Chereads / Something with you / Chapter 5 - berantem sama tara

Chapter 5 - berantem sama tara

Pas sampek rumah gue langsung marah marah sama mama. Karena tanpa persetujuan gue mama mau buatin sigle due buat gue sama atala.

"Ma, mama gak bisa gitu dong, masa duet sama atala sih" gue sedikit merengek.

"Mama tadi keceplosan" mama tersenyum.

"Masa keceplosan senyum senyum" gue memanyunkan bibir gue. Mama hanya tersenyum senyum.

"Udah terlanjur, gak bisa di tarik juga kata katanya" mama pun pergi ke kamar mama.

"Mcekkk ihhhhh" geram gue.

Gue pun bergegas kekamar. Gue buka laptop gue dan gue ngeliat foto foto waktu preskon. Gue ngeliat diri gue sendiri dan melihat atala yang selalu lihatin gue di sampingnya. Gue yang kesal langsung menutup banting laptop itu.

"Mcekkk kenapa sih?" Gue geram. Tak lama abang masuk.

"Kenapa adek abang yang tersayang" bang dengan gaya cool .

"Bang lo inget gak orang yang nganter gue?" Gue membulatkan mata gue.

"Yang mana?" Bang rean heran.

"Yang kemaren di teras" datar gue.

"Owhhh cowo itu, Kenapa?" Bang rean datar.

"Masak mama mau buatin gue single duet gue sama dia, ogah banget gue" gue dengan jijinya.

"Seriusan" bang rean mulai tertawa. "Ya udah terima aja kali" timpal bang rean sambil tertawa.

"Ogah ah" gue dengan nada ngambek. "Terserah sih, kalok gak mau jugak gak bakal ngerubah semuanya. Karena kan udah sama wartawan beritanya". Bang rean pun pergi dari kamar gue. Setelah bang rean pergi. Gue membanting bantal yang di pangkuan gue.

Pagi pun tiba, gue bergegas pergi bersama bang rean. Kali ini mama libur ngantor lebih pagi jadi gue pergi bareng bang rean. Sampek sekolah gue langsung duduk di tempat duduk gue. Gue sedikit bingung kenapa tas atala ada samping gue lagi. Bukannya atala udah pindah. Itulah di fikiran gue.

Gue tetep duduk dan memasangkan earphone dan membaca buku. Gue kembali memfokuskan semua ke buku yang gue baca. Tanpa gue sadari atala duduk di samping gue. Gue melihat kesamping dan terkejut.

"Elo?" Gue bingung. Atala hanya menunjukkan senyum smirknya. Teman temannya datang dan menyoraki kami berdua.

"Aduh, aduh, aduh, ada yang pdkt" tito dengan kebanyakan tingkahnya.

"Sukses bro" zaki bertos ria. Saat atala ingin bertos dengan isa, isa langsung menarik tangannya.

"Kayak ataya mau aja" dengan senyum smirknya. Ataya hanya tersenyum miring.

"Ataya" panggil atala dengan manis.

"apasih" geram gue dan menghadap ke arah atala dan memasang wajah datar.

"Aku di samping loh" atala seperti memberi kode.

"terus....!! Gak sok manis sama gue, biasanya juga rese" gue membalikkan badan gue ke depan lagi.

Guru tiba tiba masuk dan atala pun pindah ketempat duduk nya bersama ke empat sahabatnya. Gue hanya memasang wajah datar gue.

Tak lama tara masuk dengan membawa sebuah bekal. "Ya, buat lo" tara menyodorkan makanan ke gue.

"Gue udah kenyang" gue dengan datar tanpa melihat tara dan tetap membaca buku.

Setelah pelajaran selesai tara pergi dan atala pindah ke tempat duduk gue."kamu kenapa sih sama tara" atala dengan wajah bingung.

"Masa lalu" datar gue dan tetap membaca buku.

"Sorry" atala merasa bersalah."kamu gak ke kantin?"

