Selama Seminggu Pak Leonardo Ijin Dari Status Sekertaris. Disamping Itu Juga, Pak Richard Selalu Kewalahan Mengurus Jadwalnya.
Dan Untungnya, Clara Mau Membantu Pak Richard Meringankan Tugasnya.
"Pusing Bukan?".
" Silahkan Diminum".
Segelas Teh Kamomail Yang Masih Panas, Dibawah Oleh Clara Untuk Pak Richard.
" Eum...Terima Kasih".
Menyesap Perlahan-Lahan Teh Komamailnya.
"Eum...Enak" Jawab Pak Richard Setelah Meletakkan Kembali Cangkirnya.
" Kalau Begitu Saya Permisi". Pamit Ibu Clara Setelah Memberi Minuman.
" Hm". Jawab Pak Richard Singkat.
Clara Kembali Keruangannya, Mengerjakan Tugasnya Seperti Biasa.
Sementara Dilain Tempat, Leonardo Mencoba Menghubungi Nomor Yang Menghubunginya Berulang Kali.
" Halo". Satu Tarikan Nafas Gugup Yang Dilayangkan Oleh Sipenelpon.
" Kak Leonardo". Suara Itu Melengking, Hingga Anak Telinga Leonardo Seakan Terpecah.
" Kakak, Ini Dengan Christin".
" Eum...Aku Tau".
" Bisakah Kita Bertemu".
" Baik Kak, Dimana?".
"15 Menit Lagi, Apa Kau Punya Waktu?".
" Iya Kak".
" Yasudah, Kakak Akan Jemput Kamu".
Pip. Panggilan Terputus.
Christin Segera Bersiap-Siap.
Iya Merasa Lega, Karena Kak Leonardo Menghubunginya Kembali, Setelah Iya Meneror Pak Leonardo Dengan Banyak Pesan Dan Chatt.
" Mau Kemana Nak?". Tanya Maid, Yang Kebetulan Melihat Christin Sudah Berdandan.
" Christin Akan Menemui Kak Leonardo Bi, Hehe".
" Yasudah, Hati-Hati Dijalan Ya".
" Siap Captain". Jawab Christin Semangat.
Dan Maid Itu Hanya Tertawa Kecil.
Tin...
" Oh Kakak Sudah Datang".
Setelah Christin Masuk Kedalam Mobil, Memasang Seatbelt, Lalu Kak Leonardo Langsung Menghidupkan Mesin Pada Mobilnya Dan Berangkat.
Mereka Sudah Sampai, Bahkan Kak Leonardo Sudah Siap Memesan Makanan.
" Apa Yang Kau Makan?".
" Samakan Saja Dengan Punya Kakak".
Sementara Menunggu Pesanan Makanan Mereka, Kak Leonardo Membuka Obrolan Ringan.
" Christin, Terima Kasih Atas Waktumu".
" Maafkan Sikap Saya Beberapa Waktu Yang Lalu".
" Tak Masalah Kakak, Jangan Merasa Sungkan Untuk Itu" .
" Christin Rasa, Itu Adalah Hal Yang Wajar, Jika Kakak Marah".
Makanan pun Tiba.
" Terima Kasih" Ucap Mereka Berdua, Dan Pelayan Itu Hanya Tersenyum.
" Silahkan Dinikmati". Ucapnya Lalu Pergi.
"Err.... Christin Sepertinya Kita Makan Lebih Dulu". Ajak Kak Leonardo, Merenggangkan Situasi.
" Ayo Kak...Wah... Makanannya Lezat Sekali".
Karena Terlalu Menikmati Makanan, Tak Ada Obrolan Yang Berarti.
Sesekali Christin Menyesap Jus Jeruk Yang Terletak Dimejanya.
20 Menit Sudah, Mereka Selesai Dwngan Acara Makan. Tak Ada Sedikit Makanan Yang terletak Dimeja, Karena Memang, Masakan Dari Restoran Ini Sangat Enak.
" Ah...Kenyang". Ucap Christin Mengelus Perutnya Yang Mendadak Penuh.
15 Menit Mereka Hanya Mengobrol Ringan, Hingga Akhirnya, Kak Leonardo Kembali Membuka Obrolannya.
" Christin.. Mengenai Masalah Yang Kita Bicarakan".
" Maafkan Saya Yang Pergi Tanpa Pamit Padamu". Ucap Leonardo, Dalam Mode Serius.
" Saya Minta Maaf, Karena Sempat Lancang Menyakiti Perasaan Kamu".
" Ya Meskipun Saya Akui, 100% Adalah Kesalahan Ayah Kita".
Untuk Itu Saya Atas Nama Leonardo Dan Ibu Saya, Dengan Senang Hati Memaafkanmu. Tapi Sebaiknya Kita Harus Menjaga Jarak, Dan Juga Kuharap Hubungan Kita Selesai Dengan Ini.
Saya Bicara Bukan Karena Saya Masih Marah Padamu, Tapi Lebih Kepada Karena Saya Rasa Urusan Kita Sudah Selesai.
Kamu Bahkan Sudah Mengetahui Beberapa Hal Yang Mungkin Belum Kamu Ketahui, Dan Saya Berharap Ini Adalah Akhir Dari Pertemuan Kita.
" Sampaikan Salamku Kepada Ayahmu". Ucapanku Benar-Benar Serius, Kuharap Kau Mengerti Dengan Ucapan Kami.
" Kalau Begitu Bersiaplah, Saya Akan Mengantarmu Kembali Kemansion Pak Richard".
Mendengar Ucapan Serius Dari Mulut Kakaknya, Christin Merasa Terpukul.
Christin Menundukkan, Menutup Wajahnya Yang Sudah Menangis.
Leonardo Paham Betul, Apa Yang Putuskan.
