Di perjalan kami berdua tak ada yang membuka suara. Saat di bonceng gue memberi pembatas dengan tas gue.
"Pengangan loh ntar jatoh" atala dengan senyum senyum.
"Enggak mau, udah nyetir aja kali" gue agak teriak dan sedikit emosi. Dengan rese nya atala memainkan kereta kesamping kanan dan kiri.
"Atala" gue teriak sedikit takut. Dan dengan puasnya atala tertawa. Dan masih melakukan hal sama.
"Atala ariksa, kalok nyetir yang bener dong" teriak gue dengan emosi dan sedikit takut. Atala pun kembali tertawa puas.
Tak lama sampai lah rumah gue. Saat gue turun ternyata mama ada di rumah dan mama ikut turun.
"Kok helm ojeknya di bawa?" Mama sembari turun dan tersenyum. Setelah selesai membuka helm. Helm nya gue lempar ke arah atala. Dengan sigap atala menangkap helm itu.
"Assalamu'alaikum" gue menyalami mama.
"Wa'alaikum salam" mama menjawab salam dengan senyuman.
"Ibu?" atala dengan wajah bingung. "Eh ternyata atala" ibu dengan senyum. Atala pun menyalami mama. "Cocok ma, jadi ojek" gue dengan menatap tajam atala. Gue gak bingung lagi kenapa mereka kenal, karena pada single perdana atala mama lah produsernya.
"Anak ibu?" Atala menunjuk gue. Gue cuman memutar bola mata malas gue.
"iya ini anak bungsu ibu" ibu memberi tahu. Gue memutar bola mata malas dan pergi.
"Cantik buk" atala sedikit teriak biar gue denger.
"Norak" gue teriak sembari berjalan masuk. Mama tertawa melihat kami.
"Kalok taya bungsu, berarti ada sulung dong bu" atala penasaran sembari memegangi helm yang gue pake tadi.
"Iya, si sulung lagi sekolah, katanya pulang sore" mama sembari tersenyum. "Nah tu dia" ibu melihat mobil bang rean. Saat bang rean keluar atala terkejut. Rean turun dan langsung menyalami mama sembari menatap atala tajam.
"Re katanya pulang sore gak jadi?" Mama sedikit penasaran.
"Gak jadi mah diundur" bang rean langsung melangkah masuk kedalam rumah.
"Ya udah masuk yuk ta" ibu mencoba membawa masuk atala.
"Enggak deh bu, lain kali aja, masih banyak urusan" atala sedikit malu.
Atala pun menyalami mama dan pergi membawa kereta. Sepanjang jalan atala sedikit melamun.
Setelah sampai rumah atala langsung kekamar. Sembari menunggu papanya pulang atala rebahan di kamar.
"Berarti yang duduk sama taya kemaren abang nya?" Atala berfikir. Atala pun bangkit dari tidurnya. "Dan ternyata bu ajeng itu mamanya ataya" atala sedikit tersenyum miring.
"Gak nyangka gue bisa kenal sama anak produser" atala tersenyum miring dan kembali menidurkan dirinya di kasur.
Atala pun tidur sebelum papanya dateng. Pagi tiba atala bergegas pergi ke sekolah. Seperti biasa, saat atala pergi maka papanya sudah lebih dulu pergi.
Atala pun mengendarai mobilnya kesekolah. Saat di sekolah atala duduk di samping gue yang udah stay di kelas dengan catatan gue. gue memutar bola mata malas gue.
"Taya" atala senyum senyum.
"Lo sehari aja gak ganggu gue bisa gak sih" gue membanting pulpen beserta tangan gue geram.
"Kok gak bilang sih bu ajeng itu ibu kamu" atala dengan tersenyum.
"Emang penting" gue dengan wajah dingin. Atala hanya tersenyum miring. Gue langsung melanjutkan catatan gue. Sadar gue di perhatikan atala gue berhenti.
"Dari pada gak ada urusan lagi disini, mending lo pindah" gue datar. Atala senyum senyum dan beranjak dari bangku gue.
Pak guru pun masuk membawa anak murid cewe baru. Gue yang sadar itu tara langsung memasang wajah geram dan dingin gue.
