Stella tidak tahu jika Ayah Saga berbohong padanya untuk tidak marah kepada Saga.
Saat ini, dia sibuk dengan persiapan untuk acara lelang dengan Satria karena hari ini merupakan hari acara lelang diadakan.
Satria membawa Stella ke salah satu salon terkenal di kota untuk dirias.
"Penawaran yang diadakan malam ini sangat besar. Semua direktur perusahaan terkenal akan hadir malam ini, dan akan diliput banyak media, jadi kau harus berdandan sedikit."
"Iya, Kak" Stella mengangguk, tanpa komentar karena semuanya terserah dengan bosnya.
Setelah sekitar satu jam, Stella akhirnya selesai dirias, kemudian berganti pakaian, lalu keluar dari ruang ganti untuk menemui bosnya.
Satria mendongakkan kepalanya dan menatap Stella yang berdiri di depannya. Dia awalnya terkejut, kemudian menatap lama ke arah Stella.
"Kak Satria ..." panggil Stella yang membuatnya kembali sadar dari rasa terpesonanya.
"Ah ... K-karena kau sudah selesai, ayo pergi." Satria yang menyadari kegugupannya, dia segera bangkit berdiri, dan berjalan ke arah pintu keluar salon, tapi matanya masih tidak bisa menahan untuk tidak melihat ke arah Stella yang berjalan di sebelahnya.
Namun, wanita itu tidak menyadarinya.
Setelah beberapa saat, keduanya tiba di hotel dengan sangat cepat.
Mereka dapat melihat beberapa mobil mewah yang terparkir di luar hotel dan ramai dengan orang-orang yang berjalan masuk ke hotel, padahal dia dan Satria belum terlambat.
Mereka segera bergegas, dan begitu Stella masuk ke ruang lelang, dia melihat sosok tampan Saga yang mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya terlihat berwibawa dan mempesona yang berdiri tidak tahu darinya dan Satria.
Stella yang melihat itu, sedikit terpesona padanya.
Sedangkan, Saga yang merasa ditatap oleh seseorang, menoleh dan melihat ke arah Stella. Dia menatap Stella dari atas ke bawah dan terpesona dengan penampilan wanita itu.
Stella mengenakan gaun panjang berwarna biru tua, dengan desain yang menonjolkan sosok rampingnya. Penampilannya ini membuat wanita itu terlihat elegan sekaligus mempesona.
Saga kemudian, mengambil segelas wine di meja dan berjalan menuju Stella.
Saat suda berada di depannya, Saga berkata dengan arogan, "Pak Satria, penawaran malam ini mungkin malah akan membuatmu rugi" Meskipun Saga sedang berbicara dengan Satria, matanya tertuju pada tubuh Stella yang berdiri di samping bosnya.
"Benarkah? Hanya setelah kita mendapatkan hasilnya barulah kita akan tahu nanti ..." ujar Satria, lalu berdiri di depan Stella, menghalangi pandangan Saga.
"Kalau begitu mari kita nantikan. Siapa yang akan membuatmu rugi malam ini!" Saga tersenyum setelah mengatakannya, lalu berbalik dan pergi dari situ.
Melihat kepergian Saga, Stella menghela napasnya dan merasa lega.
Meskipun Saga tadi bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun padanya, Stella merasa tatapan aneh pria itu padanya tadi dan membuatnya tidak nyaman.
Satria yang mendengar Stella yang menghela napas, menoleh, dan sedikit menggodanya, "Kau sangat takut padanya, eh?"
"Takut…" Stella mengangguk dan berkata dengan jujur, lalu melanjutkan, "Dia benar-benar licik. Aku benar-benar takut padanya."
Dia kembali mengingat kejadian di depan restoran malam itu dengan Saga dan mulai merinding saat menyadari betapa menakutkannya pria itu.
"Jangan takut. Ada aku!" Satria tersenyum padanya.
Stella yang mendengar itu ikut tersenyum dan merasa lega bahwa Satria akan melindunginya dari Saga.
Satria merupakan Direktur Utama Antares Corp. Meskipun perusahaannya masih jauh bila dibandingkan dengan Maheswara Corp. Orang-orang dari kalangan ingin bekerja sama dengan Satria.
Bosnya itu saat ini sedang berbincang-bincang dengan koleganya dan beberapa kali Stella dibuat tertawa oleh lelucon Satria.
Saat melihat gelas bosnya sudah kosong, Stella segera pergi untuk mengambil gelas yang baru. Tepat ketika dia akan meletakkan gelas kosong di meja, seorang pelayan yang tengan membawa nampan berisi gelas-gelas yang terisi menyuburkannya dan menumpahkan semua winenya ke tubuh Stella.
Sebelum Stella mengatakan sesuatu, pelayan itu mulai menangis dan berkata ketakutan, "N-nona, maafkan saya, maafkan saya. S-saya tidak sengaja ..."
"Tidak apa-apa ..." Stella tersenyum kecil, dia tidak ingin membuat masalah dengan orang lain juga.
Pelayan itu segera berkata kepada Stella dengan penuh rasa terima kasih, "Nona, gaun Anda menjadi basah dan kotor. Saya akan mengantarkan Anda ke toilet untuk membersihkannya."
Stella mengangguk, dan setelah pamit kepada Satria, dia pergi ke toilet bersama pelayan tadi.