" Berat Memang". Tapi Satu-Satunya Jalan Yang Mungkin Iya Pilih Agar Mereka Tetap Menjalani Hidup.
Pupus Sudah Harapan Yang Dibangun Oleh Christin, " Apa Sebegitu Kejamnya Hidup Saya?".
" Mengapa Kak Leonardo, Bahkan Tak Berbicara Denganku Dengan Bahasa Santai".
Setelah Leonardo Membayar Tagihan Mereka Kekasir, Christin Menunggunya Didepan Mobil.
" Ayo Masuk". Ajak Leonardo.
Christin Kembali Memasang Seatbelt, Lalu Leonardo Menghidupkan Mesin Mobilnya.
Dalam Perjalanan Pulang, Mereka Berdua Tak Membangun Percakapan.
Christin Hanya Memandang Keluar Jendela, Iya Seolah Berharap Agar Mobil Yang Dikendarai Mereka Cepat Sampai KeMansion Mewah Kak Richard.
" Ingin Mampir Kesatu Tempat?". Tanya Leonardo Basa- Basi.
Christin Tersadar Dari Lamunannya. " Tak Perlu Kak, Aku Rasa Makanan Direstoran Sudah Cukup".
" Baiklah".
Mobil Leonardo Sudah Tiba Diparkiran Pak Richard..
" Terima Kasih ". Ucap Christin Setelah Melepas Seatbeltnya.
Keluar Dari Pintu Mobil Kak Leonardo, Christin Tersenyum..
Leonardopun Tak Berniat, Untuk Turun Dari Mobilnya.
" Aku Pulang" Jawab Leonaro Setelah Itu Melesat Pergi.
Christin Masuk Kedalam Mansion Pak Richard Dengan Wajah Lesu.
" Sudah Pulangkah?". Sambut Maid.
" Iya Bii, Christin Masuk Dulu Kekamar". Jawab Christin Tak Bertenaga.
Maid Tersebut Hanya Bisa Mengamati Wajah Lesu Christin, Dengan Pikiran Yang Bercabang-Cabang Dikepalanya.
" Apa Nak Christin Punya Masalah?".
" Mengapa Dia Kelihatan Tak Bersemangat?".
" Ah...Daripada Berasumsi Dengan Pikiranku, Lebih Baik Aku Lanjutkan Pekerjaanku".
Jam Kantor Sudah Selesai, Seminggu Ini Wajah Ibu Clara Benar-Benar Kusut.
Iya Berharap Ada Suatu Keajaiban Agar Tubuhnya Yang Lelah Kembali Fit.
Belakangan Ini Karena Terlalu Banyak Bekerja, Clara Tak Sempat Meluangkan Waktunya Untuk Membuat Sarapan Dan Makan Malam.
Alhasil Setiap Clara Melangkah Keluar Dari Bus, Iya Harus Berjalan Sekitar 1 Km, Untuk Menuju Minimarket.
Memakan 1 Cup Mie Instan, Lalu Melanjutkan Aktivitasnya.
Belakangan Ini Pula, Clara Tak Menemukan Kabar Dari Sahabatnya. Iya Sudah Mengirimkan Sahabat Cerewetnya Pesan, Namun Iya Tak Yakin Jika Emily Akan Membaca Pesannya.
Clara Kembal8 Melangkah Keluar Meninggalkan Minimarket Tersebut. Iya Sesikit Memperbaiki Tas Jinjingnya Yang Melorot Turun.
Langkah Demi Langkah, Akhirnya Clara Tiba Didepan Pintu Apartemennya.
Kakinya Sedikit Pegal, Sebab Iya Harus Memakai Sepatu Highheelsnya, Merepotkan Bukan, Jika Menjadi Wanita Kantoran.
" Jangan Mengeluh Clara, Ayo Semangat".
Clara Menekan Beberapa Digit Angka, Tak Berselang Beberapa Detik Akhirnya Pintu Terbuka".
Clara Masuk Kedalam Apartemen, Melepas Sepatunya, Lalu Menyalakan Lampu.
" Huh...Lega". Ucap Clara Setelah Mendaratkan Bokong Smpurna Disingle Bad.
Seperti Kalori Clara Terbakar Habis Akibat, Olahraga Singkatnya, Terbukti Sekarang, Iya Matanya Sudah Terpejam Rapat.
Sementara Di Mansion Mewah Pak Richard, Iya Melonggarkan Dasinya, Yang Sedari Pagi Absen Melilit Dilehernya.
Saking Lelahnya, Iya Bahkan Tak Mengganti Pakaiannya.
Richard Melangkah Masuk Kedalam Kamar, Lalu Melepaskan Sepatunya. Setelah Itu Mendaratkan Tubuhnya Diatas Ranjang.
" Errrr....Tubuhku".
Mata Richard Perlahan Terpejam.
Dikamar Christin, Setepah Bertemu Dengan Kak Leonardo, Iya Berencana Memesan Tiket Kepulangannya, Untuk Besok.
Rencana Liburannya Begitu Kacau, Iya Merasa Tak Ada Gunanya Lagi Berada Disini.
Lagian Iya Harus Fokus Pada Acara Kuliahnya. Christin Tersadar Dari Acara Tidur Panjangnya, Melesat Kekamar Mandi, Untuk Membersihkan Tubuhnya.
" Ayah Dan Ibu Benar-Benar Kejam, Kenapa Mereka Menyembunyikan Hal Sebesar Ini Padaku".
" Apapun Alasan Dari Mereka Nanti, Kurasa Kak Leonardo Dan Ibunya Pantas Marah Pada Keluarganya".
" Err....". Setelah Itu Hanya Bunyi Air Dari Kamar Mandi Yang Menemani Kekacauan Christin.