Gue kembali menyusuri koridor. Gue langsung duduk di bangku gue setelah gue sampek kelas. Gue sibuk kan diri gue dengan baca buku. Tak sadar mereka berempat pun datang. Atala pun duduk disamping gue.
"Ternyata minuman gue di pungut juga" senyum miring gue muncul. Dan tetap membaca buku tanpa melihat atala.
"Menghargai" datarnya dan melanjutkan dengan berbincang dengan keempat sahabatnya. Saat bel masuk berbunyi, atala pindah di samping isa. Ya, isa duduk sendiri sedangkan zaki dan tito berdua.
Gue gak anggap pusing, seneng jugak gak ada penganggu. Gue memfokuskan kembali membaca gue sampai guru masuk. Setelah guru masuk gue pun memperhatikannya dengan seksama.
Tak lama bel istirahat berbunyi. Dan gue ngeliat kunci yang gak tau punya siapa. Inisiatif gue aja untuk ngambil dan simpen tu kunci. Gue lalu ke kantin untuk makan. Gue jalan terus sampai di kantin gue makan, gue lupa beli minum. Tak lama seorang cowo yang gue kenal menghampiri dengan minum di tangannya.
"Entar kesedek" atala memberikan minum ke ataya.
"Ga usah sok baik" gue dengan juteknya. Dan meneruskan makannya. Seperti di sumpahi gue beneran kesedek dan harus minum.
"Uhukkkkk"
"Nah kan" atala membukakan botol minum dan menyodorkan nya pada gue. Gue menenggak minum itu sampek gue gak kesedak lagi.
"Thank's" datar gue dan pergi sambil membawa minum yang di beri atala.
Atala pun pergi setelah ataya pergi. Atala menghampiri teman temannya.
"Puas" atala singkat dengan wajah kesal.
"Belom...!! dia masih belum bisa senyum" isa sengan nada menantang
"gilak lo ta , tu cewek tu ya , adalah cewek yang paling susah di ajak ngomong, jutek, dan elo udah termasuk berhasil buat dia ngomong" zaki kagum pada atala.
"Gue cuman kasian, gak ada maksud lain" dengan datar dan sedikit tersenyum miring.
"Kalok ada apa apa jugak gak papa kali ta" zaki menggoda.
"Ya iyalah, orang gak mungkin jugak bisa dapetin ataya, kan ataya gak bego" isa dengan nada menantang.
"Emang pernah gue ngejer ngejer cewek?" Atala tersenyum remeh.
"Ok kalo gitu gue tatangin lo deketin ataya" isa dengan tegas dan terssnyum miring.
"Wah wah wah.....!! di tantangin, kalok gue ni ya, gua ambil tu tantangan" tito dengan nada menjelaskan.
"Kayak ataya nya mau aja sama lo" zaki cengengesan.
"Wah gue kan ganteng" tito dengan percaya diri dan wajah bingung.
"Berapa mantan lo kalok lo memang ganteng" isa bertanya menantang.
"Gak punya" tito sedih dan menelungkupkan wajahnya di pundak zaki.
"Gue tetep gak mau" atala mutlak
"Mundur sebelum waktunya" zaki dengan tersenyum miring.
"Menyerah sebelum menang" lanjut tito.
"Gue bukan cowok murahan yang mau sama cewe kaya dia" atala tersenyum miring.
"Wah wah, kalok sempet tau orang nya, abis lo maki maki" tito tertawa.
Mereka tertawa bersama di kantin itu. Bel masuk pun berbunyi mereka semua masuk dan ternyata hanya ada gue di dalam kelas itu.
Gue baca buku sambil memijat dahi gue karena pusing. Tiba tiba atala duduk di samping gue."Lo ngapain sih? Lo kan udah pindah kebelakang "gue dengan wajah datar gue. "Emang kenapa kalok gue mau duduk sini lagi" atala dengan senyuman miringnya. "Ga bisa" gue datar "Kenapa?" Atala dengan wajah bingung.
Gue membenarkan posisi gue menghadap atala. "Lo pikir gue gak tau, lo hina hina gue depan temen temen lo, kurang baik apa gue waktu pertama kali jumpa elo, gue kasih minum, lo buang, hari ini lo hina hina gue, gue diem aja, dan lo masih bilang kenapa?".
"Hah? Udah" atala potong gue dengan wajah bingung.
"belum....!! Gak usah sok kegantengan, ga ganteng jugak kan, gue tau lo selebgram, musisi, tapi gak seharusnya lo hina gue, gue masih punya hati. Kalok lo gak mau di bilang gak punya hati, lo jaga hati orang". Atala terlihat bingung dengan perkataan gue."eitssss ...!! Satu lagi, gue gak perlu kasian dari lo". Gue pun pergi dengan sangat penuh amarah. Gue liat liat atala bingung dan sedikit terkejut. Gue pergi saat guru mau masuk.
"Ataya kamu mau kemana?" Bu guru itu bertanya sama gue. Gue pun terhenti sebentar.
