Ciuman Saga kali ini berbeda dengan ciuman sebelumnya, ciuman itu sangat mendominasi dan menuntut dirinya.
"Um ... lepaskan ..." ujar Stella di sela-sela ciuman mereka. Dirinya menjadi sangat ketakutan saat melihat sikap agresif Saga, dan segera berontak dari pelukannya. Namun, pria itu tetap tidak melupakannya, tetapi dia menjadi lebih mendominasi.
Setelah beberapa saat, Saga melepaskan ciumannya, menatapnya, dan berkata dengan suara serak di telinga Stella, "Aku ingin menyentuhmu ... sekarang..." Stella yang mendengarnya begitu ketakutan hingga dia hampir menangis.
"S-saga … Kumohon, aku tidak mau ... " ujar Stella sambil memandangnya dengan tatapan memohon.
Sedangkan, Saga seperti tidak mendengarkan kata-katanya, kembali menciumnya dengan kasar.
Tiba-tiba, Stella merasa ada sesuatu yang janggal dengan tingkah laku Saga yang berubah menjadi sangat agresif seperti ini.
Dia segera meraih sepatu haknya, kemudian langsung memukul agak keras kepala Saga dengan sepatu itu.
Stella meraih sepatu hak tinggi di kakinya, mengambilnya langsung, dan menghancurkannya.
Saga langsung melepaskan ciuman dan pelukannya, kemudian mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya yang terasa sakit karena terkenal sepatu hak Stella.
Stella memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka pintu mobil di sebelah Saga, kemudian langsung turun dari mobil.
Hampir saja dirinya terkena masalah dan menjadi lega saat bisa menjauh dari pria itu.
Memikirkan hal ini, Stella merasakan rasa yang aneh. Ketika mereka masih menikah, Stella memang ingin melakukan hal "itu" dengan Saga dan bahkan dia juga menginginkan seorang anak dengan Saga. Namun, pria itu membencinya dan tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Tapi, sekarang saat Saga menyentuhnya seperti tadi …
Stella kembali melihat Saga yang masih duduk di dalam mobil. Dirinya bimbang. Dia tidak berani memanggil ambulans karena Stella takut malah akan memperparah keadaan. Tapi, dia juga tidak berani masuk ke dalam mobil kembali. Dia takut Saga akan melakukan hal seperti itu padanya lagi.
Dia melihat sekelilingnya, dan tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.
Stella menyeringai dan berjalan ke arah mobil, kemudian menyeret Saga keluar dari mobil. Kemudian, dia memapah Saga hingga sampai di pinggir jembatan.
"Saga, jangan salahkan aku. Aku melakukan ini untuk menyelamatkanmu," kata Stella, lalu mendorong Saga dengan keras.
Stella dapat melihat Saga yang jatuh ke sungai di bawah jembatan.
Tadi, memang dia memberhentikan mobilnya di dekat jembatan, dan sekarang sudah nyaman baginya.
Dia berpikir jika Saga terkena efek obat perangsang, maka air dingin akan membuatnya kembali sadar dan efek obat itu akan hilang. Jadi, dia memiliki ide untuk menceburkan Saga ke dalam sungai.
"Saga, kau baik-baik saja?" ujar Stella dari atas jembatan.
Dia tahu bahwa Saga adalah juara renang ketika dia di sekolah, dan bahkan pelatih tim nasional telah merekrut pria itu, jadi dia sama sekali tidak khawatir bahwa Saga akan tenggelam karena Saga jago berenang.
Dan benar saja, Saga tidak tenggelam dalam sungai.
Meski saat ini musim kemarau, namun air sungai pada malam hari sangatlah dingin. Setelah Saga terjatuh, ia tersedak dan meminum air sungai, namun dengan cepat dia dapat menyeimbangkan tubuhnya.
Dan setelah merasakan dinginnya air sungai, Saga segera menjadi sangat sadar, dan efek obatnya lama-lama hilang. Namun, saat melihat Stella yang menyeringai padanya di atas jembatan, dia menjadi kesal dan berpikir jika wanita itu sengaja menceburkannya.
Saga menyipitkan kedua matanya dan berteriak, "Stella! Kenapa kau menceburkan shah?! Kau sengaja melakukannya?!"
Tidak pernah ada seseorang yang berani berbuat seperti ini pada Saga sebelumnya.
"Aku juga tidak ingin melakukan itu, tetapi kau semakin berbuat hal-hal aneh tadi, jadi aku tidak punya pilihan selain melakukannya" ujar Stella sambil tersenyum, kemudian melanjutkan, "Aku melakukan ini untuk menyadarkanmu. Tadinya, aku mau menelepon polisi juga ambulans, tapi aku tidak jadi melakukannya."
Saga membalas dengan marah, "Tidak dengan cara menceburkanku ke sungai juga!!"
"Aku tidak punya pilihan." Stella menjawab tanpa ragu.
Saga tersedak air sungai, saat mendengarkan pengakuan wanita itu.
Ini pertama kalinya seorang wanita memperlakukannya seperti ini. Namun, hal itu malah membuat Saga semakin tertarik dengan Stella, karena dia berbeda dengan wanita lain yang pernah ditemui Saga.
Dia menjadi yakin, suatu hari nanti, wanita itu akan rela memberikan tubuhnya dan perasaannya. Tapi, karena Stella menolaknya tadi, dia tidak akan memaksanya.
Saga kemudian berendam di sungai selama beberapa waktu. Saat merasa tubuhnya hampir kaku karena sir dingin, efek obat juga akhirnya hilang. Dia hanya merasa lelah dan letih di sekujur tubuhnya.
