Karena Satu Pesan Yang Berhasil Dikirim Oleh Pak Richard Sore Itu Kepada Ibu Clara, Akhirnya Ibu Clara Menjadi Diam Membeku Ditempat.
Tak Ingin Terlihat Khawatir Dan Curiga Oleh Sahabatnya, Sekarang Ibu Clara Memilih Pamit Terlebih Dahulu, Sementara Ibu Emily Dengan Senyumnya Mengiyakan.
5 Menit Ibu Clara Berjalan Menuju Halte Menunggu Bus. Ibu Clara Masih Tak Menyangka, Bagai Tertampar Kenyataan, Ibu Clara Memilih Menghembuskan Nafas Pelan.
Sekiranya Dengan Cara Ini, Iya Bisa Menjadi Tenang. Buspun Sampai Ditempat Pemberhentian.
Ibu Clara Memilih Masuk Kedalam Bus Tersebut, Lalu Langsung Mendaratkan Bokongnya Dikursi.
Jalan Raya Mulai Padat,Mungkin Efek Dari Orang-Orang Yang Baru Pulang Kerja.
Masih Menunggu Dengan Sabar, Sesekali Ibu Clara Memilih Melihat Ponselnya. 15 Menit Menempuh Perjalanan, Akhirnya Ibu Clara Tiba Diapartemennya.
Berjalan Dengan Keadaan Menunduk, Sesekali Ibu Clara Memperbaiki Posisi Tasnya Yang Mungkin Sedikit Mengganggu.
Masih Menunduk Hingga Ibu Clara Tak Sadar, Bahwa Iya Telah Menabrak Punggung Seseorang.
"Aww!" Ringis Ibu Clara Karena Dahinya Sakit.
Dengan Perlahan- Lahan Ibu Clara Mengangkat Kepalanya Keatas.
Seketika Kedua Bola Matanya Terbelalak, Ternyata Orang Yang Ditabrak Adalah Atasan Killernya Sendiri.
" Bagaimana Ini? " Rutuk Ibu Clara.
" Apa Kau Selalu Berjalan Dengan Posisi Menunduk Jika Pulang Dari Kantor?".Tanya Pak Richard Agak Kesal.
Masih Mencerna Perkataan Dari Pak Richard, Diam- Diam Ibu Clara Menunduk Lelah. Tak Ingin Berdebat Sebab Iya Baru Pulang Bekerja.
" Maafkan Saya Pak". Ucap Ibu Clara Menunduk Dalam.
Ibu Clara Langsung Berjalan Menuju Pintunya, Lagi Iya Terlihat Terkejut, Sebab Didepan Pintunya Sudah Tersusun 3 Paperbag Besar Yang Iya Belum Tau Isinya.
Dengan Cekatan Ibu Clara Menekan 6 Digit Angka, Dengan Otomatis Pintu Langsung Terbuka.
" Silahkan Masuk". Ucap Ibu Clara Masih Takut, Bahkan Iya Mengucapkan Dengan Menunduk.
" Gemas Dengan Wajah Takut Dari Ibu Clara, Pak Richard Kembali Menampilkan Wajah Datarnya".
Pak Richard Masuk Membawa 2 Paperbagnya Ditangan. Karena Ada 3 Paperbag, Pak Richard Memilih Sopirnya Yang Mengantar Kesini.
Jangan Pikir Bahwa Iya Adalah Seorang Atasan Jadi Iya Tak Akan Melakukan Hal Kecil.
Tapi Tak Disangka, Bahwa Pak Richard Ternyata Ikut Membantu Sopirnya Membawa Paperbag Tersebut.
Kini Ibu Clara Juga Membantu Membawa Paperbagnya Kedalam Apartemennya. Pak Richard Meletakkan Paperbagnya Dimeja Dapur.
"Aku Letakkan Disini" Tanya Pak Richard Ingin Mendapatkan Persetujuan Dari Ibu Clara Dan Akhirnya Ibu Clara Hanya Menganggukkan Kepalanya.
" Iya... Sebentar Biar Kubantu". Dengan Gerakan Cepat, Ibu Clara Menyimpan Paperbag Tersebut Lalu Mengambil Paperbag Tersebut Dari Tangannya.