"Enggak laper gue"

"Kamu pucet ya" atala sedikit panik. Gue tetap menunduk untuk membaca buku. Tiba tiba darah menetes di buku yang gue baca.

"Ya" atala mulai panik. Gue bingung harus gimana karena ketahuan sama atala. Gue pun melihat atala ke samping dengan perlahan.

"Ya mimisan ya, lo bawak tisu gak?" Atal panik.

"Ada di tas" gue datar. Dengan sigap atala mengambil tisu dan mengelap dara yang keluar.

"Sering kayak gini?" atala sambil membersihkan darah yang keluar.

"Enggak, ini karena kecapean sama gak makan aja" gue dengan pasrahnya di bersihin atala.

"Ya udah aku beliin makanan ya" atala pun pergi tapi gue hentikan. "gak usah, gue sehat kok" gue datar.

Atala pun membuka hp dan menelfon temannya yang di kantin.

"To, nanti kalok ke kelas bawaain sandwhich ya, pake duit lo dulu ntar gue ganti"

"Lah, lo pikir gue ojek onlie main order barang aja"

"udah buruan urgent ni"

"aaaa...

Terpotong kata kata tito karena di matikan atala. Gue diam aja di samping atala. Tak lama temen temennya atala masuk.

"Ni sandwhich lo, mana sini" tito dengan nada memalak.

"Nih" atala pun mengeluarkan uang 50rb.

"Lah kok cuman segini, ongkirnya mana, emang lo pikir ke sini gak pake tenaga" tito marah sembari membentang uang 50rb itu.

"Ehh koplak itu udah cukup kali, lebih malah" isa dengan menoyor kelapa tito.

"Hah?" Tito heran. Tito pun membalik uang yang di bentangnya dan melihatnya dengan teliti.

"Ehhh, gue pikir gocap tadi" tito tertawa.

"Emang di mata lo itu duit mulu, pantesan gak punya pacar, kasian pacarnya di porotin mulu"

"Ciaaaaaa" isa dan zaki tertawa meledek.

"Jangan bawa bawa cewe dong" tito ngambek. "Nanti gue gak mau lagi ni RBT sama lo lagi, ntar lo gak dapet uang bulan dari gue" tito dengan sigap.

"Bodo, lo ngasih gue sebulan gocap buat apa, ngisi minyak aja gak full" isa menoyor kepala tito.

"Yang penting dapet duit dong" tito cengengesan.

"Yeeee, enak di lo gak enak di gue" isa pun menarik tito balik ketempat duduk. Gue melihat mereka tertawa geli. Sampai gue sadar saat gue tertawa, atala merhatiin gue.

"Dii makan" atala singkat dan berdiri ingin pindah.

"Gue bilang kan gak mau" gue sembari melihat atala hingga terduduk di kursinya. Lalu gue pindahi makan itu ke laci gue.

Tara datang dan di ikuti dengan guru yang masuk. Tak lama bel pulang pun berbunyi. Semua anak murid berhamburan untuk pulang.

Saat pulang sekolah keempat temannya. Sudah menunggu di depan. Gue yang keluar dari gerbang terkejut karena melihat mereka menatap senyum gue yang baru keluar. Gue sedikit bingung dan memperlambat langkah gue.

"Kenapa?" Gue memasang bingung mereka berempat. atala pun membukakan pintu tanpa bicara.

"Taya" abang gue tiba tiba panggil. gue gak peduli sama pintu yang di buka kan atala. Gue langsung pergi meninggalkan mereka dengan tatapan tajam. setelah sampai mobil gue kaget ternyata ada tara di kursi yang selalu gue duduki kalok pulang sekolah sama abng. Gue makin memanas dan geram.

"Taya bareng yuk" tara dengan ramahnya. Gue geram dan menarik ulur nafas tak beraturan, gue mengepalkan tangan gue. Gue pun balik ke arah atala dengan marah yang meluap.