Namun, ketika berjalan ke arah toilet, pelayan itu tiba-tiba berhenti dan berkata kepadanya, "Nona, toiletnya ada di sebelah kiri. Uhm karena saya laki-laki, saya tidak bisa menemani Anda."
Stella mengangguk dan segera berjalan ke arah kiri, tempat toilet perempuan berada.
Begitu dia berbelok, sebelum memasuki toilet, dua tangan besar menarik tubuhnya, lalu menekan tubuhnya ke dinding.
"Ah, tolong ..." Stella tercengang dan melotot saat melihat pria yang menekannya ke dinding.
"Pak Saga, apa yang Anda lakukan?" tanyanya.
Sedangkan, Saga melihat Stella dengan penuh minat, kemudian menyeringai, dan berkata, "Akhirnya aku menangkapmu. Kau pikir pria itu akan melindungimu dariku, hah?"
Mendengar itu, jantung Stella tiba-tiba berdetak dengan keras dan menjadi ketakutan saat ini.
Stella berseru, "Anda yang menyuruhnya, kan? Anda yang menyuruh pelayan tadi untuk menabrakku, kan?"
"Ya, aku ingin berbicara denganmu berdua saja tanpa gangguan orang lain" Saga memandang Stella dengan tatapan penuh minat. Baginya Stella terlihat sangat cantik malam ini, juga menggemaskan,
"Dan aku bisa berdua saja denganmu sekarang. Kau benar-benar cantik hari ini!" kata Saga yang suaranya menjadi lebih serak.
Sedangkan, Stella terkejut mendengar pujian pria di depannya itu. Dia berpikir jika Saga tahu bahwa Stella adalah mantan istrinya yang sangat dia benci, pria itu pasti akan sama terkejutnya dan menyesal memuji dirinya.
"Terima kasih atas pujiannya, Pak Galang, tapi tolong biarkan saya pergi. Bagaimanapun, kita juga tidak terlalu akrab untuk berbicara berdua saja seperti ini!" seru Stella kesal.
"Kita akan segera mengenal satu sama lain..." Saga tertawa, kemudian melanjutkan, "Dan aku tidak akan pernah melepaskanmu! "
Stella menjadi sangat marah saat mendengar itu. " Apa sih mau Anda?" ujarnya.
Saga mendekatkan wajahnya dan mengendus leher ramping dan putih Stella, dan merasakan gemetar, lalu tiba-tiba tertawa.
Oh, kau sangat menarik, batinnya.
"Bukankah sudah kubilang? Aku sangat tertarik padamu. Tinggalkan Satria dan menjadi wanitaku. Aku rela memberimu uang, rumah, mobil, apartemen, perhiasan cantik, tas bermerek, termasuk diriku sendiri. Selama kau mau, aku bisa memberikan semua itu padamu" kata Saga dengan ringan yang kembali menatap Stella.
"Maaf, saya tidak tertarik. Anda bisa mencari orang lain!" Stella langsung menolak karena dia dan Saga telah menikah selama tiga tahun dan baginya itu sudah cukup baginya bersama pria itu.
"Kau benar-benar keras kepala rupanya. Tidak ada wanita di dunia ini yang tidak bisa aku taklukkan. Cepat atau lambat kau akan menangis dan memohon untuk menjadi wanitaku" ucap Saga dengan sombong, kemudian menyeringai.
"Saya tid-" Saat Stella akan bicara, Saga sudah mencium bibirnya.
Keterampilan berciuman Saga sangat bagus, mendominasi namun juga menciumnya dengan lembut.
"Uhm ..." erang Stella dalam ciuman mereka. Tubuhnya menjadi lemas dan ada perasaan lain yang aneh saat pria itu menciumnya.
Tidak! Ini tidak baik! Kami sudah bercerai! Aku juga bersumpah tidak akan pernah berhubungan dengan Saga lagi! batin Stella.
Dia segera sadar, dan segera menggigit lidah Saga yang berada dalam mulutnya.
"Kh … " Saga menghentikan ciumannya dan segera melepaskan Stella sambil menatapnya dengan kedua mata menyipit, lalu berujar, "Kau benar-benar keras kepala. Apa aku harus memaksamu?"
Stella menjadi takut. "Tidak, jangan ..." ujarnya sambil menatap Saga dengan ekspresi ketakutan.
Dia percaya dengan ucapan Saga karena pria itu adalah orang yang kejam dan pemarah.
Sedangkan, saat melihat ekspresi ketakutan Stella, Saga tiba-tiba menganggapnya semakin menarik dan memutuskan untuk menggoda wanita itu, "Baiklah, aku akan membiarkanmu saat ini, jika itu maumu ..."
Meskipun Saga bukan orang yang baik, tapi dia tidak akan memaksa seorang wanita
"Apa yang kau inginkan ..." Stella sudah sangat ketakutan dan tidak memikirkan untuk menggunakan kata-kata formal pada Saga lagi.
Kemudian, dia mendengar seseorang yang berjalan ke arah mereka.
"Toiletnya seharusnya di sini ..."
"Seharusnya, aku bertanya pada pelayan tadi ..."
Ketika mendengar seseorang datang, Stella sangat gembira. Saat melihat Saga yang teralihkan perhatiannya ke suara orang itu, Stella segera melepaskan dirinya dari pelukan Saga.
Setelah lepas, Stella menatap pria itu dan berkata, "Saga, kau itu pria bajingan! Aku sudah tahu itu! Aku tidak akan pernah menjadi wanitamu!"