Stella berterima kasih sekali kepada Satria lagi sebelum meninggalkan ruangannya.
Dia kemudian kembali ke ruangan departemen desain dengan membawa surat pemberitahuan promosinya. Dapat dirinya lihat meja dan kursinya yang semula berada di sudut ruangan, sekarang dipindahkan agak ke depan dan di samping jendela. Stella agak terkejut dengan perubahan posisi mejanya itu.
Sedangkan, rekan-rekan lain memandangnya dengan ekspresi sedikit takut dan beberapa memberikan pandangan sanjungan padanya.
"Stella, kita tidak hanya menjadi sesama rekan, tapi juga keluarga. Jika kau membutuhkan bantuan, bicaralah. Jangan sungkan-sungkan kepada kami, ya" uja salah satu rekannya.
"Iya" balas Stella.
Saat melihat antusiasme rekannya yang tiba-tiba, Stella agak terkejut dan hanya bisa tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Terima kasih atas kebaikan. Aku akan berusaha yang terbaik Jika nanti aku membutuhkan bantuanmu, aku pasti akan mengatakannya."
Setelah mendengar perkataannya, semua orang di sana kembali kemejanya masing-masing dan bekerja.
Stella segera duduk, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Saga di kontaknya. Dia ragu-ragu sejenak untuk menekan tombol panggil, lalu memutuskan untuk menelepon Saga.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, teleponnya segera diangkat Saga.
"Hei" ujar Saga.
Stella menggigit bibir bawahnya, merasa sedikit malu, dan berbisik, "Saga, aku dipromosikan oleh Satria. Apa kau yang berbicara dengannya dan membantuku? "
Di sisi lain, setelah mendengar ucapan Stella, Saga terdiam selama beberapa saat. Dirinya tidak menyangka jika Satria telah cepat mengambil keputusan dengan mempromosikan Stella.
Namun, dia tidak menjawab pertanyaan wanita itu, dan malam memujinya, "Kau sangat berbakat dalam desain. Bakatmu tidak boleh disia-siakan dan tidak boleh dibatasi oleh orang lain."
Sedangkan, saat mendengar Saga memujinya, Stella sedikit terkejut, dan entah kenapa dia merasa saat saat mendengar pujiannya.
"Terima kasih" ujar Stella dengan tulus.
Disamping itu, Stella juga memikirkan tentang berbagai alasan Saga membantunya, tetapi dia tidak menyangka dia akan dipromosikan.
Dirinya merasa aneh, karena baginya Saga yang dia lihat saat berada di ruang bawah tanah villa kemarin sangat berbeda dengan Saga yang menjadi lebih perhatian padanya sekarang,
Sedangkan saat mendengar ucapan terima kasih Stella, Saga tersenyum dan merasa dia masih memiliki harapan jika wanita itu akan menyukainya.
"Aku memang telah banyak membantumu. Kau hanya berterima kasih padaku?" goda Saga.
Stella yang mendengarnya, mendengus. Dia menjadi agak kesal karena walaupun pria itu perhatian padanya,Saga masih saja menyombongkan dirinya.
Namun, Stella mencoba sabar. Karena merasa berterima kasih atas bantuan Saga, dia perlu membalas kebaikannya. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Bolehkah aku mengundangmu makan malam?"
"Oke" balas Saga singkat.
Mendengar itu, Stella tersenyum, namun sebelum dia dapat berbicara, Saga berkata kembali, "Tapi, aku ingin makan masakanmu."
Stella menutup matanya dan menghela napasnya, kemudian berujar, "Oke, tidak masalah."
Jawaban tegasnya mengejutkan Saga sedikit. Dia tidak menyangka jika Stella akan menyetujui permintaannya itu.
"Stella, apa kau sedang istirahat sekarang? Bisakah kau ke kantorku?" tanya Saga.