"Selamat pagi anak anak" pak guru ramah.
"Pagi pak" ucap serentak murid di kelas kecuali gue.
"Disini kita kedatangan murid baru, perkenalkan nama kamu nak" pak guru dengan lembutnya.
"Hi" tara melambai dan di sambut hallo oleh seluruh murid kecuali gue.
"Nama aku jizka tara, panggil aja tara" tersenyum tara.
"ok tara silakan duduk di samping ataya" pak guru mempersilahkan. Tara pun beranjak dan duduk di samping bangku gue. Gue stay dengan wajah dingin dan datar gue. Tara pun meletakkan tasnya dan langsung menyapa gue.
"Apa kabar taya" senyum tara. Gue gak menjawab dan tetap memperhatikan pak guru. Tara pun ikut beralih karena tak ada jawaban dari gue.
Tak lama bel istirahat pun berbunyi. Sebelum keluar pak guru memanggil atala. "atala" panggil pak guru. Atala hanya mengangkat kepalanya.
"Kamu sebagai siswa favorit tolong bawa tara keliling ya" pak guru lembut. Atala hanya mengangguk dan tersenyum melihat tara begitupun tara yang melihat atala.
Setelah guru keluar gue tetep duduk dan gak mau keluar. "Ya apa kabar?" Tara dengan nada sedikit cemas. Gue gak menjawab dan tetep melanjutkan cacatan tadi yang sempat terhenti.
"Ya udah 2 tahun lebih" tara mencoba membujuk. Gue tetap mencatat.
"Tara...!!" Panggil atala, tara pun menoleh. "Yuk"
Tara yang tadinya membujuk, kini harus pergi karena berkeliling sekolah. Setelah mereka pergi gue menggerutu sendiri karena geram.
Tara dan atala pun keliling. Atala memperkenalkan satu persatu ruangan yang ada di sekolah. "Ruang print, lap komputer, lap kimia, lap biologi, ruang musik" atala menunjuk satu persatu karena ruangan yang berjajar.
"Itu musollah, belok kiri toilet" atala dengan senyum. Tara yang mendengarkan kembali melamun.
"Ohh ya tara, kamu kenal sama ataya?" Atala bertanya penasaran.
"Kenal..!! Taya temen lama gue" tara tersenyum kepada atala. Tak lama bel masuk pun berbunyi dan semua murid kembali masuk untuk melanjutkan pembelajaran.
Saat gue melihat atala masuk dengan tara gue hanya memutar bola mata malas gue. Gue pun memalingkan wajah gue dari tara. Tara pun menujukkan wajah sedihnya. Tak lama bel pulang. Gue membereskan buku gue.
Saat gue keluar gue di jegat sama tara. "Ya, ya, ya, kamu masih marah sama aku" tara dengan nada bersalah. Gue menaikkan alis gue heran. Gue gak menjawab dan pergi.
Gue pun pulang sama abang gue, gue selalu menunjukkan wajah kesel gue. "Kenapa sih ya?" Bang rean bertanya. "Pacar abang sekolah sini ya?" Gue nanyak dengan penuh kekesalan.
"Iya nih abang jugak kaget" bang rean senyum kesenangan. "Jangan terlalu seneng entar nyesel" gue dengan nada dingin.
"Hah?"bang rean bingung .
"Pulang ah buruan" gue paksa abang rean untuk pulang. Keliahatan wajah bingung bang rean setelah gue bilang kayak gitu ke dia.
Gue pun pulang sama abang gue. Sampek rumah bi narsi selaku ART memeberi tau kami.
"Non, den, nyonya tadi izin keluar karena ada peluncuran pertama lagu den atala" bi narsi memberi tahu dengan hormat. Gue sama bang rean pun mengangguk.
Gue pun pergi ke kamar untuk bersih bersih. Saat selesai gue pun menghidupkan lagu menggunakan handset Dan membaca novel. Tak lama bang rean masuk.
"ya" pannggil bang rean, tapi gue gak kedengeran karena pake handset. Bang rean pun mendatangi gue sembari melepaskan handsetnya.