"Benerkan aku bilang, dia gak mau jadi nyamuk kali ra" bang rean dengan tersenyum. Tara hanya melihat gue dari dalam mobil. Tara tau benar kenapa gue jutek sama dia. Tapi diam milih bungkam di depan bang rean.

Karena belum pergi dari parkiran gue pun masuk ke dalam mobil atala dan mengejutkan atala yang mau pergi.

"Ehh taya?" Atala bingung. "pulang sama aku?" Atala bertanya.

"Itu kan yang lo mau" gue datar dengan nada dingin.

"Iya tapi kan .....!" atala bicara setengah.

"Lo mau maju sekarang atau enggak , kalo enggak gue turun ni " gue yang geram.

"Iya iya iya" atala pun menghidupakan mesin mobilnya dan pergi dengan kecepatan medium. Di perjalan gak ada yang membuka suara.

"Ta, kerumah sakit" gue datar setelah memikirkan dan melamunkannya.

"Ngapain ya?" Atala bingung.

"Ada perlu" gue datar. Atala hanya bingung dan menuruti permintaan gue.

Setelah sampai rumah sakit gue gak ngebolehin atala untuk ikut gue keruangan, atala cuman boleh nunggu di parkiran sampek keluar. Pas gue keluar, atala duduk di kursi parkiran dengan minuman di kedua tangannya.

"Udah" sambil duduk dan menyodorkan minuman ke gue. " thanks" gue datar.

"Balik yuk" dengan datarnya gue ajak atala dan mendahului langkah atala. Atala nampak bingung dan gue tetep jalan ke dalam mobil.

Sampai rumah atala pun ikut keluar untuk mengantar gue sampek pintu rumah.

"Masuk, mumpung gue baik ni " gue sembari melangkah masuk, terhenti waktu atala bicara. "Gue ada urusan lagi, gak papa kan ya?" Atala nada rasa bersalah.

"Ya udah kalok gitu pulang aja sana" gue dengan memutar bola mata malas gue. "Dih, ngusir" atala dengan penekanan. "Katanya mau pulang" gue dengan nada marah."Iya iya" atala pun pergi.

Setelah masuk gue pun ke kamar. Untuk membereskan tubuh gue. Setelah selesai gue turun untuk makan malam. Karena gue sampek rumah udah sore. Dengan gaya cool gue turun.

Gue ambil minum untuk persedian di kamar gue. Gue rasa siap gue ke atas untuk menaruh minuman nya di kamar, dan turun lagi. Sat turun ternyata makanannya belum siap. Jadi gue inisiatif duduk untuk nonton tv. Saat gue nonton tv sambil ngemil, abang tiba tiba datang dari belakang.

"Wayoooooo" bang rean ngejutin gue. Gue kesentak kaget, Karena gue geram gue pukul bang rean pake bantal sofa. "rese ya" gue sambil memukul bang rean.

"Sakit lo ya, abang sendiri jugak "bang rean sambil memgangi kepala yang di gue pukul.

"Bodo, emang abang gak liat taya lagi nonton" marah gue.

"Nonton apa sih" mendudukkan dirinya.

"Kesukaan taya lah" gue dengan senyuman dan mengemil.

"Bocah lo, tontonan nya naruto, sini" bang rean mengambil remot yang ada di genggaman gue.

"Nonton bola dong" bang rean sembari mengganti chanel. "Aaaaaa jangan dong "rengek gue sama abang gue.

"Siniin gak remotnya" gue mencoba merebut tapi di tinggiin dengan tangannya. "Siniin" rengek gue lagi. "Siniin" gue loncat "siniin gak" gue rengek sambil meloncat. Bang rean tetep membuat tinggi remot di genggamannya. Gue pun meloncat loncat untuk mengambil remot itu. Bang rean cukup puas dan tertawa lebar.

