Pagi Ini Pak Richard Tengah Berada Dikantor, Sudah 1minggu Berlalu, Saat Pak Richard Mengadakan Acara Pembagian Bingkisan.
Pak Richard Ditemani Segelas Kopi Sambil Memeriksa Berkas Dimeja Kerjanya. 1 Hari Yang Lalu Sistem Perusahaan Mengalami Pembobolan.
Beberapa Data Penting Bocor, Hingga Ke Media. Pak Richard Bersyukur, Karena Iya Mempunyai Karyawan Hebat Seperti Ibu Clara Yang Handal Jadi Semua Bisa Diatasi.
"Meski Harus Mengalami Kerugian Besar Akibat 25% Data Penting Tersebut Bocor Dan Beberapa Ada Yang Dicuri".
Pak Richard Memijit Pelipis Matanya, Karena Merasa Lelah. Selama Sehari Ini Hanya Tidur 3 Jam Lamanya.
Pak Richard Meregangkan Tangannya, Menarik Nafas Dalam-Dalam, Lalu Memutar Kursinya Menatap Keluar Jendela.
Entalah Saat Ini Yang Ada Dipikirannya, Hanya Ingin Menyegarkan Otaknya.
Ceklek.
"Maaf Pak, Ini Hasil Laporan Dari Polisi Tentang Identitas Pelaku"Ucap Pak Leonardo.
"Terima Kasih"Jawab Pak Richard, Setelah Menerima Laporan Tersebut.Lalu Pak Leonardo Beranjak Dari Ruangan Pak Richard.
Seketika, Pak Richard Menelungkupkan Lengannya.Iya Seperti Merasa Sedikit Frustasi, Memikirkan Masalah Yang Terjadi Diperusahaannya.
Sementara Dirumah Orangtua Richard, Terlihat Beberapa Keluarga Richard Yang Baru Datang Mengunjungi Orangtuanya.
Salah Satunya, Sepupu Richard Yang Pernah Ikut Hadir Dalam Pesta Yang Diadakan Orangtua Richard.
"Halo Om Hendrik"Sapa Vincent Sambil Memberi Pelukan.
"Bagaiman Kabar Kalian?"Tanya Vincent Setelah Melepaskan Pelukan.
"Baik.. Puji Tuhan Kami Sehat".
"Ayo Kemari, Duduklah"Ucap Ayah Richard Mempersilahkan Duduk.
"Wah, Tanta Lusia Semakin Hari Semakin Cantik" Puji Vincent Sepupu Richard Yang Berhasil Mengundang Tawa Bagi Keluarga Yang Berada Didalam Rumah Mewah Richard.
"Sudahlah Nak, Jangan Banyak Bicara"
"Apa Kau Tau, Ibu Sudah Bosan Mendengar Ceritamu"Ucap Ibu Amalia Sudah Geram Dengan Tingkah Anaknya.
"Haha...Om Hendrik, Lihatlah Kelakuan Ibuku, Masa Anak Tampannya Dibilang Sudah Bosan"Ucap Vincent Sambil Mengeluh Kepada Ayah Richard.
Sementara Ayah Richard Hanya Berusaha Melerai Kedua Orang Yang Sedang Beradu Mulut.
Sesekali Iya Menimpali Dengan Kata Yang Sopan Agar Anak Dan Ibu Tak Merasa Tersinggung Dengan Ucapannya.
Ayah Vincent Yang Sudah Lelah, Setelah Perjalanan Dari AS, Memilih Menyandarkan Badannya Kesofa Empuk.Lalu Memejamkan Matanya.
Masih Dengan Keadaan Yang Cukup Ribut, Seketika Ibu Lusia Membawa Nampan Berisi Beberapa Gelas Jus.
Setelah Meletakkan Diatas Meja, Ibu Lusia Mempersilahkan Tamunya Minum.Obrolan Semakin Seru, Saat Ibu Lusia Sesekali Menimpali Vincent Dan Hal Itu Membuat Vincent Semakin Kesal.
"Ah...Dimana Sepupu Tampanku?"
"Apakah Iya Masih Rajin Menjadi Seorang Pekerja Keras"Tanya Vincent Sambil Meminum Jus,Namun Sebelum Meneguk Jus Tersebut, Kepala Vincent Sudah Terlebih Dahulu Diketok.
"Apakah Kau Sakit?"
"Bagaimana Bisa Kau Bertanya Seperti Itu, Sedangkan Kau Tahu Bahwa Sudah Richard Adalah Anak Yang Sangat Pekerja Keras."
"Bukan Sepertimu, Sudah Menjadi Lelaki Dewasa Namun Masih Bergantung Pada Orangtua"Ucap Ibu Amalia Sudah Menggebu-Gebu.
"Ibu...."Ucap Vincent Sedikit Kesal.
