"Pak Richard Memijit Kening, Lantas Segera Merapikan Barang-Barangnya". Setelah Menyelesaikan Seluruh Tumpukan Dokumen, Yang Harus Iya Tandatangani Hari Ini Juga.
Ini Bahkan Sudah Lewat 2Jam Sejak Jam Pulang Kantornya. Terlihat Tinggal Beberapa Karyawan Yang Masih Bertahan Disana.
Mereka Adalah Karyawan-Karyawan Yang Juga Dikejar Deadline, Pekerjaan Yang Harus Selesai Hari Ini Juga, Sama Dengan Apa Yang Apa Yang Sedang Dikerjakan.
Bahkan Pak Leonardo Sekertaris Pak Richard Masih Setia Bertahan Dalam Ruangan Yang Sama Bersama Pak Richard.
Seperti Hari-Hari Sebelumnya, Hari Ini Benar-Benar Cukup Melelahkan. Mungkin Setelurusnya Juga Masih Terus Berlanjut.
Pak Richard Menyenderkan Kepalanya Dikursi, Lalu Melonggarkan Dasinya, Untuk Meringankan Penat Yang Menyergapnya.
Lantas Pak Richard Segera Menenteng Tas Kerjanya Dan Berjalan Keluar Ruangan.
"Pak Richard" Sapa Pak Leonardo Ketika Melihat Pak Richard Keluar Dari Ruangan.
"Kamu Belum Pulang?". Baru Kali Ini Pak Richard Memandang Prihatin, Pada Pria Yang Telah Membantunya Bekerja Selama 4 Tahun Terakhir Ini.
Pak Richard Mengusap Wajahnya Pelan, Untuk Menghilangkan Penatnya Yang Mendera. Pekerjaan Kantor Terkadang Terasa Begitu Menjenuhkan Disaat-Saat Tertentu.
Pak Richard Kadang Berperang Dengan Fikirannya Sendiri.
"Iya Bahkan Terkadang Terlihat Seperti Manusia-Manusia Yang Diperbudak Oleh Uang Dan Segala AmbisiAkan Kemewahan Yang Tidak Ada Habisnya".
Kini Mobil Sport Milik Pak Richard, Sudah Terparkir Rapih Digarasi Mansionnya.
Terpampang Jelas Mansion Pak Richard, Yang Besar Bak Istana Yang Terhias Dengan Warna Emas, Putih Dan Taman Indah Yang Diisi Dengan Air Mancur Yang Indah.
Pak Richard Menurunkan Tubuhnya Dari Mobil Mewahnya Dan Berlalu Kearah Depan Pintu Mansion Untuk Masuk.
Pak Richard Disambut Oleh 4 Orang Maid Didalamnya.
"Buatkan Saya Segelas Teh". Setelah Berucap, Pak Richard Langsung Berlalu Menuju Kamarnya.
Pak Richard Melepas Jas Yang Melekat Ditubuhnya, Lalu Melonggarkan Dasi Dari Lehernya.
Setelah Itu, Pak Richard Beranjak Kekamar Mandi, Lalu Membersihkan Tubuhnya.
20 Menit Kemudian Pak Richard Keluar Dari Kamar Mandi.Terpampang Jelas Otot -Ototnya Sedangkan Bagian Bawahnya Terlilit Sebuah Handuk.
Pak Richard Berjalan Menuju Lemari Pakaian Kemudian Memilih Baju Kaos Berwarna Putih Beserta Celana Jeans Panjang Berwarna Hitam.
Tak Berselang Berapa Menit, Pintu Kamar Pak Richard Diketuk. Lalu Pak Richard Beranjak Membukanya Ternyata Seorang Maid Datang Mengantarkan Segelas Teh.
Setelah Menaruh Teh Tersebut, Maid Itu Berlalu Meninggalkan Pak Richard.
Secara Perlahan-Lahan Pak Richard Menyesap Teh Tersebut, Sambil Memandangi Langit Saat Malam Hari.
Ting.
"Selamat Malam Richard, Apa Kau Punya Waktu Senggang?".
"Kalau Iya, Ayo Kita Bertemu Di Club Malam Langganan Kita".Setelah Pesan Terkirim William Langsung Mengambil Kunci Mobilnya Lalu Berangkat.
Setelah Membaca Pesan Yang Dikirim Oleh William, Richard Langsung Mengiyakan Ajakan Yang Ditawarkan Oleh Sahabatnya.
Kemudian Richard Membalas Pesan Tersebut.
"Baik, Aku Akan Segera Berangkat", Setelah Mengirim Pesannya, Richard Mengambil Sebuah Jaket Levisnya, Lalu Memakainya.
Richard Menuruni Tangganya Dengan Tergesah-Gesah.
"Mau Kemana?". Tanya Seorang Maid Kepada Richard.