"Mau ke uks buk" gue pun langsung pergi tanpa persetujuan dari ibu guru. Gue di uks cuman bisa baca novel yang sengaja gue bawak dari kelas tadi. Gue baca buku gue sampek istirahat kedua. Gue baca buku sambil memijat kepala gue yang sakit.
"Kepala gue kenapa ya, kenapa suka sakit terus?" Gue sambil memijat kepala gue dengan dua jari.
Sakit yang gak bisa tertahan lagi, akhirnya gue tarok buku di meja samping bankar dan ingin membaringkan diri. Belum lagi terbaring tiba tiba Darah keluar dari hidung gue dan mengenai jilbab gue. "Kok berdarah?" Bingung. Gue positif thinking aja siapa tau karena kecapean. Gue mengelap darah itu dengan tangan gue, kerena tak kunjung berakhir, gue ambil tisu dan mengelapnya dan gue mendongak agar tak banyak darah yang keluar.
Bel istirahat pun berbunyi. Sebelum gue keluar gue benerin posisi jilbab gue biar gak ketahuan darah yang ada di jilbab gue. Gue keluar dengan mengehela nafas. Gue keluar dan ke kelas. Sampai kelas ternyata ada keempat orang itu. Gue yang tadinya jalan cepat kini gue perlambat.
Mereka berempat melihat gue dengan tajam. Gue cuman melihat mereka dengan datar dan sedikit bingung. Atala sekarang duduk di samping bangku gue. Gue langsung aja duduk di bangku gue.
"Gue mintak maaf" atala datar. Gue pun benerin posisi gue menghadap atala.
"emang kayak gitu ya, cara orang yang punya hati mintak maaf" dan gue kembali membenarkan posisi gue ke arah depan dan membaca buku.
Atala menarik nafas dan mengulurkan tangan "Gue______" belum sempat atala ngomong gue udah motong perkataan atala. "gue maafin lo" datar gue.
Tak lama bel masuk pun berbunyi atala pun pindah kebelakang. Saat guru masuk, semua mengembalikan fokus mereka kepelajaran yang mukin tak mereka mengerti. Bel pulang berbunyi dan mengahambur kan semua orang.
Hp gue geter waktu gue beresin buku buku gue. Gue angkat telfon dari "bang rean💙"
"Hallo bang, ada apa ?"
"Taya, kamu pulang naik ojek aja ya, kaka ada rapat untuk perpisahan kami"
"yah, ya udah deh, mau di gimanain".
"ya udah ya, nanti kalau udah sampek rumah, bilang ke mama ya"
"Iya iya"
Gue pun matiin sambungan telefon itu sepihak. Gue cukup kesal sih, tapi mau gimana pun gak ada yang bisa gue lakuin selain nurut. Gue melihat ke sekeliling yang sudah tak ada siapa siapa. gue pun kembali menyusun buku buku dan keluar. Tak sengaja kunci yang gue jumpa tadi jatoh dari kantong waktu gue ngambil kertas.
"Ohhh iya, kunci" gue tepuk jidak gue. Gue memperhatikan kunci itu dengan seksama dan terfokus ke salah satu mainan kunci yang menuliskan nama seseorang. "Atala" itulah nama di gantungan itu.
Gue hanya menaikkan alis gue. Dan mencoba mencari di parkiran. Gue pencet aja alarm dan menunjukkan mobil atala. Gue pun menunggu atala di samping mobil itu. Sambil memainkan kunci itu, gue nunggu. Tak lama orang yang di tunggu datang dengan wajah cemas. Dan terlihat jelas wajah atala berubah ketika melihat kunci yang gue pegang.
"Kunci gue kenapa sama lo" atala bingung dan menunjuk ke arah kunci . Gue pun memeberi kunci itu ke atala .
"Tanya sama kantong lo, kenapa jatohin kunci di sembarang tempat" gue tersenyum miring dengan kata kata gue yang absurd. Atala yang jarang metawa kini ikut ketawa sama kata kata gue. Gue pun pergi tanpa permisi, dan atala hanya melihat.
Suara yang tadi kini kembali memanggil gue. "Ataya" atala pun mendatangi gue. "Apa?" Singkat gue dengan wajah yang kembali datar. Gue mah gitu, senyuman nya gak akan pernah bertahan lama.
"Pulang sama gue yuk itung itung bales budi" atala memberi tawaran. Atala pun mulai baik sama gue. Gue sempet berfikir kalau atala berubah karena omongan gue tadi.
"gak perlu, udah pesen ojek online" gue datar lagi dan tetep jutek.
"kalo ada gue kenapa harus naik ojek" senyumnya terukir. Gue cuman bisa memutar bola mata malas gue.
"ataya ya" suara seorang laki laki yang mengejutkan kami. Gue dan atala bingung.
"saya tukang ojek online" dengan ramah dan senyum. Petanyaan yang timbul di kepala gue kini terjawab.
