Iya Richard Alexander. Yang Sedang Sibuk Dengan Berkas Yang Harus Iya Periksa Dan Tanda Tangani. Iya Baru Saja Sampai Dari Meeting Bersama Seorang Klien.
Pintu Ruang Kerja Pak Richard Terbuka. Menampilkan Sahabat Sekaligus Mantan Dari Pacarnya.
Kini William Dipersilahkan Masuk Oleh Richard.
"Halo Richard, Apa Kabar?".Ucap William Sambil Memeluk Pak Richard.
"Kabarku Baik, Ayo Kemari Silahkan Duduk".Ucap Pak Richard Melepaskan Pelukkan Lalu Mempersilahkan William Sahabatnya Untuk Duduk.
"Terima Kasih Richard, Bantuanmu Sangat Berguna".
"Saya Masih Tak Menyangka, 2 Tahun Yang Lalu Jika Saya Menolak Tawarannya Mungkin Perusahaanku Diambang Kritis Sekarang".
Sudahlah William, Tak Perlu Berterima Kasih, Kau Taukan Kita Disini Sama- Sama Saling Menguntungkan.
Tak Berselang Beberapa Menit Kemudian Pak Leonardo Datang Membawa 2 Gelas Teh.
"Ayo Diminum"Ajak Pak Richard Kemudian Menyeruput Teh Didalam Cangkirnya.
"Bagaimana Dengan Keadaan Orangtuamu, Maaf Beberapa Bulan Ini Aku Tak Berkunjung Lagi Kerumah Kalian".Tanya Pak.Richard Dengan Wajab Sendu.
Tak Bisa Dipungkiri Bahwa Keluarga William Sangat Menyayangi Pak Richard, Bahkan Sampai Sekarang, Itulah Kenapa Richard Merasa Sedih.
"Ayah Dan Ibu Dalam Keadaan Sehat". Hanya Saja Ibu Terkadang Masih Merasa Sedih Sendiri Didalam Kamar Jika Mengingat Jennie.
Jangan Ditanya Bagaiman Perasaan Pak Richard Saat Ini, Sebab Pak Richard Merasa Bersalah, Kejadian 2 Tahun lalu Kembali Muncul Dalam Pikirannya.
"Baiklah, Sampaikan Pesanku Pada Ayah Dan Ibu, Jika Aku Punya Waktu Luang Akan Kuusahakan Untuk Berkunjung Kerumah Kalian".
Setelah Menghabiskan Waktu Dengan Bercerita Mengenai Keadaan Keluarganya, William Bersama Richard Membahas Tentang Kerjasama Perusahaan Mereka Yang Akan Direncanakan 1 Bulan Kedepan.
Kurasa Ini Sudah Hampir 2 Jam Kita Bahas, Jika Masih Ada Hal Yang Perlu Kau Tanyakan William, Aku Akan Menyuruh Sekertarisku Untuk Membantumu.
"Terima Kasih Richard, Kuharap Kerjasama Kita Berhasil".
"Ayo Semangat"Ucap William Sambil Mengangkat Kedua Tangan Diatas".
"Bagaimana Kalau Kita Sekalian Makan Siang Bersama". Tawar Richard.
"Ide Yang Bagus.Ayo".Setelah Itu Richard Bersama William Pergi Untuk Makan Siang Disalah Satu Restoran Terdekat.
sedangkan Emely Sahabat Clara, Datang Keruang Clara Dengan Wajah Yang Pucat.
"Hai Clara, Apa Yang Kaulakukan?".
"Apa Kau Berniat Melupakan Acara Makan Siang?"Tanya Emily Sambil Menoel Pipih Clara.
"Entalah".
"Hei, Jawaban Macam Apa Itu?".
"Kau Mengabaikan Aku"Ucap Emely Merengek Manja.
"Duduklah, Aku Akan Menyelesaikan Pekerjaan Ini Dalam Waktu 5 Menit". Setelah Itu Kita Bisa Makan Siang Berdua Dikantin.
Suasana Menjadi Hening, Tak Seperti Biasa, Setiap Kali Berkunjung Pastinya Emely Akan Mengajak Clara Untuk Berdebat Namun Kali Ini Iya Hanya Diam Saja.
Merasa Ada Yang Tak Beres Clara, Mengajukan Satu Pertanyaan.
"Mukamu Pucat Emely".
"Apa Kamu Sakit?". Tanya Clara Memastikan Keadaan Sahabatnya.