"Saya Akan Keluar Sebentar, Kalian Boleh Makan Terlebih Dahulu, Saya Masih Ada Urusan".
Setelah Berucap, Richard Langsung Melesat Menuju Garasinya Kemudian Mengidupkan Mobil Mewahnya Lalu Pergi Ketempat Tujuan.
20 Menit Menempuh Perjalanan, Akhirnya Richard Tiba Dengan Selamat Didepan Club Malam Tersebut.
Setelah Memarkirkan Mobilnya, Ricbard Beranjak Keluar, Lalu Masuk Kedalam Club Tersebut.
Suasana Club Yang Sedang Ramai, Ditambah Lagi Dengan Suara Bising Yang Cukup Mengganggu Ditelinga, Namun Richard Memilih Mengabaikan Hal Itu.
Richard Mulai Menyedarkan Pandangannya, Mencari William. Dari Meja Bertender, Richard Melihat Seseorang Yang Sedang Menunggunya.
"Maafkan Aku Yang Datang Terlambat" Ucap Richard Penuh Sesal.
"Tak Apa- Apa, Lagi Pula Aku Baru Tiba Juga".
Ucap William Terkekeh Pelan.
"Duduklah"Ucap William Sopan Sambil Memberi Tempat Kosong Untuk Disebelah Tempat Duduknya.
"Terima Kasih".Ucap Richard Setelah Mendaratkan Bokongnya Dikursi.
Sambil Menunggu Menunggu Minuman Mereka Yang Sedang Diracik, Sesekali William Dan Richard Bertukar Lelucon, Lalu Diakhiri Dengan Kekehan Kecil.
Menyesap Perlahan-Lahan Minuman Yang Sangat Pahit Jika Sudah Masuk Kedalam Tenggorokan,Lampu Hias Yang Menyala Didalam Ruang.
Ditambah Lagi, Dengan Wanita Penghibur Yang Siap Mengobrak-Abrik Pikiran Para Lelaki, Jika Saja Richard Telah Berhenti Dari Masa Lalunya.
"Wajahmu Terlihat Sedikit Lelah".
"Are You Okey Man?".Tanya William Sambil Memegang Pundak Richard.
"Baik, Namun Beberapa Hari Ini, Tubuhku Sedikit Lelah Dengan Pekerjaan Yang Terus Menumpuk".
Setelah Itu Mereka Berdua Melanjutkan Acara Minum Mereka, Sesekali William Menanyakan Kekasih Dari Richard".
"Apa Kau Sudah Memilki Seorang Kekasih?".
"Bagaimana Dengan Gadis Yang Pernah Kutemui Direstoran Saat Kau, Memperkenalkan Dirinya Sebagai Karyawanmu, Kau Berhutang Penjelasan Padaku".
"Ahh...Itu Karyawanku"
"Ya Hanya Karyawan"Ucap Richard Agak Ragu, Namun Iya Memilih Melanjutkan Minumannya Ditangan.
"Kau Yakin Hanya Seorang Karyawan?". Tanya William Ingin Memastikan Sekali Lagi Jawaban Yang Keluar Dari Mulut Richard.
"Hm...Memangnya Apa Yang Kau Pikirkan?". Kini Richard Balik Bertanya.
"Uhmm, Kupikir Kau Menyukainya".Ucap William Agak Kikuk, Sebab Iya Rasa Telah Menuduh Richard Dengan Pertanyaan Konyolnya.
"Maaf...Kita Ganti Topik Yang Lain". Kini William Mencoba Mengalihkan Obrolan Mereka.
"Hey Dude...Tak Usah Minta Maaf Padaku, Memangnya Apa Salahmu Hm?".Santai Saja.
"Bagaimana Dengan Kabar Kekasihmu?".
"Ahh..Kekasihku?".
"Mau Kuceritakan Sesuatu Tentang Kekasihku, Aku Tak Memaksa Jika Kau Tak Keberatan Mungkin Aku Bersedia Menceritakan Sekarang".
Sebenarnya Ini Bukan Obrolan Yang Menarik,Karena William Sendiri Adalah Seorang Introvert Jadi William Tak Pandai Mencari Obralan Yang Menarik.
"Hm...Jika Kau Tak Keberatan, Aku Siap Dengar". Setelah Itu William Mulai Menceritakan Kisah Cintanya, Bagaimana Iya Bisa Bertemu Dan Menjalin Hubungan Dengan Kekasihnya.
Sungguh William Merasa Beruntung Dengan Sosok Kekasihnya Olivia, Sebab Iya Selalu Memberi Perhatian Kepada William Maupun Kedua Orangtuanya.
"Apa Kau Tau Richard?".
"Jika Aku Demam Dia Selalu Panik, Menangis Disamping Ranjang Sambil Mengelus Wajahku".
"Oh Dia Begitu Menggemaskan Sekali". Ucap William Sambil Terkekeh Pelan, Alhasil Richard Mengingat Momentnya Bersama Clara.
