Chereads / MY COOL BOSS / Chapter 34 - Pak Leonardo Sedih

Chapter 34 - Pak Leonardo Sedih

"Entah Untuk Alasan Apa, Tapi Satu Hal Menyangkut Emosi Setiap Orang Tentu Berbeda".

Setelah Kedatangan Kedatangan Kevin, Sepupu Dari Pak Leonardo, Lantas Mengobrak-Abrik Seluruh Pikirannya.

" Jika Ditanya, Apakah Pak Leonardo Bekerja Dengan Baik Saat Ini?".

" Jawabannya, Tentu Tidak. Sebab, Pak Leonardo Tak Sengaja Mendengar Percakapan Antara Ibunya Bersama Kevin Sepupunya".

Rasanya Ingin Segera Meluapkan Kekesalannya. Namun Pada Siapa, Iya Harus Marah.

Bahkan, Lidahnya Kelu. Kakinya Seakan Tak Sanggup Melangkah, Hanya Untuk Berpindah Beberapa Langkah Kedepan.

Hatinya Begitu Teriris Mendengar Kenyataan Yang Sebenarnya.

Tak Ingin Mendengar Lebih Jauh, Apa Yang Sedang Dibicarakan. Pak Leonardo Memilih Kembali Kekantor.

Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Kembali Kekantor Sekitar 20 Menit.

Tiba Dikantor, Pak Leonardo Memarkirkan Mobilnya Diparkiran. Lalu Pak Leonardo Keluar Dari Mobilnya.

Beberapa Menit Setelah Pak Leonardo Sampai Diruangannya, Iya Segera Bertemu Dengan Pak Richard.

"Sudah Selesai Urusannya?". Tanya Pak Richard Kepada Pak Leonardo, Namun Iya Masih Fokus Didepan Layar Komputer.

" Sudah Pak". Ucap Pak Leonardo Dengan Nafas Sedikit Mendesah..

"Apa Kamu Baik- Baik Saja?".

" Jika Lelah, Istirahatlah. Jangan Dipaksakan". Tanya Pak Richard Sebab Iya Khawatir.

Perlu Diketahui Bahwa, Dari Awal Pak Richard Sudah Menanggap Pak Leonardo Sebagai Kakaknya.

Biasanya, Pak Leonatdo Tak Pernah Mengaitkan Masalah Pribadi, Dengan Urusan Kantor.

"Mau Kubuatkan Sesuatu Untukmu" Tawar Pak Richard Sambil Memegang Pundak Pak Leonardo.

Tanpa Menunggu Respon Balik Dari Pak Leonardo, Pak Richard Beranjak Keluar Menuju Pantry. Lalu Membuatkan Secangkir Teh Untuk Pak Leonardo.

Tiba Diruangannya, Pak Richard Masih Melihat Posisi Duduk Pak Leonardo Yang Belum Berubah.

Tepatnya, Pak Leonardo Hanya Menunduk Dalam Diam Tak Sepatah Katapun Keluar Dari Mulutnya, Sewaktu Pak Richard Sedang Bicara Dengannya.

" Minumlah" Ucap Pak Richard Setelah Menyimpan Gelas Cangkir Itu Diatas Meja.

Setelah Itu, Pak Richard Meninggalkan Ruangannya. Iya Membiarkan Sekertarisnya Duduk Santai Sambil Menennangkan Pikiran.

" Sepertinya, Aku Harus Kembali Kemansion".

Sampai Diparkiran, Pak Richard Mengambil Kunci Mobil Disaku Celannya, Lalu Mulai Menghidupkan Mesin Pada Mobilnya, Kemudian Melajukan Mobilnya Dengan Kecepatan Sedang.

20 Menit Pak Richard, Gunakan Untuk Berkendara Menuju Mansionnya. Saat Pak Richard Hendak Memarkirkan Mobilnya, Ponselnya Berbunyi.

Pak Richard Segera Mengambil Ponsel Didashboard Mobil, Lalu Segera Memeriksa Notifikasinya.

Ternyata Pak Richard Mendapat Pesan Masuk Dari Sepupunya Vincent.

" Selamat Sore Kak Richard".

"Kak Richard, Ibuku Ingin Bertemu Dengan Karyawan Yang Pernah Kakak Ajak Kepesta Yang Diadakan Oleh Om Hendrik".

Setelah Membaca Pesan yang Dikirim Oleh Vincent, Pak Richard Keluar Dari Mobilnya Tanpa Membalas Pesan Yang Dikirim Oleh Sepupunya.

Pak Richard Melangkah Masuk Kedalam Mansionnya, Lalu Mendaratkan Bokongnya Disofa Dengan Sempurna.

Sedikit Memijit Pelipisnya, Pak Richard Masih Duduk Dalam Diam Memikirkan Pesan Yang Dikirim Oleh Sepupunya.

