"Pertemuan Yang Tak Disengajakan, Setidaknya Membuat Suasana Antara Ayah Putranya Menjadi Akward".
Leonardo Ingin Pergi Meninggalkan Ruangan, Saat Rapat Sedang Berlangsung.
Untung Saja, Pak Richard Yang Notabennya, Sudah Mengenal kliennya Ini, Memilih Mengakhiri Rapat Secepat Mungkin.
Obrolan Mereka Memang Seputar Pada Inti Proyek Yang Mereka Bahas, Sebab Pak Leonardo Bersama Sekertaris Dari Kliennya, Jauh Sebelumnya, Mereka Telah Bertukar Proposal Antara Kedua Perusahaan.
Jadi Jauh Lebih Efisien Menghemat Waktu, Untuk Mengambil Keputusan Kerjasama.
Dengan Senang Hati Pak Wildan Menerima Kesepakatan Antara Perusahaannya Bersama Perusahaan Pak Richard.
" Bagaimana, Apakah Bapak Menerima Tawaran Kerjasama Ini?". Tanya Pak Richard Kepada Pak Wildan.
" Ya Dengan Senang Hati". Setelah Pak Wildan Berucap, Pak Richard Langsung Menyodorkan Tangannya, Kepada Pak Wildan Dan Tanda Mereka Bersalaman.
Akhirnya Acara Meeting, Bersama Klien Selesai.
Pak Leonardo Masih Setia Menunggu Atasannya Berbicara Dengan Kliennya.
Meski Pak Leonardo Sudah Mengenal Kliennya, Namun Iya Tampak Tak Nyaman Dengan Keadaannya Disana.
Berulangkali Pak Leonardo Bersikap Profesional, Agar Urusan Mereka Cepat Selesai.
" Mari Kuantar Keluar". Ucap Pak Richard Dengan Nada Bicara Yang Sopan, Usai Mengobrol.
"Baik". Ucap Pak Wildan Beranjak Pergi Meninggalkan Ruang Meeting Bersama Pak Richard Dan Sekertarisnya.
Sedangkan Pak Wildan Masih Merapikan Ruang Rapat.
Jam Rolex Yang Dipakai Pak Richard Menunjukkan Pukul 12.25.
Pak Wildan, Berinisiatif Menganak Pak Richard Bersama Sekertarisnya, Ah!, Tepatnya Putra Kandungnya.
" Bagaimana Jika Kita Makan Siang Bersama?".
" Kupikir, Ini Adalah Ide Yang Menyenangkan. Hitung-Hitung, Kita Sedang Melakukan Pendekatan Antara Kedua Perusahan".
Tawar Pak Wildan Pada Pak Richard.
" Bimbang".
Ingin Menolak, Tapi Pak Richard Masih Tak Enak Hati, Dengan Pak Wildan. Memang Benar, Pak Richard Bahkan Tak Mengenal Pak Wildan Secara Langsung.
Tetapi Pak Richard Hampir, Mengetahui Seluruh Informasi Yang Penting Tentang Pak Wilfan Yang Sekarang, Putranya Sedang Menjadi Sekertaris Pribadinya.
" Bagaimana?".Tanya Pak Wildan Sekali Lagi Membuyarkan Lamunan Pak Pak Richard.
" Baiklah". Setelah Menerima Tawaran Tersebut, Tak Berselang Beberapa Menit Kemudian, Pak Leonardo Keluar Dari Ruang Rapat.
Saat Melirik Ayahnya Yang Masih Betah Bicara Dengan Atasannya, Iya Ingin Meninggalkan Mereka.
Andai Saja, Ayahnya Tak Memanggil Namanya, Mungkin Saja Iya Tak Akan Berhadapan Sekarang Dengannya.
Tiba Ditempat Parkiran, Pak Wildan Dan Sekertarisnya, Langsung Masuk Kedalam Mobil.
Tapi Pak Richard Hanya Keluar Dari Kantor Sendiri, Sebab Pak Leonardo Menolak Keras Ajakan Ayahnya.
Berulang Kali Pak Richard Menjelaskan, Bahwa Mereka Hanya Makan Siang Bersama. Sekedar Merayakan Kerjasama Antara Kedua Perusahaan Mereka.
