Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 13 - Wanita Yang Kucintai

Chapter 13 - Wanita Yang Kucintai

Stella memandang dengan kesal Saga yang menyeringai di sebelahnya, dan berkata, "Apa menurutmu ini menyenangkan?"

Dia berpikir jika dirinya bisa saja memberitahu identitasnya dan hubungan mereka yang sebenarnya, namun Stella juga takut dengan ancaman Saga padanya. Dirinya takut jika pria itu tahu, Stella sudah pasti akan dibunuh.

"Tentu saja!" jawab Saga.

Stella yang mendengar itu, menjadi bingung dengan sikap Saga padanya. Dia juga selalu merasa jika terus berhubungan dan dekat dengan Saga, Stella khawatir pria itu akan mengetahui identitasnya.

Semakin memikirkan itu, membuat Stella berjuar dengan kesal, "Saga, aku bilang aku tidak ingin bermain-main denganmu. Banyak wanita lain yang ingin bermain denganku, tapi bukan aku. Jadi, bisakah kau tidak menggangguku terus?"

"Tidak!" Saga menolak dengan tegas, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Stella, lalu berbisik, "Stella, tidak ada wanita yang bisa menghindar dariku. Cepat atau lambat, kau akan menjadi wanitaku."

Stella yang mendengar itu hanya bisa menghela napasnya dengan Saga yang menjadi keras kepala. Dia berpikir jika pria itu tahu dirinya adalah Dera, pasti Saga tidak mau repot-repot terus mengganggunya seperti ini.

Sedangkan, Saga yang melihat Stella hanya terdiam, mengulurkan tangannya dan memegang dagu wanita itu, memaksanya untuk menatapnya, dan perlahan berkata, "Stella, sekarang kau punya dua pilihan. Pertama, turun saja dari mobil dan kembali bekerja, tapi itu menjadikanmu melanggar kontrak kerjasama kita. Kau harus membayar biaya kerugian karena melanggar kontrak kedua perusahaan. Pilihan Kedua, ikut aku dengan patuh, dan mungkin aku akan mengantarkanmu kembali setelahnya ke kantor dengan cepat."

"Dasar licik" ujar Stella sambil memandang Saga marah.

Mendengar ini, Saga tertawa pelan, dan berujar, "Kau boleh memarahiku sekarang, jika kau mau. Tapi, aku tidak akan peduli. Kau hanya bisa memilih satu dari dua pilihan tadi. Bagaimana?"

Saga memang tidak mempedulikan penolakan Stella dan hanya dengan cara liciknya itu, dia yakin Stella akan berpikir kembali tentang penolakan kerjasamanya.

Saat tidak mendapatkan jawaban, Saga kembali berkata, "Stella, kau tahu, selama aku berjanji akan bekerja sama dengan perusahaan Antares Corp, Dewan Direksi akan selalu menyetujui keinginan dan perintahku. Satria tidak bisa menolak dan membantah keputusan Dewan Direksinya, jadi pria itu tidak akan bisa melindungimu dan membelamu. Namun, jika kau mau menjadi wanitaku dan bekerjasama sama denganku, apapun yang kau lakukan, aku akan menyetujuinya."

Saga memang sengaja memberitahukan hal itu kepada Stella, akan dia tidak berharap lebih pada Satria untuk membelanya.

Stella yang tahu bahwa apa yang dikatakan Saga memiliki motif tersembunyi, dan dia tidak akan tertipu. Dirinya kemudian segera berujar dengan tenang, "Kau sungguh licik. Saga, dari pernyataanmu itu, aku tahu jika kau menggunakan Dewan Direksi untuk menekan Pak Satria, juga kau mungkin sengaja ingin mengalahkannya. Apa itu tujuanmu? "

"Cih, licik?" Saga mendengus, lalu membalas, "Bagaimana jika itu memang tujuanku? Stella, sayangku. Jangan membuatku marah. Kesabaran juga ada batasnya. Kau lebih memilih untuk menerima menjadi penanggung jawab proyek ini, atau membayar kerugian karena kau melanggar kontrak kita?"