"Bagaimana Bisa, Ibu Membandingkan Kak Richard Denganku Bu"
Dan Lagi."Aku Hanya Bertanya Dimana Kakak Sepupuku, Tapi Melihat Bagaimana Respon Ibu Sekarang, Sangat Membuatku Kesal".
"Hah..Aku Ingin Tidur"Ucap Vincent Mendesah Keras, Lalu Akan Beranjak Kekamar Tamu, Namun Ibu Lusia Segera Mencegat Tangan Vincent Alhasil Vincent Langsung Berhenti.
"Makanlah, Ibumu Hanya Bercanda.Mana Mungkin Ucapan Ibumu Suka Membuatmu Kesal"Ucap Ibu Lusia Sambil Menenangkan Vincent.
Wajah Kesal Vincent, Kini Berganti Jadi Wajah Bahagia.Baiklah Tanta Lusia, Ayo Kita Pergi Sepertinya Aku Sangat Lapar Setelah Bertengkar.Ucap Vincent Sambil Menyindir.
"Anak Ini...!!"Geram Ibu Amalia Setelah Melirik Wajah Anaknya.
Sementara Diruangnya, Pak Richard Menghela Nafas Dengan Kuat Sembari Mengendurkan Ikatan Dasi, Yang Terasa Mencekik Dibawah Semua Tekanan Yang Ia Rasakan.
Sudut Matanyanya Menangkap Beberapa Dokumen Dari Ibu Clara Yang Sempat Mencuri Perhatiannya Tadi Pagi.
Iya Memutar Kursinya Membelakangi Pintu, Mengahadap Jendela Besar Yang Menyajikan Pemandangan Matahari Terbenam.
Sepertinya Iya Merasa Demam, Tubuhnya Sangat Panas.Tak Berselang Beberapa Menit Kemudian, Pak Richard Bergegas Kesofa.
Menidurkan Diri, Pak Richard Mencoba Menutup Wajahnya Dengan Lengannya, Namun Perlahan-Lahan Matanya Mulai Tertutup.
Terdengar Suara Ketukan Pintu Berulang-Ulang.
Clara Sedikit Lelah Karena Setelah Mengetuk Pintu Beberapa Kalipun Tak Ada Jawaban.
Maksud Hati Ingin Memberi Penjelasan Tentang Masalah Pembobolan, Namun Saat Ibu Clara Membuka Pintu, Matanya Membola Saat Melihat Atasannya Tertidur Pulas Diatas Sofanya.
"Apa Yang Dilakukan Atasannya, Iya Tak Pernah Melihat Atasan Killernya Tertidur Dengan Pulas".
Dengan Langkah Hati-Hati, Ibu Clara Tak Ingin Membangunkan Pak Richard Jadi Iya Melangkah Seperti Seorang Maling.
Tapi Tiba-Tiba Tubuh Ibu Clara Tersenggol Lengan Pak Richard.Seketika Pak Richard Menggeram Dalam Tidurnya, Merasakan Kepala
Sangat Pusing.
Akhir-Akhir Ini Tidurnya Tidak Teratur.
Ibu Clara Merasakan Lengan Pak Richard Sangat Panas, Saat Tak Sengaja Disenggol.Ditambah Lagi Aksi Mengigau Dari Pak Richard Kini Menjadi Tanda Tanya Penuh Diotak Pak Ibu Clara.
"Jennie...Jangan Pergi...Jennie Kumohon", Ucap Pak Richard Saat Tertidur.Alhasil Tubuh Ibu Clara Membeku, Ibu Clara Masih Berperang Dengan Pikirannya Saat Ini.
"Siapa Jennie?...Mengapa Dia Memanggilnya!".
Tubuh Pak Richard Sudah Penuh Dengan Keringat, Dalam Tidurnya Iya Terus Menyebut Nama Jennie.
"Jennie Kumohon Maafkan Aku Dan Jangan Tinggalkan Aku"Setelah Berbicara Pak Richard Refleks Menarik Tangan Ibu Clara Lalu Memeluknya, Dengan Posisi Yang Tak Mengenakan.
Karena Pelukan Yang Sangat Erat, Membuat Pasokan Udara Ibu Clara Semakin Menepis.
"Pak Bangun...Apa Yang Bapak Lakukan, Ini Masih Dikantor"Ucap Ibu Clara Mencoba Melepaskan Diri Dari Pelukan Pak Richard.
Pak Richard Menggeliat Pelan Dari Tidurnya, Badannya Sedikit Sakit Mungkin karena Iya Tidur Disofa.
"Wajahnya Tampak Pucat".
Ibu Clara Menarah Tangannya Diatas Kening Pak Richard, Suhu Tubuh Pak Richard Sangat Tinggi.Lagi, Kini Ibu Clara Sangat Panik.
Tanpa Menunggu Lama, Ibu Clara Segera Keluar Dari Ruangan Pak Richard.Berjalan Menuju Pantry, Mengambil Sebuah Baskom Berisi Air Dingin.Tak Lupa Juga Membawa Sebuah Handuk Putih Kecil.