" Maaf, Jika Kalian Menunggu Saya Terlalu Lama". Ucap Pak Richard Merasa Tak Enak Hati, Setelah Iya Berhasil Menyusul Pak Wildan Ditempat Parkiran.
Seolah Tau Dengan Isi Pikiran Pak Wildan, Pak Richard Langsung Saja Memberi Penjelasan Kepada Pak Wildan.
" Sekertaris Saya, Ah! Maksud Saya Pk Leonardo. Iya Baru Memberi Saya Info, Bahwa Iya Masih Mempunyai Beberapa Pekerjaan Yang Belum Eelesai Dikerjakan.
"Jadi, Iya Tak Bisa Ikut Bersama Dengan Kita".
"Mewakili Sekertaris Saya, Saya Minta Maaf Sebesar- Besarnya".
Usai Mendengar Penjelasan Pak Richard, Seketika Wajah Pak Wildan Menjadi Sendu.
Tak Ingin Membuat Kecewa Lagi Pada Pak Wildan, Pak Richard Segera Mengajak Pak Wildan Pergi Meninggalkan Area Kantornya.
Pak Richard Segera Masuk Kedalam Mobil, Menghidupkan Mesin, Tak Lupa Memakai Seatbelt, Lalu Berangkat Dengan Kecepatan Sedang.
20 Menit Waktu Yang Dibutuhkan, Untuk Sampai Didepan Restoran. Mereka Bertiga Masuk Bersama Kedalam Restoran, Lalu Segera Mencari Kursi.
Tak Lama Kemudian Waiters Datang, Membawa Buku Menu.
Mereka Bertiga Telah Memesan Makanan.
Masih Menunggu, Seeekali Mereka Bertiga Mengobrol Santai Dengan Pembahasan Yang Random.
Pesanan Makanpun Tiba.
" Terima Kasih" Ucap Serentak Mereka Bertiga, Setelah Waiters Selesai Menaruh Piring Diatas Meja.
"Rupanya, Makanan Ini Sangat Lezat, Ayo Silahkan Dinikmati". Setelah Berucap, Mereka Bertiga Mulai Mencicipi Makanan Mereka, Dalam Diam.
Tak Ada Obrolan Yang Dibicarakan, Hanya Bunyi Sendok Dan Piring Yang Bersautan.
Sekitar 20 Menit, Akhirnya Mereka Bertiga Selesai Makan Siang.
Kini Mereka Mulai Berbincang Kembali.
Pak Wildan Tampak Semangat, Menanggapi Obrolan Dari Pak Richard.
Sesekali, Pak Wildan Ingin Menanyakan Cerita Singkat Tentang Pak Leonardo, tetapi Sepertinya, Pak Richard Berusaha Menghindari Topik Obrolan YangbIya Anggap Agak Sensitif.
Tak Bisa Dipungkiri Bahwa, Pak Richard Memang Berusaha Untuk Tak ikut Terlibat Dengan Urusan Pribadi Pak Wildan.
Memang Benar, Pak Richard Sudah Menganggap Pak Leonardo Sebagai Seorang Kakak. Usia Mereka Berdua Hanya Selisih 2 Tahun.
Pak Richard Berusia 26 Tahun Dan Pak Leonardo Berusia 28 Tahun, Meskipun Pak Richard Adalah Atasan.
Tapi Bukan Berarti, Pak Richard Bebas Berbicara Tentang Privasi Orang. Apalagi, Orang Yang Dibahas, Tidak Ikut Bersama Mereka.
Jelas Hal Itu Terlihat Tak Sopan.
" Maaf Soal Obrolan Kita Yang Lalu, Saya Lancang Sekali Ingin Mengetahui Sedikit Cerita Dari Sekertarismu" Ucap Pak Wildan.
Seakan Mengetahui Pembahasan Mereka Akan Semakin Panjang, Maka Pak Richard Segera Mengubah Topik Obrolan Mereka.
" Kudengar, Rupanya Pak Wildan Mempunyai Seorang Anak Perempuan?".
" Namanya Siapa?".
" Umurnya Berapa?". Tanya Pak Richard.
Wah...Saya Jadi Rindu, Dengan Putri Saya Sekarang.