Sedangkan, Stella memandang Saga dengan tatapan marah saat mendengarnya.

Dia bekerja keras selama sebulan penuh sebelum secara resmi memasuki departemen desain. Stella tidak ingin menyerah seperti ini. Jika dia menolak tawaran itu, sama saja dia malah membuat kerugian besar perusahaan Antares Corp. Dia hanya bisa menahan amarahnya, dan menjawab, "Oke, aku akan menjadi penanggung jawab proyek ini. Apa kau puas sekarang?"

Saga yang melihat Stella cemberut, segera mencubit pelan pipinya, kemudian berkata "Jangan cembertu begitu. Aku akan mengajakmu melihat sesuatu, aku berjanji kau akan menyukainya."

Saat melihat Stella yang hanya diam, Saga segera menyalakan mobilnya dan pergi dari situ.

_______

"Kita sampai. Turun." ujar Saga.

Stella yang sepanjang perjalanan tadi tidak mempedulikan Saga, menoleh ke arah depan dan melihat sebuah bangunan megah villa.

Tanpa sadar, dia teringat kembali teringat kejadian di ruang bawah tanah vila lain yang membuat wajahnya menjadi pucat, dan Stella hanya terdiam.

Sedangkan, Saga tahu apa yang ada dalam pikiran Stella. Dia mengetahui jika wanita itu kembali memikirkan kejadian di villa kemarin. Saga menghela napsnya. Kemarin, dia hanya ingin memperingatkan Stella agar wanita itu tidak macam-macam dengannya dan membohonginya. Saga menyeringai saat ancamannya berhasil dan membuat Stella takut.

Setelah beberapa saat, Saga berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, aku tidak akan menakutimu lagi. Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu padamu."

Meskipun Stella meragukan apa yang Saga barusan katakan, dia tetap turun dari mobil dan mengikuti Saga turun dari mobil, kemudian mereka berdua berjalan bersama ke arah villa. Stella hanya ingin memastikan jika Saga tidak akan berbuat macam-macam padanya lagi, jadi dia menuruti perkataan Saga.

Saga membawanya langsung ke lantai tiga. Di sana hanya terdapat satu ruangan dengan pintu besi yang memiliki pengaman ketat.

Setelah Saga memasukkan kata sandi dan menscan sidik jarinya, pintu yang berat itu perlahan terbuka.

Saat pintu perlahan terbuka, Stella melihat sekilas ada banyak permata di dalam ruangan itu.

Dirinya melotot dan menoleh ke arah Saga dengan pandangan tidak percaya.

Semua perhiasan itu adalah harta karun bagi Stella. Sebagai seorang desainer perhiasaan, dia juga takjub saat melihat banyak perhiasan cantik depannya.

Sedangkan, Saga yang melihat ketakjuban Stella, segera menggandengnya memasuki ruangan, kemudian berkata dengan tenang, "Stella, apa kau menyukainya? Aku bisa memberikan semua ini jika kau mau."

"Benarkah?" tanya Stella dengan ekspresi terkejut.

Saga tersenyum dan menjawab, "Selama kau suka, semua ini bisa menjadi milikmu, termasuk ... aku!" Saat mendengarkan perkataan terakhir Saga, Stella mendengus.

"Kalau begitu, tidak usah. Terima kasih" tolak Stella langsung.

Saga menyeringai saat mendengarnya. Hingga, dia memiliki sebuah pemikiran, dan berkata, "Stella, aku tahu kau adalah desainer perhiasan. Aku akan memberikanku salah satu permata ini sebagai hadiah selama kau membantuku mendesain. Bagaimana? "

Stella berpikir sejenak, dan akhirnya menyerah karena tidak bisa menolak tawaran bagus itu. " Oke, kau ingin membuatkan perhiasan untuk dirimu sendiri atau orang lain? "

Saga menatapnya dengan ekspresi aneh, kemudian berkata dengan nada lembut: "Tentu saja untuk orang lain. Aku ingin kau mendesain sepuluh set perhiasan untuk wanita yang aku cintai."