Saat gue loncat dan dapat, gak sengaja mendarat ke arah berlawanan dengan abang. Darah begitu saja turun dari hidung gue. Syukurnya gue mendarat membelakangi bang rean, Sontak gue tahan dengan punggung jempol dan gue balikin remot sama bang rean tanpa melihat bang rean.

"Ya kenapa?" Bang rean bingung menerima remot yang udah gue rebut. Gue pun lari ke kamar mandi terdekat untuk memberihkan darah yang keluar.

"Ya" bang rean teriak bingung. Saat gue lari gue pas pasan sama mama tapi mama hanya melihat sepintas. Waktu mama siapin makanan mama heran.

"Ataya nya kenapa re" mama penasaran. "Gak tau tu ma, tiba tiba lari gak jelas" bang rean pun duduk di meja makan. Setelah siap gue pun keluar dan langsung kemeja makan.

"Kenapa tadi lo ya?" Bang rean sambil melahap makanannya.

"Gak papa cuman kelilipan, makanya taya lari kekamar mandi" gue dengan nada ragu.

"Owhhhh" mama ikut bicara.

"Oh ya, hari ini papa mau dateng, kalian pada di rumah ya" mama sambil melahap makanan. Gue sama abng gue saling pandang dengan wajah dingin.

"Ogah" kami berdua serentak.

"Kalian harus terima kekurangan papa kalian, dia cuman manusia biasa yang gak luput dari salah" mama lembutnya. Gue menunjukkan senyum smirk gue.

"Ma, papa emang kayak gitu kelakuannya, Taunya cuman nyakitin keluarga doang, jadi ngapain di terima" gue dengan nada dingin. Mama hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Kami pun melanjutkan makan kami dengan keheningan. setelah selesai gue langsung ke kamar. Gue di kamar mainin hp dan mendengarkan musik.

Tak terasa pagi sudah tiba. Gue langsung turun untuk sarapan dan pergi sekolah. Sampek sekolah gue langsung duduk dan menunggu guru masuk. Saat tara masuk gue pergi kantin. Gue melirik tara dengan tatapan tajam. Gue ke kantin membeli roti isi. Dan gue makan di kantin itu juga.

Tak lama keempat kadal itu datang. Yang tiga duduk di ujung dan atala mendekati gue. "Taya" atala dengan cengengesan.

"Mcek, apasih" gue yang merasa terganggu sama atala.

"Bisa gak kalok gak ganggu gue" gue geram. Dan memasang wajah dingin.

"Pulang sama aku ya" atala dengan senyum senyum.

"Ogah" gue memutar bola mata malas gue. "gak nyesel nih" atala dengan nada menggoda.

"Dih" gue kembali memutar bola mata malas gue.

"Ya udah kalok gitu aku pulang sama kamu" atala tetapkan.

"Hah? Sakit lo ya" gue bingung.

"Kalok kamu gak mau sama aku, aku sama kamu lah" atala dengan tertawa geli. Gue masih memasang wajah bingung gue. Gue memutar bola mata malas gue.

Atala pun pindah ketika tau tara datang dan melambai lambai ke gue. Tara datang dengan senyuman. Gue lalu menyibukkan diri gue dengan menulis. "Taya" panggil lembut tara. Gue gak menjawab dan tetep menulis.

"Ya gue mau ngomong sama lo" tara dengan wajah sedih .

"Gue gak mau ngomong sama lo, sampek lo tau kesalahan lo" gue datar tanpa melihat ke arah tara. Tara yang berdiri kini terduduk heran. Tak lama pak guru datang.

Tak terasa bel pulang berdering dan semua murid berhamburan untuk pulang. Gue keluar sekolah dan menunggu abang gue di parkiran.

Waktu gue nunggu atala datang. "Taya, sama gue ya" atala dengan senyuman.

"Lo gak liat gue lagi nunggu abang gue" gue datar dan menunggu bang rean. Atala belum juga pergi, mobil bang rean datang dan menyalip mobil atala dan gue melihat tara di dalamnya. Atala pun kembali menyalip mobil bang rean.