"Ohhh ok" gue pun pergi bersama ojek online.
"kang jangan di lecetin ya calon saya" ucap atala dengan teriak.
"norak" gue yang mendengar pun geram dan teriak.
Atala pun pulang, setelah sampai rumah atala langsung memasuki kamarnya. Ketika hari sudah larut malam dan Tak lama papanya pulang.
"Atala" panggil papanya dari pintu.
"Iya pa" atala pun keluar dari kamarnya dengan senyuman."wihhh makanan ni pa" Timpal atala ketika melihat kantong plastik yang di bawa papanya. Papanya hanya ketawa. Atala pun mengambil piring lalu mereka memakannya. Setelah habis atala pun kembali ke dalam kamarnya.
Atala duduk dibangku meja belajar namun berlawanan arah dengan meja. Dan mulai memainkannya gitarnya sambil bernyanyi. Atala pun kepikiran dengan kata kata gue dan memainkan gitarnya sumbang dan tak beraturan. geram atala.
"Sialan tu cewek, masak gue dibilang sok kegantengan" atala berfikir. Atala pun meletakkan gitarnya dan mengahadap kaca.
"gue ganteng kan? Iya dong, kalok enggak gak mungkin gue terkenal" atala ngomong sediri di kaca dan tersenyum. Atala pun pindah dan duduk di pinggir kamarnya. Dan memperhatikan foto yang di ambil diam diam.
Atala pun di kejutkan dengan panggilan papa nya. "Atala" teriak papanya dari luar pintu. Atala pun bergegas mematikan lampu lalu pura pura tidur dan menyelimuti seluruh tubuhnya, karena atala tak mau di marahi karena tidur larut.
"Atala, kamu udah tidur?" papanya dari pintu, merasa tak ada jawaban papanya pun pergi. Atala pun membuka selimut.
"Masa iya cuman gara gara kata kata dia gue gak bisa tidur"atala dengan wajah kesal. Atala pun kembali melihat foto gue.
***
Pagi tiba, dan gue duduk di kelas sembari membaca dengan handset di kuping gue. Gue hanya duduk di bangku. Tak lama ke empat orang itu datang dengan cengar cengir. Gue memutar bola mata malas.
Mereka berempat melihat dengan cengar cengir. Gue cuman masang bola mata malas gue. Tak lama bel masuk pun berbunyi dan guru masuk.
Gue memperhatikan pak guru yang menjelaskan. Kepala gue kembali pusing. Sepanjang pelajaran gue memijat kepala gue.
"Pak permisi ketoilet" gue dengan ragunya. Gue pun keluar setelah pak bandi mengangguk. Gue merasa hidung gue akan ada yang keluar. Setelah sampai di wastafel darah keluar dari hidung gue. Gue semakin penasaran apa yang terjadi sama gue. Gue bersihkan darah yang keluar dengan air. Merasa udah beres gue balik kekelas. Pas keluar dari toilet gue ngerasa badan gue sakit semua.
"Permisi pak" gue masuk dengan loyo nya. Gue duduk dan ternyata atala yang tadinya di belakang kini di samping gue. Pelajaran gue buyar semuanya. Kelas seperti mutar mutar di mata gue.
"Taya lo gak papa kan?" Atala penasaran. Gue gak menjawab karena pusing gue gak bisa terkotrol.
"Kok pucet ya?" Atala mulai mengoyang goyangkan gue yang mulai pitam. Seteleh itu semua hitam, Tak ada yang bisa ku lihat.
***
Saat sadar, gue ternyata udah ada di uks dengan atala yang tertidur di samping gue. Gue gak tega bangunin atala jadi biarin dia tidur. Gue liatin dia sambil tersenyum miring. Merasa ada pergerakan dari bankar atala pun bangun.
"Ehhh taya udah bangun" atala sambil mengusap matanya.
"Udah .....!! gue tadi kok bisa pingsan ya ?" Gue bingung.
"Lah kok jadi nanyak gue sih" bingung atala .
Gue pun langsung minta pulang. Jemputan dari rumah pun datang dan menghantarkan gue pulang. Sampek rumah gue telfon bang rean biar gak nunggu gue. Karena gue pulang saat masih jam pelajaran.
Sampek rumah gue langsung baring di kamar dengan kepala gue yang masih dalam keadaan yang lumayan sakit. Sebelum terlelap gue sedikit berfikir. Kenapa akhir akhir ini gue sering mimisan.
Tapi gue tetep positif tinking aja, gue fikir itu semua karna gue kecapean, suka berfikir keras. Dan membuat gue sering kecapean. Itu lah yang gue fikirin.
Gue mulai suntuk, karena gue pulang sekolah saat masih jam pelajaran. Dan itu artinya bang rean masih di sekolah.
Gur pun berinisiatif untuk pergi saat bang rean pulang nanti. Sebelum bang rean pulang gue mau bersiap siap terlebih dahulu dan menunggu bang rean di ruang tamu.