"mcek, apaan sih bang?" Geram gue .
"belanja yuk, suntuk nih di rumah mulu" bang rean mengajak gue dengan senyum senyum. Gue pun dengan seketika mengembangkan senyuman gue.
Gue sama abng gue pun siap siap. Gue pergi dengan memakai baju kodok warna navy dan sweeter merah di dalamnya. Pakai sepatu warna putih dan jilbab warna hitam.
Setelah selesai gue sama bang rean pun pergi dan berbelanja di mall. Di mall gue beli baju, dan jilbab. Di lanjutkan dengan makan di sah satu restaurant di mall itu.
"Permisi" teriak bang rean dari meja tempat kami duduk. Pelayan pun datang dengan membawa buku menu.
"Mau pesen apa ya?" Bang rdan sembari memilih pesanan.
"Biasa aja deh" gue dengan datarnya . "Ok, orange juice dua, sama steak 2" bang rean memberi tahu pelayan. Pelayan pun menulis dan pergi dari meja kami.
"Kamu udah punya pacar ya" bang rean dengan nada menggoda.
"Apaansih, kok bisa lari kesitu sih?" Gue bingung sekaligus marah.
"Kan abang cuman nanyak" bang rean dengan wajah meledek. Gue cuman memutar bola mata malas. Pelayan pun datang membawa pesanan kami. Kami pun melahap tanpa ada yang membuka suara.
"Bang baungkus ya 3" gue dengan antusias. Karna gue inget sama mama.
Setelah selesai bang rean pergi ke kasir dan membayar, sementara gue nunggu di meja. Kami pun pulang setelah lama di mall dan seneng seneng.
Saat di perjalanan gue sama bang rean gak ada yang bicara. Gue terus melihat keluar jendela. saat di lampu merah Gue melihat orang di pinggir jalan yang makan dengan mencari di tong sampah. Dengan sigap gue ambil makanan yang sengaja gue bungkus buat mama. Karena lampu merah masih lama gue keluar membawa makanan itu dan memberikannya pada pemulung pemulung di pinggir jalan.
Pas gue masuk gue ngeliat abang gue yang senyum senyum sendiri. Gue heran dan memperlambat pergerakan gue.
"Lo sehat kan bang" gue berbicara heran dan bingung.
"Bangga gue punya ade kayak lo" bang rean dengan senyum. Gue hanya menunjukkan senyum smirk gue.
"Gue juga punya hati kali" gue dengan senyum smirk gue.
Lampu merah pun berganti menjadi lampu hijau. Bang rean melajukan mobilnya dengan kecepatan medium. Karena sudah malam, setelah sampai rumah gue pun langsung ke kamar. Setelah sampai kamar gue meletakkan belanjaan gue di meja dan menidurkan tubuh gue.
Ingin terlelap darah kembali keluar. Gue pun sigap mengambil tisu yang ada di samping tempat tidur. Gue bersihin sampai bersih. Lalu gue buang tisu di tong sampah.
Gue pun kembali tidur tapi tak terpejam. Gue mainin hp gue sambil dengerin musik. Karena sudah larut, gue ketiduran. Waktu pagi gue turun dan melihat abang sama mama yang udah di meja makan.
"Kebo lo ya, dari tadi di bangunin jugak" bang rean geram.
"Namanya abang semalem ngajakin sampek malem, kan taya ngantuk" gue masih dalam keadaan ngantuk.
"Ya" mama sembari memasukkan makanan ke mulut.
"Hemmm" gue berdehem.
"Nanti kan mama ada preskon, kamu mau temenin mama gak" mama dengan tersenyum.
"ya udah deh ma, taya ikut aja" gue yang masih lesu.
Kami pun siap siap bersama mama. Setelah gue siap. Mama sama gue pun pergi ke tempat preskon. Setelah sampai gue sama mama duduk di kursi dekat tempat preskon. Dan memesan minuman. Karena bosan gue mendengarkan musik dengan headsphone. Gue mainin hp gue sambil dengerin musik.
Tak lama atala datang. Awalnya gue gak menyadari karena fokus gue ke hp. Mama panggil gue. "Taya" mama tersenyum.
