Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 8 - Sisi Gelap Saga

Chapter 8 - Sisi Gelap Saga

Menginap?

Dia tidak mungkin menerima tawaran itu. Walaupun mereka belum secara resmi bercerai, karena pria itu belum menandatangani suratnya, Stella tetap tidak bisa berdua saja dengan Saga.

Sedangkan, Saga yang tidak mendapatkan jawaban dan melihat Stella melamun langsung bertanya, "Apa yang kau pikirkan? Apa kau memikirkan pria lain?"

Berani-beraninya dia memikirkan pria lain saat bersama denganku! batin Saga kesal.

Stella langsung tersadar dari lamunannya, dan dia lega mendengar bahwa Saga tidak menanyakan tentang bagaimana dia tahu alamat rumahnya lagi.

Dia mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah pria tampan di depannya, dan cemberut. "Aku ... terserah kau mau apa. Aku ingin pulang."

Saga yang mendengar itu, segera memeluk tubuh Stella dengan erat menjadikan dua tubuh itu saling bersentuhan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku" ujar Saga.

Stella berontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukannya, tetapi memang tenaganya kalah dengan tenaga Saga yang lebih besar dan menjadi lebih panik.

Sebaliknya, Saga tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya semakin erat saat Stella, yang berontak, secara tidak sengaja mengenai tubuh bagian bawahnya, dan sedikit mengerang saat merasakan sebuah sensi aneh dalam dirinya.

"Jika kau berani bergerak lagi, percaya atau tidak, aku akan melakukannya sekarang padamu … " ujar Saga dengan suara yang lebih serak.

Sedangkan, Stella yang merasakan sesuatu di perutnya, kedua pipinya memerah, lalu menatap Saga, dan berkata, "Kau … jangan … "

Saat melihat Stella yang tersipu malu, Saga dengan sengaja menggesekkan tubuh bagian bawahnya ke perut wanita lalu, kemudian berbisik pelan di telinganya, "Kau bisa membantuku?"

Membantu? Ap-

Saat menyadari maksud Saga, Stella memelototinya dan segera berkata, "Tidak mau. Lepaskan aku sekarang!"

Pada saat ini, Saga dapat merasakan kembali efek obat perangsangnya, malah lebih besar daripada efek yang dia rasakan tadi.

Stella yang bisa melihat Saga kembali merasakan efek obatnya, menjadi takut jika Saga akan melakukan hal-hal aneh padanya. Namun, dia juga mengkhawatirkan keadaan pria yang seperti tersiksa itu.

"A-apa kau baik-baik saja, Saga?" tanyanya dengan nada khawatir.

Saat Saga melihat Stella yang khawatir, entah kenapa dia juga merasakan sesuatu yang aneh pada perasaannya, namun dia segera menepisnya, kemudian berkata, "Karena kau peduli padaku, kenapa kau tidak membantuku mengatasi masalahku ini"

"Kau … " Stella memandangnya dengan ekspresi marah.

Dia kesal karena di saat kondisinya seperti ini, Saga masih tetap menggodanya. Dia yang awalnya mengkhawatirkan pria itu, menjadi tidak peduli lagi padanya.

Saga yang melihat Stella marah, menyeringai, dan dia dapat merasakan efek yang lebih kuat obat itu. Tubuhnya kembali memanas, dan dia berusaha menahan hasratnya.

Dia mengepalkan kedua tangannya dan berkata, "Kh … Bantu aku ke kamar mandi."

Stella tercengang saat melihat pria di depannya itu terlihat kesakitan, kemudian segera membantunya masuk ke rumah dan berjalan menuju kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sesampainya mereka di kamar mandi, Saga menyalakan shower dan air dingin segera membasahi tubuh panasnya.

"Apa kau benar-benar tidak ingin pergi ke rumah sakit?" Stella kembali merasa khawatir karena dia takut obat tadi akan berdampak buruk pada tubuh Saga, dan khawatir jika Ayah Saga sampai tahu, jadi dia berpikir sebaiknya pria itu pergi ke rumah sakit.

Sedangkan, Saga tidak menjawab dan hanya berdiri diam di bawah shower.

Dia juga dapat melihat kekhawatiran pada diri Stella, dan kembali memikirkan rahasia wanita itu yang disembunyikan darinya.

Tapi, kenapa dia begitu khawatir padaku? batin Saga.

Saat Stella melihat Saga yang memandangnya dengan pandangan curiga, dia menjadi gugup kembali.

Dia khawatir Saga akan mengetahui hubungan mereka, jadi Stella buru-buru tersenyum dan menjelaskan pada pria itu maksud dari pertanyaan tadi, "Aku ... aku hanya takut sesuatu akan terjadi padamu. Juga, aku tidak ingin kau melakukan hal-hal aneh padaku."

"Benarkah?" tanya Saga acuh tak acuh .

Stella segera menjawab, "Ya, aku hanya khawatir jika kau melakukan sesuatu hal yang aneh padaku"

Saga yang mendengar pengakuan Stella, tersenyum, kemudian berkata dengan sedikit menggoda wanita itu, "Apa kau tidak jadi pulang? Kenapa? Apa kau ingin menginap di sini dan menghabiskan malam bersamaku ...?"