"Ah...itu...Beberapa Hari Terakhir, Aku Sangat Sibuk Bekerja Hingga Tak Istirahat, Ditambah Lagi Aku Sedang Datang Bulan Jadi Wajahku Pucat Sekali". Jelas Emily.
"Apa Perlu Kuantar Kedokter, Atau Setidaknya Kau Harus Beristirahat, Hari Ini Wajahmu Sangat Pucat".
"Sebentar Kumatikan PCnya".
"Ayo, Kita Kerumah Sakit".
"Clara Aku Tak Mau, Bagaiman kalau Kau Membelikan Kita Makanan Direstoran Yang Pernah Kita Kunjungi Berdua".
"Jangan Khawatir, Aku Yang Akan Bayar, Please!". Aku Ingin Sekali Makan Dari Restoran Itu. Ucap Emely Sambil Memohon Dan Berhasil Karena Clara Menyetujui Permintaan Emely.
"Ini Uangnya"Ucap Emely Sambil Menyodorkan Beberapa Lembar Uang Kertas.
"Baiklah Kamu Tetap Tunggu Disini, Akan Kubelikan Makannya" Ucap Clara Kemudian Melesat Pergi.
Richard Dan William Telah Tiba Direstoran Sekitar 20 Menit, Mereka Bahkan Telah Menghabiskan Setengah Makanannya Dalam Piring.
Obrolan Mereka Berdua Terus Berlanjut.
"Bagaimana Dengan Kekasihmu William?".
"Olivia, Itu Nama Kekasih Dari William".
"Olivia Sehat, Dia Pandai Memasak, Cucoklah Buat Dijadikan Seorang Istri". Ucap William Dengan Tawa Kecil.
"Kalian Sudah Tinggal Bersama?".Tanya Richard.
"Belum, Tapi Aku Berencana Akan Melamar Dia Secepatnya".
"Baiklah Kutunggu Kabar Gembiranya".Ucap Richard Sambil Terkekeh.
Tak Berselang Lama, Pintu Restoran Terbuka. Terlihat Seorang Pelayan Yang Tengah Mengobrol Bersama Seorang Wanita.
"Selamat Datang Direstoran Kami".
"Apa Yang Ingin Anda Pesan?"Tanya Pelayan Tersebut.
"Saya Pesan Rice Chikken Pedas 2 Porsi, Sama Buble Tea 2".
"Silahkan Ditunggu Pesannya, Saya Akan Bungkus".
Clara Mengedarkan Pandangannya, Untuk Mencari Kursi Kosong, Semua Kursi Didalam Sudah Penuh, Kecuali Satu Kursi Yang Berada Didekat Pojok Kanan Jendela.
Clara Berlari Kecil Menuju Kursi Tersebut, Tapi Seketika Senyumnya Luntur Saat Melihat Atasan Killernya Juga Disitu.
Clara Berniat Memutar Kembali Tubuhnya Sebelumnya Pak Richard Melihat Wajah Clara.
Namun, Seoertinya Dewi Fortuna Mengijinkan Keberuntungan Untuk Pak Richard.
"Ibu Clara". Panggil Pak Richard.
"Huh....Bagaimana Ini?, Aku Harus Apa?".
Kini Clara Dibuat Bingung Sendiri, Apa Iya Clara Harus Meninggalkan Pesanannya.
"Andai Saja Pesannya Cepat, Mungkin Aku Tak Terjebak Dengan Atasan Killer Ini".
Clara Yang Masih Sibuk Berperang Dengan Pikirannya Kini, Dikejutkan Oleh Pak Richard Yang Menepuk Bahunya Pelan.
"Ibu Clara"Panggil Pak Richard Dengan Nada Lembut, Namun Clara Terlonjak Kaget.
"A...aaaa Iya Pak"Jawab Ibu Clara Gagap.
"Kamu Juga Makan Siang Disini?"Tanya Pak Richard.
"Tidak Pak Saya Hanya Memesan, Oh Sepertinya Makan Saya Sudah Selesai Dibungkus Kalau Begitu Saya Pamit".
Clara Langsung Pamit Meninggalkan Pak Richard, Sedangkan Pak Richard Diam-Diam Mengikuti Clara Dari Belakang.
Selesai Membayar Clara Langsung Beranjak Pergi, Namun Tangannya Dicegat Oleh Seseorang.