"Hemm" bingung gue. "Ada temen tu di samping" mama dengan senyum senyum. Gue pun membuka headsphone dan melihat ke samping. Gue cuman memutar bola mata malas gue.
Saat preskon gue sama mama dan host menunggu atala menyelesaikan lagunya itu. Setelah selesai menyanyikan lagunya itu. Mama masuk bersama hostnya dan gue tetep nunggu.
"Mari bersama kita sambut atala ariksa dan bu ajeng.....!! Houuuuu" teriak host antusis dan mendahului tepukan tangan, di susul oleh para reporter.
"Untuk bu ajeng, kenapa bu ajeng memilih atala untuk membuatkan sigle perdana di nusa cemerlang.
"Assalamu'alaikum semua, jadi kenapa saya pilih atala, karena atala potensial, berbakat, dan yang paling penting banyak yang suka" mama dengan senyum senyum. Gue yang mendengar mama memuji atala langsung memutar bola mata malas gue.
atala sedari tadi melihat gue dengan senyum senyum tapi gak gue perdulikan. Atala pun yang melihat gue dikagetkan dengan panggilan host.
"Nah kalok atala, kenapa menerima tawaran dari nusa cemerlang"
"Kenapa saya menerima tawaran nusa cemerlang, salah satunya itu karena anak produsernya cantik" dengan memandang gue dan gue memutar bola mata gue malas.
"Anak produsernya yang mana ya?" host nya dengan nada menggoda. Mama pun memanggil gue, gue dengan senyuman masuk.
Saat gue melirik atala, gue liriknya dengan tatapan tajam. Dan saat melihat ke depan gue tersenyum.
"Perkenalkan ini anak bungsu saya namanya ataya deandra" mama perkenalkan dengan nada bangga. Gue pun tersenyum dengan sangat ramahnya.
"Ini adalah salah satu anak saya yang sangat mengerti tentang musik, makanya saya bawak anak bungsu saya kesini" gue hanya bisa senyum tanpa berkata.
"Ok kalok gitu duet dong" hostnya mengompori atala dan mama. Gue makin memanas tapi tetap senyum. Gue lirik atala dan sedikit dan menggeleng dengan tatapan tajam tapi atala hanya mengedihkan pundaknya dan tersenyum.
"Due.....duet.....duet.....duet" para wartaran bersorak.
"Ok gini aja, saya sebagai pimpinan nusa cemerlang, akan miliriskan lagu untuk mereka berdua, duet" mama dengan penuh antusias. Gue yang sadar dengan kata kata mama langsung membulatkan mata gue.
Setelah selesai gue duduk sedangkan mama sedang di tanya tanya oleh reporter. Gue sibuk memainkan hp gue sambil mendengarkan musik.
"Taya" atala dengan senyum senyum duduk di dekat gue. Gue hanya memutar bola mata malas.
"Gak nyangka ya, kita bakalan di bikinin sigle duet" dengan tersenyum.
"Tenang aja gue gak akan mau" gue datar sambil memainkan hp gue.
"Kok gak bilang sih, kamu sukak musik"
"Harus gitu gue kasih tau" gue melirik atala tajam. Atala hanya menunjukkan senyum smirknya.
"Kamu cantik" atal dengan senyuman.
Gue senyum paksa "Makasih" lalu gue kembali memasang wajah datar gue dan memutar bola mata malas gue.
"Jarang loh aku muji orang tulus gini" atala dengan sedikit tertawa.
"emang lo pernah tulus, cewe aja banyak yang lo campakin "gue data tapi menusuk.
"kok....??" ataka terputus heran .
"kenapa? Emang kenyataan kan, elo itu gak pernah tulus sama orang" gue dengan dingin.
"ya....?" Atala bingung.
"ta, udah berapa minggu lo sekolah di sini dan udah berapa banyak cewe yang lo pacari?"
"kok kamu asal ngomong sih" atala masih memasang wajah bingung.
"gue gak ngasal, banyak cewe yang nangis gara gara elo" gue pun pergi dari tempat duduk setelah melihat mama selesai.