Wanita yang aku cintai? batin Stella sambil memandang Saga dengan ekspresi bingung.

Jantungnya berdebar keras saat mendengar pengakuan Saga. Meskipun dia terlihat tenang, namun merasakan sakit di hatinya. Walaupun dia sudah rela melepaskan Saga, namun saat mendengar pria itu mencintai seseorang, hatinya menjadi sangat sakit.

Setelah itu, Stella mengasihani dirinya sendiri. Dia berpikir jika Saga mengabaikannya selama tiga tahun karena mencintai orang lain.

Namun, saat memikirkan ini, Stella kembali mencoba sadar karena baginya mereka sudah tidak ada hubungan lagi. Jika, pria itu mencintai wanita lain, Stella mencoba untuk tidak terlalu peduli.

Ya, jika Saga memiliki seseorang yang dia suka, itu tidak ada hubungannya denganku, batin Stella.

Setelah Stella meyakinkan dirinya sendiri, dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, lalu bertanya dengan tenang, "Saga, kau bisa memberitahuku seperti apa kepribadian wanita itu atau seleranya? Apa kau juga memiliki warna favorit atau desain permatanya?"

Sedangkan, Saga sedari tadi mengamati perubahan ekspresi Stella.

Dia kemudian tersenyum, memegang kedua bahu Stella, kemudian mendorongnya pelan ek arah sebuah cermin yang ada di dinding ruangan itu.

Saat sudah berada di depan cermin, Saga berkata sambil tersenyum, "Wanita di cermin itu adalah orang yang aku cintai. Kau bisa bertanya padanya apa yang dia suka."

Mendengar ini, Stella tercengang dan memandang dirinya sendiri dalam cermin dengan ekspresi tidak percaya. Dia tidak percaya jika wanita yang Saga cintai adalah dirinya.

Jantungya kembali berdetak dengan keras.

Sedangkan, Saga yang melihat Stella hanya terdiam segera berkata, "Bisakah kau mendesain untukku sekarang?"

Stella terdiam beberapa saat, dan berkata dengan tenang,"Tidak" Kemudian dia menundukkan kepalanya, lalu melanjutkan, "Saga, jika kau mendesain untuk orang lain, aku dengan senang hati mendesain perhiasan untukmu. Jika, kau memiliki maksud tertentu padaku, aku tidak mau mendesain perhiasannya."

Saga yang mendengarnya langsung membalikkan tubuh Stella hingga mereka berhadapan, lalu berkata dengan nada penuh penekanan, "Bahkan jika kau tidak mau melakukannya. Kau masih harus mendesain perhiasan untukku. Jangan lupa, Stella. Sekarang kedua perusahaan kita bekerja sama. Jika kau tidak mendengarkan aku, kau akan melanggar kontrak kerjasama dan harus membayar kerugiannya."

Stella mendongakkan kepalanya dan membalas, "kau ... apa kau memang selalu suka mengancamku?"

Saga menyeringai dan menjawab dengan tenang, "Selama aku bisa membuatmu patuh, aku akan melakukan segala cara." Stella menjadi marah. Kemudian, mengulurkan kedua tangannya untuk mendorong Saga menjauh, namun Saga malah menariknya, dan memeluk pinggangnya dengan erat.

Pria itu menyandarkan kepalanya ke bahu Stella dan berbisik, "Stella, jangan coba menolakku, jika tidak ..." Stella yang ketakutan sekarang, mau tidak mau akhirnya menganggukkan kepalanya.

Saga tersenyum dan merasa puas saat melihat kepatuhan Stella, kemudian dengan lembut mencium pipinya, dan berkata, "Bagus!"