Clara Yang Sudah Habis Kesabarannya, Hampir Saja Melepaskan Amarahnya, Namun Setelah Melihat Tangan Orang Tersebut, Nyali Clara Langsung Menciut.
"A....aaaapa Yang Bapak Lakukan?" Lagi Tanya Clara Dengan Gagap.
Tanpa Menjawab, Pak Richard Langsung Membawa Clara Ketempat Duduknya.
Suasana Begitu Canggung Saat Clara Sudah Duduk Ditempat.
William Yang Melihat Perlakuan Richard Terhadap Gadis Yang Duduk Didepannya, Hanya Bertanya Dalam Hati.
"Perkenalkan Namanya Ibu Clara Daddario".
Iya Karyawan Dikantorku.
Tanpa Sungkan William Langsung Menyodorkan Tangannya.
"William Smith"
"Clara Daddario".Ucap Clara Disertai Senyuman Kecil.
Richard Kurasa Aku Harus Pergi, Karena Aku Masih Punya Urusan Dikantor.
Kalau Begitu Aku Pamit.
"Ibu Clara Senang Berkenalan Denganmu".Ucap William Kemudian Meninggalkan Ibu Clara Bersama Pak Richard.
"Pak Richard, Saya Harus Pergi".
"Ayo Bersama".
"Tidak Pak Saya Masih Ada Urusan" Ucap Clara Tegas.
"Kalau Begitu Saya Antar" Kali Ini Kuharap Tak Ada Penolakan.Karena Tak Ingin Berdebat Clara Langsung Mengujinkan Pak Richard Ikut.
"Kita Mau Kemana"Tanya Pam Richard.
"Ke Apotik".
Pak Richard Mebyalakan Mesin Pada Mobil Kemudian Berangkat.
Tiba Diapotik, Ibu Clara Membeli Obat Pereda Nyeri Haid, Sesudah Itu Ibu Clara Langsung Kembali Kedalam Mobil Pak Richard.
Tiba Dikantor.
"Terima Kasih Pak Atas Bantuannya Kalau Begitu Saya Duluan".
"Tunggu Saya Ikut".
"Siapa Yang Sakit".Tanya Pak Richard.
" Sahabat Saya Pak".
Setelah Tiba Didalam Ruangan Clara, Pak Richard Masih Setia Ikut Dari Belakang.
"Hei, Kau Kemana Saja?".
"Aku Hampir Mati Karena Menunggumu Disini".
Wajar Kalau Emily Marah, Kini Wajahnya Benar-Benar Pucat.
"Maafkan Aku." Ucap Clara Dengan Kepala Menunduk.
"Huh...Makanlah Sendiri, Sepertinya Selera Makanku Telah Hilang".Ucap Emily Dengan Nada Ketus.
"Apa Yang Kau Lakukan Setidaknya Kau Harus Memaafkan Ibu Clara, Apa Kau Tau, Iya Ingin Pulang Tapi Aku Yang Menahannya Direstoran Seberang".
Dan Asal Kau, Ibu Clara Juga Masih Membeli Obat Untuk Sahabatnya, Jadi Maaf Kalau Iya Datang Terlambat.
Lebih Baik, Kau Makan, Karena Wajahmu Pucat Sekali.
Mata Emily Hampir Menggelinding Keluar Sebab Kini Atasannya Yang Sedang Menceramahi Dia.
"Ibu Clara, Cepat Antarkan Obat Kau Beli Tadi, Katanya Sahabatmu Sakit".
"Ah Baik Pak"Jawab Clara Kikuk.
"Siapa Sahabatmu?"Tanya Pak Richard Saat Clara Sedang Beranjak Memberi Plastik Obat Kepada Emily.
Tiba-Tiba Otak Pintar Pak Richard Bekerja.
Iya Paham Karena Sahabat Ibu Clara Adalah Emily.
Yasudah Silahkan Nikmati Makan Siangnya, Aku Harus Kembali Keruanganku.
"Kau, Namamu?".Ucap Pak Richard Sambil Menunjuk Ibu Emely.
"Emely..... Pak".
Setelah Makan Siang, Kau Boleh Pulang Untuk Istirahat, Dan Satu Lagi.
"Jangan Marah Clara Lagi, Karena Aku Tak Suka". Kemudian Pak Richard Beranjak Keluar.
Jangan Tanya Keadaan Diruangan Clara Setelah Pak Richard Mengucap Kalimatnya Barusan, Karena Clara Dan Emily Menjadi Bingung.