" Namanya Christin". Ucap Pak Wildan, Sambil Tersenyum.
" Usianya Kini 21 Tahun". Rahel, Kini Tumbuh Menjadi Gadis Yang Sudah Dewasa.
" Christin". Tanya Pak Richard Sekali Lagi.
" Iya Christin, Dia Adalah Seorang Gadis Yang Sangat Cantik Sekarang. Tapi Sayangnya, Dia Sedikit Manja Dan Suka Merajuk Jika Saya Bersama Istri Saya Tak Menuruti Kemauannya".
Tapi Sekarang Christin Sementara Kuliah, Jadi Iya Tak Bisa Berlibur.
Jujur Saat Saya Bercerita Kepada Christin Dan Istri Saya, Mengenai Kontrak Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Kita.
" Mereka Sangat Antusias". Kata Ini Yang Vukup Menjelaskan, Bahwa Keluarga Pak Wildan Juga Mendukung Proyek Tersebut.
" Bagaimana, Jika Sesekali Kuajak Pak Richard, Untuk Dinner Bersama Keluarga Saya".
" Kebetulan Sekali, Istri Dan Anak Saya Ingin Sekali Bertemu Dengan Pak Richard". Tawar Pak Wildan.
" Untuk Saat Ini, Saya Tak Bisa Janji, Sebab Saya Masih Sibuk". Tapi Jika Saya Punya Waktu Luang, Pasti Saya Akan Beri Kabar.
" Sekali Lagi, Terima Kasih Atas Jamuan Makan Siangnya". Ucap Pk Richard Dengan Senyum Tulus.
"Kurasa, Saya Telah Menyita Waktu Luangmu, Bagaiman Jika Kita Akhiri Pertemuan Kita.
Selesai Membayar Makanan Mereka, Pak Wildan Bersama Sekertarisnya Dan Pak Richard Langsung Pergi Meninggalkan Area Restoran.
Pak Wildan Bersama Sekertarisnya Kembali Kehotel, Sedangkan Pak Richard Kembali Kekantornya.
Jarum Jam Menunjukkan Pukul 13.45. Kurang 25 Menit Tepat Jam 2 Siang.
Pak Richard Masjk Kedalam Lift, Lalu Menekan Angka 16. Setelah Beberapa Detik Kemudian, Pintu Lift Terbuka.
Pak Richard Keluar Dari Lift, Lalu Berjalan Menuju Ruangannya.
" Selamat Siang". Sapa Pak Leonardo, Saat Pak Richard Masuk Kedalam Ruangan.
" Siang" Jawab Pak Richard.
" Bagaimana Dengan Jadwalku Selanjutnya?". Tanya Pak Richard Setelah Mendaratkan Bokongnya Disofa, Lalu Pak Richard Sedikit Melonggarkan Dasinya.
Sedangkan Pak Leonardo, Masih Sibuk Memeriksa Jadwal Yang Sudah Iya Susun Pada Tab Yang Iya Pegang.
" Untuk Saat Ini, Tak Ada Acara Apapun, Hanya Saja, Masih Ada Beberapa Dokumen Yang Belum Ditandatangani, Beserta Beberapa Laporan Dari Yang Belum Sempat Diperiksa Hari Ini".
" Baiklah".
" Bagaimana Dengan Keadaanmu?".
" Kuharap Kamu Tak Salah Paham, Dengan Ajakan Ayahmu Tadi!".
Sebenarnya Aku Bisa Saja Menolak, Tapi Kembali Lagi, Karena Aku Harus Bersikap Profesional.
Maka, Aku Menerima Tawaran Mereka.
Sekali Lagi Aku Minta Maaf, Jika Sikapku Tadi Mungkin Membuatmu Tidaknyaman.
" Saya Baik-Baik Saja, Tapi Ya Begitulah!". Namanya Manusia, Pasti Ada Saja Rasa Kecewa.
Tapi Kembali Lagi, Aku Harus Mengendalikan Perasaanku.
Untuk Saat Ini, Urusan Kantor Saya Tetap Harus Fokus, Karena Saya Digaji. Jadi Apapun Alasannya Itu, Saya Harus Tetap Profesional.
" Kalau Begitu Saya Permisi Dulu". Pamit Pak Leonardo.