"Panik".
Kini Ibu Clara Meletakkan Baskom Tersebut Diatas Meja Kaca, Lalu Segera Memasuk Handuk Kecil Kedalam Wadah Tersebut Lalu Memerasnya.
Setelah Meletakkan Handuk Itu Diatas Kening Pak Richard, Ibu Clara Mengambil Ponsel Dari Sakunya, Kemudian Mendial Nomor Pak Leonardo.
Masih Dalam Suasana Mengompres Kening Pak Richard, Tiba-Tiba Pak Leonardo Datang.
"Bagaimana Keadaan Pak Richard?"Tanya Pak Leonardo Sedikit Khawatir.
"Sudah Kukompres Untuk Menirunkan Suhu Tubuhnya, Tapi Demamnya Semakin Tinggi"Ucap Ibu Clara Menjelaskan.
"Yasudah, Biar Kutelpon Dokter Pribadi Pak Richard"Setelah Itu Pak Richard Segera Menelpon Dokter.
Ibu Clara Meminta Ijin Kepada Pak Leonardo Untuk Pergi Kantin Kantornya, Untuk Memasakan Semangkuk Bubur Buat Pak Richard.
Kini Ibu Clara Sudah Sampai Dikantin, Dengan Tergesa-Gesa, Ibu Clara Meminta Ijin Kepada Koki Didapur Untuk Memasak Bubur.
Dan Koki Tersebut Mempersilahkan Ibu Clara.Dengan Telaten, Ibu Clara Memasak Buburnya, Sesekali Iya Menyeka Keringat Yang Mengalir Dari Dahinya Sebab Iya Sangat Khawatir.
20 Menit Kemudian, Ibu Clara Sudah Berada Diruangan Pak Richard, Begitu Juga Dengan Dokter Pribadi Pak Richard.
Menurut Keterangan Dokter, Pak Richard Demam Akibat Kelelahan, Dan Terlambat Makan, Sehingga Tubuhnya Lemah.
"Ini Saya Tinggalkan Resepnya, Jangan Lupa Diminum Obatnya".Setelah Memberikan Obat Kepada Pak Richard, Pak Leonardo Langsung mengantar Keluar Pak Dokter.
Sedangkan Ibu Clara Mengambil Posisi Duduk Dekat Pak Richard.
"Makanlah"Ucap Ibu Clara Sambil Memberi Sesendok Bubur Kepada Mulut Atasannya.
Sungguh Wajahnya Benar-Benar Pucat.Perlahan-Lahan Pak.Richard Menyungah Buburnya, Sudah Hampir Setengah Bubur Didalam Mangkuk Iya Habiskan.
"Sepertinya Cukup, Aku Sudah Kenyang"Ucap Pak Richard Dengan Wajah Sayu, Alhasil Ibu Clara Menjadi Gemas.
"CUP".
Ciuman Ini Dari Bukan Berasal Dari Pak Richard, Namun Ibu Clara Yang Lebih Dulu Mencium Bibir Pak Richard.
Pak Richard Masih Cengo Dengan Perlakuan Ibu Clara Barusan.
"Kenapa Menciumku?"Tanya Pak Richard Dengan Nada Rendah.Ibu Clara Sudah Menundukkan Wajahnya, Iya Sekarang Sedang Merutuki Kebodohannya.
"Kenapa Menciumku?Tanya Pak Richard Mengulang Pertanyaannya.
"Hah, Sudahlah"Pak Richard Membuang Nafasnya Dengan Kasar Sambil Mengusap Wajahnya.
"Apa Kau Tau, Aku Bisa Menularkan Penyakitku Padamu"Kini Ucapan Pak Richard Terdengar Saat Lembut, Iya Tak Bermaksud Menakuti Ibu Clara.
Hanya Saja Iya Takut, Jika Penyakitnya Bisa Tertular.
"Dimana Obatku?".
Setelah Menerima Obat Dari Tangan Ibu Clara, Pak Richard Langsung Mengambil Air Digelas, Kemudian Meminum Bersamaan Dengan Obatnya.
"Saya Permisi Dulu, Saya Akan Mencari Pak Leonardo Untuk Mengantar Kembali Pak Richard Kemansion"Ucap Ibu Clara Kemudian, Keluar Dari Ruangan Pak Richard.
"Pak Leonardo"Ucap Ibu Clara Setelah Bertemu Dengan Pak Leonardo.
"Tolong Antar Pulang Pak Richard, Kelihatannya Pak Richard Sangat Lelah"Setelah Berucap Ibu Clara Langsung Kembali Keruangannya.
"Ayo Kuantar Pulang"Ucap Pak Leonardo Segera Memapah Tubuh Pak Richard, SedangkannPak Richard Hanya Menerima Bantuan Tanpa Menolak.