"Selesai" Ucap Pak Richard Setelah Dibantu.
"Silahkan Duduk Pak, Akan Saya Siapkan Minum Untuk Bapak".
Pak Richard Hanya Menganggukkan Kepalanya, Tanda Setuju. Sekitar 2 Menit, Ibu Clara Selesai Menyeduh Teh Kedalam Cangkir.
Iya Langsung Menaruh Cangkir Diatas Nampan, Lalu Menaruh Diatas Meja.
" Silahkan Dinikmati Pak".
" Terima Kasih" Ucap Pak Richard, Setelah Ibu Clara MeletKkan Cangkir Diatas Meja.
Ibu Clara Hanya Menampilkan Cengiran Pada Wajahnya.
Sesekali Pak Richard Melirik Ibu Clara, Yang Sibuk Dengan Ponselnya.
" Ck!". Tiba-Tiba Saja Pak Richard Merasa Kesal Dengan Kelakuan Karyawannya.
"Apa Istimewanya Ponselmu, Hingga Kau Mengabaikan Aku Yang Duduk Disini". Kini Pak Richard Mulai Bersuara.
Ibu Clara Mendongakkan Kepalanya, Kini Tatapannya Menjadi Sedikit Takut. Iya Masih Memikirkan Apa Yang Salah Jika Iya Bermain Ponsel.
Lagipula, Iya Bahkan Tak Meminjam Ponsel Atasannya. Lalu Apa Yang Salah Dengan nya Saat Ini.
"Maafkan Saya Pak" Ucap Ibu Clara Terlihat Gugup.
Masih Tak Ada Jawaban Yang Diberikan Oleh Pak Richard, Diam-Diam Ibu Clara Ingin Beranjak Tapi Iya Langsung Mendapat Tatapan Tajam Dari Atasannya.
" Maaf Jika Saya Tidak Sopan, Tapi Bisakah Saya Beranjak Dulu Untuk Mengganti Pakaian?" Tanya Ibu Clara Meminta Persetujuan.
Karena Masih Kesal Dengan Sikap Acuh Dari Ibu Clara, Pak Richard Hanya Mengangguk Malas Mengiyakan Permintaan Ibu Clara.
Setelah Mendapat Ijin, Ibu Clara Langsung Melesat Menuju Kamar Dengan Tergesa- Gesa.
Sedangkan Pak Richard Memilih Fokus Dengan Ponselnya.
Gemericik Air Dikamar Mandi Menandakan Bahwa Ibu Clara Sedang Membasuh Tubuhnya. 15 Menit Ibu Clara Menyelesaikan Ritual Mandinya.
Pintu Kamar Mandi Terbuka, Menampilkan Ibu Clara Sudah Berpakaian Santai. Setelah Dirasanya Rambutnya Cukup Kering, Akhirnya Ibu Clara Melepaskan Handuk Dari Kepalanya.
Ibu Clara Langsung Beranjak Keluar Dari Kamarnya, Matanya Sedikit Terbelalak Saat Melihat Posisi Duduk Atasan Killernya Yang Sudah Berubah Menjadi Berbaring.
" Maaf Menunggu Lama". Ucap Ibu Clara.
" Hmm.Tak Apa- Apa". Jawab Pak Richard.
"Sebentar Saya Masak Dulu" Ucap Ibu Clara Yang Bersiap-Siap Memasak.
"Tak Perlu, Lagipula Aku Sudah Menyiapkan Makanan Didapur".
" Ayo Kita Makan". Ajak Pak Richard Lalu Memperbaiki Posisi Duduknya Kemudian Beranjak Kedapur.
Ibu Clara Masih Bingung Dengan Ajakan Dari Atasannya.
" Ta....tapi Saya Belum Masak". Ucap Ibu Clara.
" Sudahlah Ayo Kita Makan".
Saat Mereka Sudah Tiba Didapur, Ibu Clara Lagi- Lagi Terkejut, Matanya Dengan Sibuk Berpencar Mencari 3 Paperbag Yang Tadi Iya Letakkan Dimeja.