"Yaa...Clara. Seketika Dipikirannya Kini Terlintas Nama Wanita Yang Sering Menganggu Pikirannya Beberapa Bulan Terakhir.
Richard Menggeleng Kepalanya Pelan, Mengumpulkan Kembali Kesadaran. Sembari Mendengar Lanjutan Cerita Dari William Sahabatnya.
Raut Bahagia William Tunjukan Selalu Saat Menceritakan, Bagaiman Kekasihnya Olivia Begitu Malu Jika William Sesekali Menggodanya.
Tapi Iya Senang, Saat Melihat Wajah Olivia Memerah.
Tak Lupa Juga William Menceritakan Bahwa, Olivia Sangat Pandai Memasak Didapur, Membuat Kue Dan Juga Pandai Menjaga Perasaan Orangtuanya.
"Pokoknya, Perilaku Yang Olivia Tunjukan Kepada Orangtua William, Sangat Baik". Sehingga William Bisa Merasakan Bagaimana Ketulisan Cinta Dari Olivia.
William Menceritakan Bagaimana Ayah William Pak Edward Yang Masuk Kerumah Sakit, Dan Juga Olivia Yang Menolak Untuk Beristirahat, Saat Menjaga Pak Edward Dirumah Sakit.
Bukan Hanya Terharu, Tapi William Benar- Benar Merasa Beruntung Mendapatkan Seorang Kekasih Seperti Olivia.
"Benar-Benar Tipe Istri Idaman".Ucap Richard Yang Sudah Setengah Mabuk.
"Iya Kau Benar".
"Bagaimana Jika Kita Akhiri Acara Minum Kita Hari Ini, Sungguh Sepertinya Aku Sudah Mabuk". Tanya William Dan Diangguki Oleh Richard.
"Yaa...Kurasa Kepalaku Sedikit Pusing, Kita Akhiri Saja". Setelah Berucap Richard Langsung Menyodorkan Blackcardnya Kemudian Menunggu.
Bunyi Musik Bergema Diseluruh Ruangan, Yang Bercahaya Begitu Meriahnya.
Para Wanita Dan Pria Bergabung Menari Dilantai Dasar Menikmati Hiburan Didunia Yang Gemerlap Itu.
Suara Dentingan Cangkir Sali ng Bersahutan Tak Mau Kalah.
Dari Depan Meja Bar, Terlihat Beberapa Orang Pria Yang Tengah Menegak Alkohol Digelas Mereka.
Setelah Menerima Blackcardnya, Richard Dan William Langsung Melesat Pergi Dari Ruqngan Tersebut.
Sesampai Diparkiran, Richard Mengambil Ponselnya, Lalu Mendial Panggilan Kepada Nomor Clara.
Beberapa Menit Kemudian, Panggilan Teleponnya Dijawab Oleh Ibu Clara Dari Seberang.
William Dan Richard Sudah Ditunggu Oleh Sopir Pribadi Mereka Masing-Masing.
Jadi William Pamit Terlebih Dahulu, Lalu Setelah Richard Menjawab Panggilan Tersebut Richard Langsung Masuk Kedalam Mobil.
Setelah Tiba Dimansion Richard. Clara Sudah Berdiri Menunggu Didepan Pintu Rumah Atasan Killernya.
Karena Pak Richard Yang Keluar Dari Mobil Dengan Tubuh Yang Sudah Oleng, Clara Langsung Berinsiatif Membantu Memapah Tubuh Atasannya.
Clara Dan Beberapa Maid Membantu Memapah Tubuh Pak Richard Kedalam Kamar Pak Richard Dengan Selamat.
Setelah Itu Para Maid Pamit Meninggalkan Clara Didalam Kamar Pak Richard.
"Brak..".
Karena Kelelahan Memapah Tubuh Raksasa Atasan Killernya, Pada Akhirnya Tubuh Mereka Berdua Ambruk Ditempat Tidur Dengan Posisi Pak Richard Menindih Tubuh Clara Dibawahnya.
"Pak Kau Berat!"Ucap Clara Sambil Mendorong Tubuh Atasannya.
"Um...Clara....Clara," Racau Pak Richard.
Clara Masih Berusaha Untuk Menggeser Tubuh Pak Richard Dengan Sekuat Tenaga, Bukannya Menggeser Badannya, Pak Richard Malah Lebih Mengeratkan Tindihannya Pada Tubuh Clara Yanga Ada Dibawahnya.
Alhasil Ibu Clara Pasrah Dan Mulai Memposisikan Tubuhnya Dengan Nyaman Untuk Tidur.
Sedangkan Atasan Killernta Sudah, Menghempaskan Badan Berototnya Itu, Ketempat Tidur Kingsize Miliknya Dan Berlalu Menutup Matanya Untuk Memulai Hari Yang Baru.