Kembali Mengambil Ponselnya, Pak Richard Membuka Aplikasi Pesan, Lalu Membaca Ulang Pesan Yang Dikirim Oleh Vincent.

" Bagaimana Ini?".

" Apa Yang Harus Aku Lakukan?".

"Arghh..", Sedikit Mendesah Sambil Menarik Rambutnya, Pak Richard Memilih Pasrah.

Tak Ingin Berperang Dengan Pikirannya, Pak Richard Memilih Beranjak Dari Sofa, Lalu Masuk Kedalam Kamar.

Sementara Suasana Dikantor Saat Ini, Pak Leonardo Yang Masih Diam Sambil Menenangkan Pikirannya.

Sedangkan Ibu Clara Masih Tetap Fokus Pada Pekerjaannya.

Ting.

Ibu Clara Mengambil Ponselnya, Lalu Memeriksa Pesan Tersebut.

To: Clara

Untuk Kali Ini, Tolong Maafkan Saya.

Sebenarnya, Saya Juga Bingung, Harus Menjelaskan Dari Mana.

Tapi intinya, " Bisakah Kamu Membantu Saya?".

From: Pak Richard

Reaksi Clara Setelah Membaca Pesan Yang Dikirim Atasan Killernya, Yaitu Frustasi.

"Ya... Clara Kini Mengusap Wajahnya Dengan kasar, Iya Hanya Bingung, Mau Memberi Jawaban Seperti Apa Kepada Atasannya".

" Apalagi Ini!... Mengapa, Orang Ini Suka Sekali Menambah Beban Buat Saya".

Sepertinya, Aku Harus Meminta Pendapat Dari Pak Leonardo.

Muda-Mudahan Pak Leonardo Bisa Memberi Solusi. Ibu Clara Memilih Mengabaikan Pesannya, Lalu Beranjak Mengambil Segelas Air Putih, Kemudian Meneguknya Hingga Tandas.

" Lega". Satu Kata Yang Berhasil Keluar Dari Bibir Ibu Clara.

Ibu Clara Meletakkan Kembali Gelasnya, Lalu Mendaratkan Bokongnya Dikursi.

MasihbEementara Fokus Dengan Pekerjaannya, Ponsel Ibu Clara Bergetar. Kali Ini, Atasan Killernyalah Yang Menghubunginya.

" Halo Clara".

" Tolong Beritahu Pak Leonardo, Untuk Menyiapkan Materi Presentasi Untuk Metting Besok".

Saya Sudah Menghubunginya, Beberapa Kali Namun Ponselnya Tak Aktif.

" Bisakah Kamu Membantuku, Menyampaikan Info Ini?".

" Sekali Lagi, Tolong Maafkan Saya".

"Ah...Dan Satu Lagi, Tolong Periksa Keadaan Pak Leonardo". Kurasa Dia Masih Dalam Keadaan Yang Buruk, Sungguh Saya Sangat Khawatir".

Setelah Menerima Panggilan Dari Atasan Killernya, Ibu Clara Melirik Jam Tangannya, Jarum Jam Menunjukkan Pukul 15.40.

Ibu Clara Mematikan Komputernya, Lalu Beranjak Dari Kursinya.

Pintu Ruangan Ibu Clara Sudah Tertutup Rapat.

Ibu Bergegas Pergi Keruangan Pak Leonardo.

Setelah Ketukan Ketiga, Pak Leonardo Membukakan Pintu Ruangannya.

" Silahkan Masuk". Persilahkan Pak Leonardo.

" Duduklah".

Sebenarnya Ibu Clara Agak Ragu, Untuk Menanyakan Apa Yang Terjadi Pada Pak Leonardo.

Tapi Karena Rasa Penasaran Yang Begitu Tinggi, Akhirnya Ibu Clara Berani Bertanya.

" Maaf Pak, Saya Datang Kesini Sebab, Saya Mendapat Panggilan Dari Pak Richard, Katanya Pak Leonardo Harus Menyiapkan Materi Presentasi Untuk Metting Besok".

"Beberapa Kali Pak Richard Mencoba Menghubungi Pak Leonardo, Tapi Sepertinya Ponsel Pak Leonardo Sedang Mati". Jelas Ibu Clara.

Pak Leonardo Sedikit Terkejut, Saat Mendapat Penjelasan Dari Ibu Clara. Iya Segera Mengambil Ponselnya, Dari Saku Celana.

Lalu Menghidupkan Ponselnya, Dan Ternyata, Sekitar 6 Panggilan Dan 4 Pesan Dari Pak Richard Yang belum Dijawab.

Pak Leonardo Mengusap Wajahnya Dengan Kasar, Dan Hal Itu Tak Luput Dari Pantauan Ibu Clara.

" Ada Apa?".

" Apakah terjadi Sesuatu Padamu?".

" Jika Iya, Ceritakan Kepadaku. Siapa Tau Saya Bisa Memberi Solusi Untukmu".

