"Apa kau tidak tahu apa yang aku inginkan? Aku ingin kau bekerja denganku, jika kau setuju, aku akan memaafkanmu. Bagaimana?" tanya Saga sambil tersenyum.
Ketika Stella mendengar ini, dia mengerti bahwa Saga hanya ingin bermain-main dengannya.
"Tidak akan! Saya bekerja di Antares Corp, dan saya tidak akan mengkhianati Pak Satria..." ujar Stella dengan yakin.
Saga memandang Stella lekat-lekat. Dirinya seolah-olah mengenali wanita di depannya itu, seperti pernah melihatnya di suatu tempat, tetapi dia tidak dapat mengingatnya lagi.
Dia kemudian menyipitkan kedua matanya dan menatap Stella dengan pandangan penuh penekanan, lalu berkata, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Ketika Stella mendengar pertanyaan itu, dia melotot, dan secara langsung berkata, "Saya belum pernah bertemu dengan Anda, Pak Saga, kecuali di restoran tadi. Juga, Saya tidak akan menerima tawaran itu, jadi tolong jangan ganggu saya lagi."
Dia memang membenci Saga dan berusaha keras melupakan mantan suaminya itu, walaupun Saga belum menandatangani surat perceraiannya. Baginya, pria itu sudah menjadi mantan suaminya.
Dirinya juga tidak ingin kembali jatuh dalam pesona pria yang pernah dia cintai itu. Juga, jika Stella memberitahu Saga bahwa sebenarnya dia adalah mantan istrinya, dia khawatir Saga akan berbuat lebih kejam padanya dari wanita barusan.
Oleh karena itu, Stella tidak memberitahu Saga bahwa dia adalah mantan istrinya.
"Benarkah? Sebaiknya kau tidak berbohong padaku, kalau tidak ..." ujar Saga, kemudian terkekeh pelan, lalu menatap Stella dengan penuh minat, dan berkata, "Awalnya, aku hanya ingin menggunakanmu untuk menyerang musuhku, Satria. Itu hanya karena aku tidak ingin kehilangan harga diriku di depannya, kemudian saat kau menolak tawaranku, aku tiba-tiba menjadi tertarik padamu. Kau adalah wanita pertama yang berani menolakku, tetapi itu tidak masalah. Aku selalu mendapatkan apa yang kumau! "
Saya dapat melihat bahwa wanita kecil di depannya benar-benar meremehkannya, tidak seperti wanita lain yang hanya tidak ingin menolak dirinya, bahkan menerima dengan baik tawarannya..
Tsk ... Ini menarik, batin Saga karena dia tidak percaya, dia tidak bisa menaklukkan seorang wanita kali ini.
Stella yang mendengarkan pengakuan pria itu tidak bisa berkata-kata karena semua berbanding terbalik dari sebelumnya dimana dia dulu sangat tertarik dengan Saga, tapi sekarang pria itu tertarik pada dirinya dan menurutnya ini benar-benar konyol.
Saat merasakan deru napas Saga di wajahnya, Stella hanya merasa gugup tidak nyaman karena wajah mereka yang terlalu dekat satu sama lain juga masing-masing dari mereka telah menandatangani surat perceraian dan urusan mereka sudah selesai.
"Lepaskan ..." Stella segera mengangkat salah satu kakinya dengan cepat, dan saat akan menendang selangkangan Saga, pria itu dengan cepat mundur dan menghindar dari tendangannya, kemudian melepaskan kedua tangan Stella.
Stella yang melihat ada kesempatan, langsung berlari, kabur dari situ, dan kembali masuk ke dalam restoran.
Sedangkan, Satria yang sedari tadi mencari Stella, menjadi lega saat melihat wanita itu yang baru saja memasuki restoran dengan agak terburu-buru. Dia kemudian segera berjalan ke arahnya.
"Ada apa? Kenapa terburu-buru begitu?" tanya Satria saat sudah berada di depan Stella yang agak ngos-ngosan.
"Tidak apa-apa, kok, Kak. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman di sini" ujar Stella berbohong. Dia tidak ingin menyebutkan apa yang baru saja dia alami di depan parkiran dan siapa yang ditemui di sana.
