"

"kenapa sih?" bang rean memasang wajah sedikit bingung.

"gak papa" datar gue. Bang rean pun melihat gue dengan intens. Wajah bang rean berubah waktu liat lengan baju gue ada kotoran merahnya.

"ya, ini apaan, kok kayak darah" bang rean sembari memgangi tangan gue yang ada darahnya.

"Aaaaaa....!! Ini....tadi tangan taya ketusuk jarum, terus darahnya netes di lengan taya" gue menyengir karena tak tau lagi alasan apa yang akan gue kasih tau.

"ooooo, makanya lain kali hati hati" bang rean melepaskan dari pengangan tangan gue. Gue cuman mengangguk. Bang rean pun beranjak keluar dari kamar gue.

Gue mengikuti bang rean sampek keluar kamar. Setelah keluar gue langsung menutup pintu dan bernafas lega, karena bang rean gak curiga sama mimisan yang gue alami akhir akhir ini, Gue pun tidur.

Gue siap siap untuk pergi sekolah. Gue sudah siap siap setelah sholat subuh, Dan turun untuk makan. Gue pun turun dan langsung menyantap roti untuk sarapan.

Di susul dengan bang rean yang turun dan makan. Gue, mama sama bang rean pun makan bersama di meja makan.

"mah nanti rean pulang sorean ya" bang rean sembari melahap roti terakhir.

"lah taya" gue nunjuk diri gue sendiri. Bang rean tak menjawab dan pergi." bang" teriak gue panggil. Bang rean tak menjawab dan Gue langsung menenggak susu dan pergi membawa roti.

"pergi ma" kami berdua serentak. Mam hanya menggelengkan kepalanya.

Gue sama bang rean pun pergi. Setelah sampai sekolah gue langsung duduk di tempat duduk gue. Gue memainkan hp gue sembari menunggu bel masuk.

Pak jeje pun masuk dan menjelaskan pelajaran. Pak jeje adalah guru seni musik.

"lagu adalah sarana prasarana kita dalam menyampaikan sesuatu. Itulah fungsi lagu selain menjadi penghibur. Nah atala, kamu selaku penyanyi bapak mau nanyak. Apa fungsi dari lagu selain yang dari bapak jelaskan tadi?" Pak jeje dengan ramahnya.

"lagu adalah tempat pengungkapan perasaan pak" singkat atala dengan melirik ke arah gue. Gue yang mendengar sontak melihat kearahnya dan memutar bola mata malas gue.

"bagus, beri tepuk tangan dulu untuk atala" pak jeje mendahulu tepuk tangan dan di lanjutkan dengan tepukan riuh di kelas.

Setelah selesai pelajaran pak jeje bel istirahat berbunyi. Gue menghabiskan waktu gue di kelas dengan membaca buku. Gue hari ini bingung karena ke empat kadal itu tak mengganggu gue. Cukup senang juga sih.

Bel masuk pun berbunyi semua murid yang di luar masuk untuk kembali menerima pembelajaran. Gue melirik ke tempat duduk atala dan tak menunjukkan orang itu di bangku. Gue pun kembali memperhatikan karena gak penting juga mikirin atala.

Lagi lagi dan lagi darah keluar begitu saja dari hidung gue. Gue tahan dengan jari telunjuk sebelah kanan dan permisi ke toilet.

Gue lari ke washtafel dan mencuci hidung gue sampek gak ada lagi darah yang keluar. Gue merasa udah gak ada lagi yang keluar jadi gue keluar.

Saat keluar, gue jumpa sama atala yang sedang jalan menuju kelas." taya "panggil atala bingung. Gue terkejut dengan itu.

"ngapain ya kesini?"

"emang biasanya kalok orang abis keluar dari toilet itu ngapain?" gue datar . "elo sendiri abis dari mana?" Tanya gue basa basi dengan datar .

"dari ruang musik" datar juga atala. Saat gue mau pergi tangan gue di pegang sama atala. Gue cukup bingung.

"ya" atala dengan wajah datar. Gue cuman mengkode bertanya dengan kepala gue.

"itu?" Dengan wajah yang bertanya tanya. Gue pun langsung memegang hidung gue. Setelah gue lihat lagi lagi darah.

"Aahhh....!! Bisa gak satu hari aja gak keluar" bentak diri gue sendiri. Tapi atala salah pengertian.

"gue? Gue baru kali ini keluar kelas kali ya" atala dengan wajah bingung.

"bukaannnn, tapi darahnya" gue dengan sedikit memelankan suara.

"Ohhh...! Eh ya udah bersiin dulu sana ,gue tunggu di luar" atala mendorong gue. Gue dengan wajah datar ke toilet. Setelah selesai gue keluar dan pergi ke kelas bersama atala.

Tak lama bel pulang pun berbunyi. Gue keluar kelas dengan wajah datar. Saat gue keluar sekolah atala udah stay di mobilnya. Gue agak bingung dan memperlambat jalan gue.

"bareng yuk" atala ingin membuka pintu .

"gak perlu, gue bisa sendiri" gue dengan nada datar. Atala pun tak jadi membukakan pintu mobil.

"kenapa? Sama cowo itu ya" atala tersenyum miring.

"kalok ngomong dipikirin dulu dong, gue gak sukak" gue dengan nada emosi. Ketiga temannya pun datang dengan kereta mereka masing masing.

"ceiii" ketiga teman temannya serentak.

"ntar lagi ada yang jadian ni" tito dengan meledek.

"cyaaaaaaa....." mereka bertiga teriak menggoda serentak. Gue yang mendengar hanya memutar bola mata malas gue.

"ya udah kalok gitu kita naik motor aja ya" atala pun mengambil kereta zaki dan menyuruh zaki pulang sama isa.

"Enggak gue bilang gak mau" gue dengan nada sedikit bingung.

"ya udah kali, ikut aja" isa memakaikan helm yang di pakainya tadi. Gue cuman pasrah dan ikut naik motor.