Saya Tak Memaksa, Saya Harap Pak Leonardo Bisa Berbagi Cerita Dengan Saya. Ibu Clara Masih Menunggu Respon Dari Pak Leonardo.

Kini Tak Ada Satu Kata Yang Keluar Dari Mulut Pak Leonardo. Hanya Isak Tangis Yang Mengerogoti Hatinya.

Emosi Yang Tak Mampu Dibendung Lagi Oleh Pak Leonardo, Nyatanya Membawa Dampak Buruk Untuk Pikirannya Saat Ini.

Ibu Clara Mengerti Apa Yang Dirasakan Saat Ini, Oleh Pak Leonardo. Iya Beranjak Mendekati Pak Leonardo, Lalu Mengusap Pundaknya Dengan sabar.

Berharap Cara Itu, Dapat Membantu Melegakkan Pikirannya.

" Menangislah, Setidaknya Dengan Menangis, Dapat Membantumu Meluapkan Segalanya". Setelah Berucap Ibu Clara Kembali Diam.

Namun, Seperti Tersentuh Dengan Ucapan Ibu Clara, Pak Leonardo Mencoba Menceritakan Masalah Pribadi Yang Kini Sedang Menganggu Pikirannya.

" Orang Itu" Ucap Pak Leonardo Saat Ini Diikuti Dengan Suara Lirih.

Ibu Clara Masih Diam Menyimak Apa Yang Dibicarakan Oleh Pak Leonardo.

" Orang Itu, Bagaimana Bisa, Iya Berani Menanyakan Aku Bersama Ibuku".

" Aku Benar- Benar Membencinya, Setelah Apa Yang Iya Lakukan Kepada Aku Bersama Ibuku.

Saat Ibuku Sedang Berjuang Mempertahankan Keluarga Kami, Yang Hampir Hancur.

" Orang Itu, Dia Benar- Benar Pergi Meninggalkan Aku Bersama Ibuku".

" Sungguh Miris Nasib Ibuku".

" Dia Sosok Ayah Yang Sangat Kejam, Saat Iya Pergi, Iya Banyak Menyusahkan Ibuku".

Uang Hasil Hutang Yang Iya Pinjam. Barag- Barang Penting YangbIya Gadaikan Untuk Sekedar Berfoyah- Foyah Di Club Malam.

Membuat Ibuku Harus Bekerja Keras, Untuk Membayar Ganti Rugi, Setelah Mereka Berdua Resmi Bercerai.

Saat Usiaku 9 Tahun, Ayahku Resmi Bercerai Dengan Ibuku, Iya Bahkan Menjual Seluruh Harta Dari Ibuku Lalu Pergi Meninggalkan Ibuku.

Saat Usiaku 11 Tahun, Kudengar Ayahku Telah Mendirikan Sebuah Perusahaan Baru.

Bahkan Ayahku Sudah Resmi Memiki Istri Yang baru, Dan Juga Mereka Telah Mempunyai Seorang Putri.

Aku Begitu Kecewa Dengan Perilaku Ayahku, Kupikir Ayahku Tak Akan Serius Jika Meninggalkan Aku Bersama Ibuku, Tapj Ternyata, Keluarga Mereka Sangat Bahagia.

Aku Sedih, Saat Ibuku Menangis Dalam Diam Dikamarnya. Aku Sering Bertanya, Apa Yang Membuat Ibuku Sampai Bersedih.

Namun Ibuku Adalah Sosok Wanita Yang tegar, Iya Sangat Pandai Menyembunyikan Segala Macam Perasaannya.

" Aku Sakit hati, Jika Melhat Ibuku Menangis".

"Aku Merasa Bersalah, Sebab Belum Bisa Melindungi Ibuku Saat Itu".

Andai Saja Waktu itu Ayahku Tak Memilki Sikap Egois, Mungkin Sekarang Rasa Benciku Tak Bertambah.

Tapi Ternyata Aku Salah, Semakin Aku Mencoba Melupakan Masalaluku, Semakin Membuat Hatiku Teriris.

Lagi Saat Berucap Seperti Ini, Aku Tak Sanggup Menanggung Semuanya.

Akhirnya, Pertahanku Runtuh. Sekuat Tenaga Aku Mencoba Menahan Airmataku Namun Apa daya.

Air Mataku Kini Meluncur Bebas, Kepermukaan Wajahku.

Ibu Clara Yang Menyaksikan Langsung Kesedihan Pak Leonardo Merasa Panik, Sempat Kewalahan Menenangkan Pak Leonardo.

Namun Perlahan, Iya Mulai Memberi Kata Penennag Bagi pak Leonardo. Sekiranya Cara Itu Dapat Membantu Pak Leonardo Agar Tenang.

" Dan Ya.... Rupanya Cara Itu Berhasil, Perlahan- Lahan Kesedihan Pak Leonardo Mulai Reda".