Lagipula, Saga juga tidak mengenalnya tadi. Jadi, dia tidak perlu bersikap berlebihan dan memberitahu Satria kejadian yang barusan, dan bisa gawat jika bosnya tahu Saga adalah mantan suaminya.
"Baiklah, kalau begitu kita pulang saja" kata Satria.
Stella mengangguk, dan keduanya berjalan bersama menuju pintu keluar restoran.
Setelah keluar dari hotel, kemudian masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Satria mendapat telepon dari seseorang yang membuat pria itu langsung berkata kepada sopirnya untuk diantarkan segera ke kantor.
Saat mereka tiba di kantor, Satria membuka pintu mobil untuk Stella, dan berkata "Kau tidak keberatan bekerja lembur hari ini denganku?"
"Tidak apa-apa." Stella langsung tertawa dan berkata dengan agak bercanda, "Asalkan aku digaji untuk bekerja lembur …. "
"Tidak masalah!" ujar Satria, lalu tertawa.
Saat sudah berada di ruangannya, Satria segera mengeluarkan proposal bisnis dari perusahaan lain karena berencana untuk melakukan beberapa perubahan.
Sedangkan, Stella setelah membuat kopi untuk bosnya, dia lalu meletakkan secangkir kopi di meja Satria sambil berkata, "Kak Satria, diminum kopinya."
Satria tidak menjawab, tetapi fokus melihat proposal yang ada di tangannya. Stella yang penasaran juga melirik proposal itu, kemudian bertanya, "Kak Satria, bukankah semua dokumen mengenai rapat tender sudah lengkap? Kenapa ... "
"Aku hanya khawatir … " kata Satria, kemudian menghela nafasnya.
"Apa itu karena seseorang yang baru saja kau temui tadi … ?" Stella bertanya.
Satria yang mengetahui siapa maksud Stella, menjawab, "Ya, Saga Maheswara, Direktur Utama Maheswara Corp"
"Apa dia sehebat itu?" ujar Stella.
"Ya, dia adalah orang yang sangat kaya. Dia menjadi Direktur Utama Maheswara Corp di usianya yang masih dua puluh tahun. Hanya dalam lima tahun, Maheswara Corp menjadi salah satu perusahaan besar dan sukses dari lima puluh perusahaan besar lain di dunia, dan meningkatkan nilai pasarnya sebesar 200%. Dia adalah seorang ahli bisnis, dan hampir tidak ada yang bisa menyaingi dia di Kota Jakarta ini. Juga, Antares Corp telah melawannya beberapa kali sebelumnya, tapi kalah telak" puji Satria pada Saga, kemudian melanjutkan, "Di Kota Jakarta ini, dia adalah raja bisnis."
"Apa dia memang sehebat itu?" Stella bergumam pada dirinya sendiri.
Dia sebenarnya juga tahu bahwa Saga memiliki kekuasaan, tetapi dia tidak tahu jika kekuasaan Saga lebih besar daripada yang dia duga sebelumnya. Stella tiba-tiba sedikit merasa aneh karena setelah menikah selama tiga tahun lamanya, saat mendengar ucapan Satria, dia merasa tidak mengenal mantan suaminya sendiri.
Sedangkan, Satria yang melihat ekspresi aneh di wajah Stella, tiba-tiba berkata, "Stella, sebagai senior dan bosmu, aku harus mengingatkanmu, jangan terlalu memikirkan tentang Saga. Dia itu kejam dan suka melakukan sesuatu semaunya. Saga bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Mantan sekretarisku, yang terpesona oleh Saga, memilih bekerja di Maheswara Corp, meninggalkan Antares Corp. Ternyata, Saga hanya memanfaatkannya saja. Aku hanya tidak ingin kau mengulangi kesalahan yang sama, yang dilakukan oleh sekretaris lamaku. "
Setelah mendengarkan kata-kata Satria, Stella menyadari bahwa dia telah salah paham dengan pujian Satria pada Saga barusan. Bahkan, bosnya itu seperti mengkhawatirkannya.
Dia tersenyum dan dengan cepat berkata pada Satria, "Kak Satria. Jangan khawatir. Aku tidak akan terpengaruh olehnya dan akan tetap setia kepada Antares Corp!"