Stella terkejut dan memelototinya, kemudian langsung membuka pintu dan keluar dari kamar mandi karena ketakutan.

Sedangkan, Saga hanya diam saat melihat Stella yang pergi dengan terburu-buru.

Saat Stella sudah berada di depan rumah Saga, dia menghela napas dan merasa lega karena telah jauh dari pria itu.

Dia tiba-tiba menyesal tadi menolong Saga. Pria itu juga menjadi lebih curiga padanya dan Stella harus berhati-hati mulai dari sekarang agar tidak kembali dicurigai Saga.

Mulai sekarang, dia akan menjauhi Saga.

Kemana, dia segera menyetop taksi dan pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Stella langsung berbaring di ranjangnya, tanpa mandi, dan langsung tertidur.

Dia kelelahan karena tadi berhubungan dengan Saga yang tidak disangka akan begitu merepotkan.

___________

Stella tidur hingga siang hari, dan terbangun saat mendengar suara dering ponselnya.

Dia melihat nama penelepon, dan terkejut. Stella juga ingin menutupnya, namun dia tidak ingin terkena masalah lagi.

"Stella, bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Saga langsung usai dia mengangkat teleponnya.

"Pak Galag, apa anda menelpon saya hanya untuk bertanya apakah saya tidur dengan nyenyak atau tidak?" balas Stella dengan kesal.

Saga terkekeh dan menjawab, "Tentu saja tidak. Datanglah ke rumahku sekarang."

"Aku ada urusan" balas Stella langsung.

Saga yang mendengar jawaban ketus Stella segera berkata dengan sedikit ancaman, "Kau datang ke sini, atau aku yang menjemputmu?"

"Sudah kubilang, aku tidak bisa pergi. Aku sibuk!" ujar Stella dengan kesal.

Memang Stella hari ini akan makan malam dengan Frans karena hari ini adalah hari minggu. Sesuai janjinya pada Ayah Saga, dia akan datang ke rumahnya.

"Stella, aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Kau yang ke sini, atau haruskah aku yang menjemputmu dengan paksa?" ancam Saga.

Sedangkan, Stella yang tahu jika Saga tidak bisa dibantah, akhirnya pasrah. "Aku akan ke sana .. "

Setelah itu, Stella menutup teleponnya, tanpa memberi Saga kesempatan untuk berbicara lagi.

_________

Karena macet, Stella telat datang ke rumah Saga lebih dari satu jam.

"Masuk ke dalam mobil." Saga yang melihat Stella memerintah wanita yang baru saja datang itu. Dia langsung masuk ke dalam mobil.

Stella tidak berani membantahnya, lalu masuk ke mobil dengan patuh, dan duduk agak menjauh dari Saga.

Saat Saga melihat tingkah Stella, dia mendengus, kemudian bersandar di kursinya. Kemudian segera menyalakan mobil dan pergi menuju ke suatu tempat.

Sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam. Tidak ada yang berbicara.

Saat Stella melihat kompleks villa di pinggiran kota, dia menoleh ke arah Saga dan memandangnya dengan ekspresi kebingungan.

Kenapa dia membawaku ke sini? batin Saga.

Stella semakin bingung saat Saga menghentikan mobilnya di depans alah satu vila.

Saga langsung membuka pintu mobil dan keluar, kemudian Stella buru-buru mengikutinya keluar.

"Saga, ini dimana?" tanya Stella yang berjalan di sebelah Saga.

Saga tidak menjawab pertanyaannya, dan terus berjalan.

Stella cemberut, tidak bertanya apa-apa lagi, dan dengan patuh mengikuti Saga ke ruang bawah tanah villa.

Sesampainya, di ruang bawah tanah. Stella dapat merasakan udara dingin dan lembab bawah tanah, juga dapat mencium aroma aneh di situ. Cahaya lampu ruangan redup, yang membuatnya agak sulit melihat dengan jelas.

Jantung Stella berdetak kencang, dan mencengkeram tasnya dengan erat.

"Kyaa!!!" teriaknya tiba-tiba saat berhenti di depan salah ruangan di ruang bawah tanah itu. Wajahnya langsung pucat, dan dia memandang ke arah Saga dengan ekspresi ketakutan.

Saga mengulurkan tangannya dan memeluk pinggangnya, setengah memaksa Stella untuk masuk ke dalam ruangan itu.

Setelah masuk, Stella dapat melihat seorang wanita berlumuran darah di sekujur tubuhnya yang tergantung, jari-jarinya terpelintir dengan aneh, dan darah menetes dari pakaiannya.

"S-siapa ini?" ujar Stella dengan ketakutan.

Saga yang melihatnya ketakutan, menyeringai, kemudian menjawab, "Wanita ini adalah sekretarisku. Dia yang memberikanku obat perangsang tadi malam."

"Apa hubungannya ini denganku?" tanya Stella sambil menoleh ke arah Saga.

Kenapa Saga menujukkan ini padaku? batinnya.

Saga melirik Stella, tanpa tersenyum, dan berkata, "Kau akan tahu sendiri nanti."

Saat mendengar itu, wajah Stella menjadi lebih pucat dan tidak berani berbicara lagi.