Ketika Stella melihat bahwa Saga menjadi lemas, dia segera turun dari jembatan dan berjalan ke pinggir sungai, kemudian menarik Saga dari dalam air, membopong tubuhnya, dan memasukkannya ke dalam mobil.
Dapat Stella lihat Wajah Saga yang awalnya memerah, kini menjadi sangat pucat.
"Antarkan aku pulang …" ujar pria itu, yang duduk di sampingnya, dengan lemah.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Stella sedikit mengkhawatirkan Saga.
"Apakah menurutmu aku terlihat seperti aku baik-baik saja?" kata Saga, menatap Stella dengan kedua matanya yang meneliti. Hal itu membuat Stella merinding.
"Kalau begitu aku akan membawamu ke rumah sakit" ujar Stella.
"Tidak. Antar aku pulang saja. Aku akan baik-baik saja setelah istirahat." Saga langsung menolak.
Mendengar kata-kata Saga, Stella tidak bisa berkata apa-apa, jadi dia langsung menyalakan mobil dan mengantarkan Saga pulang.
Sebenarnya, Stella tidak tahu dimana rumah Saga, kecuali rumah mereka dulu, saat masih menikah, dan rumah ayah Saga, Frans.
Dia tidak berani mengantar pria itu ke rumah ayahnya karena takut Frans akan khawatir. Jadi, Stella mengantarkannya ke rumah lama mereka, hanya karena dia masih memiliki kunci rumahnya.
Saat sudah berada di rumah lama mereka, Stella memarkir mobilnya di depan rumah dan berkata, "Kita sudah sampai di rumahmu, Saga."
Saga heran saat melihat ke tempat yang asing baginya, tapi dia sedikit ingat tempat itu. Rumah yang dibeli ayahnya, untuk dia dan mantan istrinya, Dera.
Dia sedikit lupa karena selama pernikahan mereka, Saga tidak pernah pulang ke rumah itu.
"Bantu aku masuk ke dalam rumah..." Saga mengulurkan tangannya ke arah Stella.
Stella hendak menolak, tetapi ketika dia melihat wajah Saga menjadi pucat, dia tidak tega, kemudian mengambil tangan Saga dan membantunya keluar dari dalam mobil.
Pria itu terlihat ramping, tetapi Stella tidak menyangka jika Saga sangat berat, dan dia hampir kewalahan saat membantunya berjalan.
Stella mengambil gembok kunci gerbang, kemudian mengeluarkan kunci dari sakunya, dan membuka gemboknya. Namun, sebelum Stella masuk, Saga menarik pergelangan tangan Stella dan menutup gerbangnya dengan keras.
Pria itu kemudian menghimpit tubuhnya di gerbang, sambil memandangnya dengan pandangan curiga.
"K-kau … apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya gugup.
"Katakan padaku. Kenapa kau bisa memiliki kunci gerbang rumah ini?" tanya Saga.
Stella yang mendengarnya menjadi panik.
Gawat! batinnya.
Bagaimana dia bisa ceroboh seperti itu?
Bagaimana dia bisa langsung membuka pintu gerbangnya tad?
Mungkin Saga sudah tahu mengenai hubungan mereka?
Tidak mungkin!
Stella bertanya-tanya dalam hatinya.
Dia segera memikirkan sebuah alasan, daan saat menemukannya, dirinya langsung berkata: "D-di dalam mobil. Ya! Aku menemukan kunci gemboknya dalam mobilmu tadi. Awalnya, aku tidak tahu itu kunci apa, tapi entah kebetulan atau tidak, kuncinya cocok dengan gemboknya … "
"Benarkah?" Saat melihat wajah gugup Stella, Saga tersenyum, kemudian bertanya, "Bagaimana dengan alamatnya juga? Kau tahu alamat rumahku darimana? Jangan bilang kau juga melihatnya dari dalam mobilku?"
"Aku…" Stella tidak tahu harus menjawab apa. Dahinya sudah berkeringat dingin sekarang karena gugup.
Saga menatap Stella lekat-lekat saat wanita itu tidak menjawab pertanyaan, dan bertanya lagi, "Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Memangnya apa yang kusembunyikan darimu?" Stella tertawa dengan gugup saat pria itu sepertinya tahu rahasia hubungan mereka. Tubuhnya gemetar, karena takut Saga mengetahuinya. Dia lalu segera berkata, "Aku tahu alamatnya karena aku sudah menyelidikimu ..."
"Kau menyelidikiku?" Saga menyipitkan matanya sedikit, dan menyeringai. Kemudian, dia mencengkram dagu Stella dan memaksanya menatap dirinya. "Stella, apa kau sudah lama menyukaiku?"
Saat mendengar ini, Stella terkejut dan terdiam beberapa saat. Kemudian, berkata dengan kesal, "Kau terlalu narsis. Aku tidak menyukaimu. Alasanku menyelidiki mu hanya karena kau adalah pesaing perusahaan kami. Tentu saja, aku harus mengenali musuhku sendiri.
Stella tidak tahu apakah alasan tadi bisa meyakinkan Saga atau tidak. Dia juga menjadi lebih cemas sekarang.
Sedangkan, Saga menundukkan kepalanya sedikit ke dekat pipinya yang membuat Stella dapat merasakan deru napas Saga.
Jantung Stella juga berdetak lebih cepat.
Plis, semoga dia percaya! doanya dalam hati.
"Lepaskan aku. Aku mau pulang" ujar Stella.
Saat mendengarnya, Saga kembali mendongak kemudian berkata dengan menggoda, "Menginaplah malam ini di sini. AKu tidak akan melakukan hal-hal yang aneh padamu."