Ya. Kini, Stella sudah sadar, jika dirinya dan Saga tidak akan pernah bisa bersatu. Bahkan, mereka dia juga sudah mengajukan gugatan cerai pada Saga.
Terlebih lagi, apa yang yang dia alami di restoran tadi, menurutnya Saga benar-benar pria yang menakutkan.
Sedangkan, ketika Satria melihat bahwa Stella masih mau mendengarkan nasehatnya, dia lega dan berkata sambil tersenyum pada sekretarisnya itu, "Aku pikir Saga sudah paham dengan keputusanmu hari ini dan kau juga harus berhati-hati, Stella. Sekretaris yang sebelumnya membocorkan rahasia perusahaan, hingga Antares Corp mengalami kerugian besar. Jadi, keputusanmu juga pada Saga akan berpengaruh terhadap perusahaan.Stella, bisakah aku mempercayaimu? "
"Kak Satria, aku ... " Stella menggigit bawah bibirnya, ragu harus memberitahu tentang hubungannya dengan Saga kepada Satria atau tidak.
Mengingat ketakutan Satria terhadap Saga sekarang, jika bosnya mengetahui hubungan antara dia dan Saga, apakah Satria masih tetap memeprcainya?
Stella sangat menyukai perusahaan dan pekerjaannya saat ini, dan tidak ingin kehilangan pekerjaanya. Namun, saat memikirkan Saga yang tidak mengenalinya tadi, Stella sudah yakin dengan keputusannya.
"Kak Satria, jangan khawatir. Aku tidak akan pernah mengkhianati perusahaan" ujar Stella meyakinkan Satria.
"Oke, aku percaya padamu." Satria mengangguk dan tersenyum padanya.
Kemudian, mereka melanjutkan pekerjaan, hingga pagi hari.
Saat Stella akan pulang, begitu keluar dari gedung kantornya, dia dapat mendengar bunyi klakson di belakangnya, kemudian mobil berhenti di sebelahnya.
Stella menoleh ke samping dan melihat orang di dalam mobil, lalu dia terkejut saat melihat sosok yang dikenalnya.
A-ayah Saga! batinnya terkejut.
Ternyata orang di dalam mobil itu adalah Frans Maheswara, ayah Saga, yang merupakan mantan mertuanya.
Pria itu kemudian turun dari mobilnya dan berdiri di sebelahnya.
"Dera" panggilnya.
Saat mendengar itu, dia tersenyum.
Ayah dan ibunya bercerai ketika dia masih sangat muda. Sejak itu, keberadaan ayahnya tidak diketahui, dan namanya telah berubah dari Stella Pratama menjadi Stella Derandra. Hanya ada sedikit orang kecuali yang dekat dengannya, memanggilnya "Dera".
Nama Stella Pratama juga pemberian ayahnya, jadi dia tidak pernah melupakannya dan ayah Saga adalah orang yang memperlakukannya dengan baik, bahkan dia memperlakukannya seperti putri kandungnya sendiri. Lebih baik, daripada perlakuan Saga terhadapnya.
"Ayah, kenapa kau ada di sini?" Stella bertanya dengan heran.
"Saya baru saja dari Villa di pinggir kota dan membawakanmu banyak buah dan sayuran yang kau sukai. Tadi saat aku ke rumahmu untuk memberikannya langsung, tapi kau tidak ada di sana. Baru kemudian aku tahu kau bekerja untuk perusahaan ini, jadi aku di sini mencarimu" kata pria itu.
"Terima kasih, Ayah…" Stella berkata dengan pelan saat dirinya masih memanggil pria itu dengan sebutan "ayah".
Dia berpikir jika mulai sekarang, dirinya tidak pantas memanggil pria itu "ayah", sebab mereka sudah tidak ada hubungan antara menantu dan mertua lagi.
"Dera, apa kau masih punya cukup uang? Aku akan meminta Heri untuk mengirim uang nanti" ujarnya, kemudian melanjutkan, "Aku lihat kau semakin kurus saja. Apa Saga mengurusmu dengan baik, hingga kau bekerja seperti ini? Kau bisa mengatakannya padaku dan aku akan menegur anak itu. "