"Aku berjanji untuk mendesainkan perhiasan untukmu. Jadi, bisakah kau membiarkanku pergi sekarang?" tanya Stella, kemudian kembali mendorong tubuh Saga.

Namun, Saga tidak melepaskannya, malah mengecup bibirnya.

Stella tertegun sejenak, dan dia menatap Saga dengan ekspresi marah sambil berkata, "Brengsek!"

Saga yang melihat kemarahan Stella hanya tersenyum dan dia mengusap-usap kepala Stella dengan pelan, lalu membujuk, "Jangan marah. Jika kau merasa dirugikan dengan perbuatanku tadi, kau bisa balas menciumku. Jadi, kita impas."

Stella mendengus dan segera membalas, "Memangnya siapa yang ingin menciummu?!"

"Kau tidak mau menciumku?" goda Saga.

Stella yang melihat itu, dirinya kembali merasa dilema. Di satu sisi, dia sudah merelakan Saga, namun di sisi lain dia tidak bisa mengharukan pesona pria yang tersenyum di depannya itu.

Sedangkan, Saga yang dapat melihat keraguan Stella, kembali menggodanya, "Jangan sungkan menciummu."

"Siapa yang sungkan?!" tanya Stella langsung.

Stella berpikir jika dirinya terus terlibat dengan Saga, dia khawatir pria itu akan segera mengetahui kebenaran dari identitasnya dan itu akan membuat Stella terkenal masalah.

Oleh karena itu, Stella segera mengganti topik pembicaraan. "Aku sudah tahu permintaanmu. Aku akan kembali ke kantor dan mendesain untukmu."

Saga yang mendengar itu, sedikit merasa kecewa karena tidak ingin Stella pergi darinya. Jadi, dia berkata, "Jika kau menciumku, aku akan mengizinkanmu kembali ke kantor. Bahkan, mengantarkanmu ke sana."

Stella tertawa dan mendengus, lalu membalas dengan kesal, "Tidak mau."

Saga hanya terdiam, lalu melepaskan pelukannya. Kemudian, duduk di sofa di samping mereka dengan tenang.

Melihat itu, Stella kembali marah.

Setelah memikirkannya beberapa saat, Stella menghembuskan napasnya, dan berujar, "Jika aku menciummu, kau berjanji akan mengizinkan aku kembali bekerja, kan?

"Aku berjanji" ujar Saga singkat, kemudian menyeringai.

Stella tidak punya pilihan lain, selain menuruti Saga. Jadi, dia segera berjalan mendekati Saga. Kemudian, saat sudah berada di depannya, dia memejamkan kedua matanya, lalu menunduk dan segera mencium pipi Saga.

Saat dirinya hendak munduk, Saga menarik pergelangan tangannya, lalu memangkunya. Kemudian, dengan gerakan cepat mencium bibirnya. Tangannya menahan kepala Stella, dan semakin menciumnya dengan rakus.

Sedangkan, Stella yang awalnya terkejut, mulai berontak. Namun, dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan erat itu.

Tiba-tiba dia kembali terkejut tangan tangan Saga meremas pinggangnya pelan yang membuat Stella geli dan membuka mulutnya. Saga memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam ciuman mereka.

Setelah beberapa lama, dia perlahan melepaskan ciumannya. Saat Melihat bibir Stella yang agak merah dan bengkak, Saga menjadi tidak tahan dan segera mencium bibir Stella lagi dengan rakus, lalu melepaskannya lagi.

Saat merasakan lembut dan manisnya bibir kecil Stella, hasratnya naik.

Sedangkan, Stella terengah-engah, dan bertanya, "Apa kau puas sekarang?"

Saga terkekeh dan membalas dengan suara agak serak, "Hei, tinggallah bersamaku di sini sebentar. Aku akan mengantarkanmu kembali ke kantor nanti. Jika kau tidak mau … kau harus menanggung resikonya sendiri."