Seolah Mengerti Dengan Pikiran Ibu Clara, Pak Richard Langsung Menjelaskan.
" Apa Kau Mencari Sesuatu?". Tanya Pak Richard Sambil Menikmati Wajah Karyawannya, Yang Mana, Menurutnya Sangat Gemas Sekarang.
" Paperbagnya" Tunjuk Ibu Clara Sambil Mencari Paperbag Tersebut.
" Apakah Ada Maling?."
" Mengapa Paperbagnya Hilang Sekita, Perasaan Tadi Saya Letakkan Dimeja Ini Mengapa Tak Ada?". Tanya Ibu Clara Seolah Meminta Penjelasan.
" Haha, Tak Ada Maling".
" Lalu". Tanya Ibu Clara Polos.
" Duduklah, Biar Kujelaskan".
Paperbag Yang Kubawa Tadi, Semuanya Berisi Makanan. Aku Sengaja Menyuruh Bibi, Untuk Memasak Lebih Banyak Sebab Aku Ingin Kita Makan Bersama.
" Jadi..?".
" Jadi, Apa Maksudmu Jadi?". Pak Richard Balik Bertanya.
Saat Kamu Mengganti Pakaian, Saya Memilih Menyusun Makanan Yang Saya Bawa.
" Makanan Itu Saya Yang Siapkan". Ucap Pak Richard Menunjuk Makanan Lezat Yang Iya Siapkan.
" Ya Ampun....Mengapa Makanannya Sangat Banyak?". Ucap Ibu Clara Pelan Tapi Masih Didengar Oleh Atasan Killernya.
" Ayo Kita Makan, Aku Sudah Sangat Lapar". Ajak Pak Richard, Sambil Mengelus Perut Bidangnya.
" Apa Kau Tak Suka Dengan Makanannya?".
" Mengapa Berdiri Saja".
" Ayo Kita Makan".
Dengan Perlahan- Lahan Ibu Clara Langsung Menarik Sebuah Kursi, Lalu Mendaratkan Bokongnya Dengan Sempurna.
" Maaf, Sepertinya Aku Terlalu Menyukai Makanannya".
" Ayo Kita Makan" Ajak Ibu Clara Kali Dengan Semangat.
Pak Richard Terkekeh Gemas Dengan Kelakuan Karyawannya.
Mereka Berdua Makan Dengan Tenang, Hanya Terdengar Dentingan Sendok Dan Piring Yang Bersahutan.
" Makan Juga Daging Sapinya" Tawar Pak Richard Lalu Meletakkan Beberapa Potong Daging Sapi Diatas Piring.
" Mau Sayur?". Tanya Pak Richard Lagi.
Ibu Clara Menggeleng Pelan, Tandanya Cukup.
" Sepertinya Saya Sudah Kenyang".
" Yasudah, Ayo Lanjutkan Makannya".
" Bapak Juga Harus Makan Yang Banyak". Ucap Clara, Lalu Ikut Meletakkan Beberapa Potong Daging Sapi Serta Sayuran Diatas Piring Pak Richard.
" Huh... Sepertinya Perutku Akan Pecah, Jika Kau Terus Menambahkan Banyak Lauk Kedalam Piringku". Rengek Pak Richard Yang Sudah Menyerah.
" Eits, Kali Ini Saya Tidak Menerima Penolakan!" Ucap Ibu Clara Tak Ingin Dibantah.
" Baiklah". Ucap Pak Richard Dengan Pasrah.
" Tunggu Dulu". Ucap Pak Richard, Saat Ibu Clara Akan Memasukkan Makanan Kedalam Mulutnya.
" Sepertinya, Malam Ini Aku Akan Menyinap".
"Mengapa". Tanya Ibu Clara Menuntut Alasan.
" Aku Merindukanmu, Maka Dari Itu, Tolong Ijinkan Aku Untuk Menginap Disini". Ucap Pak Richard Sambil Tersenyum.
"Jangan Ditanya Lagi, Apa Kabar Sekarang Dengan Jantung Ibu Clara".
" Sepertinya Memang Benar, Iya Harus Segera Memeriksa Jantungnya Yang Sedang Beemasalah Kedokter".