Tiba-tiba, Stella mendengar dirinya dipanggil rekannya. Dia dengan cepat menoleh ke belakang dan tersenyum padanya. "Tunggu sebentar, aku akan akan kesana."
Setelah itu, dia berkata kepada Saga lagi, "Sekarang aku masih sibuk di kantor. Aku akan mengabarimu lagi."
Ketika dia akan menutup teleponnya, Saga berujar, "Oke, tidak masalah. Tapi, kau harus menciumku nanti karena tidak bisa datang ke sini."
Stella yang mendengarnya, mendengus, dan dengan kesal berkata, "Tidak mau!" Lalu segera menutup teleponnya, tanpa memberi Saga kesempatan untuk berbicara lagi.
Sedangkan Saga, saat mendengar suara telepon ditutup, hanya bisa tertawa.
Setelah itu, Stella langsung pergi ke meja rekan yang memanggilnya tadi. Saat sudah berada di sebelahnya, wanita itu segera berdiri, memegang tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Stella, Selamat untuk promosi. Aku ingin memberitahukan padamu jika tadi manajer berdiskusi dengan kami. Lalu, kami memutuskan untuk mengadakan upacara penyambutan dirimu, sekaligus merayakan promosimu. Bagaimana menurutmu?"
Stella berkedip karena terkejut, dan dia menyadari jika perubahan manajer dan rekan-rekannya padanya saat ini adalah karena Saga.
Awalnya, dia ingin menolak, namun tidak jadi. Bagaimanapun, dia menjadi karyawan tetap di departemen desain sekarang, dan akan terus bekerjasama dengan rekan-rekannya di departemen desain. Dia berpikir hubungan antara dirinya dan rekan-rekannya tidak boleh menjadi kaku, karena mereka akan bekerja bersama-sama.
Setelah memikirkannya, dia setuju. "Oke, kapan acaranya?"
Saat melihat Stella setuju, rekannya menghela napas dan merasa lega, lalu menjawab, rekan, "Lebih cepat, lebih baik kata Bu Janet. Jadi, acaranya akan diadakan setelah pulang bekerja nanti."
"Oke." Stella setuju.
________
Setelah selesai bekerja, Stella dan beberapa rekan wanita lain menaiki mobil seorang rekan pria untuk menuju ke tempat acara penyambutannya dilakukan.
Ternyata mereka mengadakan acara penyambutannya di sbeuah Club yang lumayan terkenal di kota mereka, yakni Sunrise Club.
Pada awalnya, dia agak canggung berbicara dengan mereka. Bagaimanapun, dia tidak terlalu akrab dengan rekan-rekannya itu. Setelah mengobrol sepanjang perjalanan tadi, ternyata rekannya enak diajak mengobrol dan menjadikan Stella tidak terlalu canggung lagi.
Setelah beberapa saat, mereka sampai ditempat tujuan. Ketika dia akan turun dari mobil, rekan kerja wanita yang duduk di sebelahnya tiba-tiba menepuk pelan bahunya, yang membuatnya menoleh.
Wanita itu diam beberapa saat, kemudian saat semua rekannya sudah turun dari mobil, dia, dia dengan cepat berbisik di telinganya, "Stella, aku akan memberitahukan hal penting padamu. Mulai saat ini, kau harus lebih berhati-hati dengan Bu Janet. Dirinya memang terkenal sangat perfeksionis dan orangnya mudah sekali iri. Dia sekarang pasti akan lebih mengawasimu karena promosimu, jadi berhati-hatilah. Jangan sampai membuatnya marah."
Saat mendengar itu, Stella menatapnya dengan terkejut. Sebelum Stella ingin bertanya, rekannya itu sudah keluar dari mobil.
"Stella, kenapa diam saja di sana? Kemarilah, ayo pergi bersama." Melihat Stella belum turun dari mobil, seorang rekan kerjanya mengajaknya pergi.
Stella tersenyum, segera keluar dari mobil, dan dengan cepat menyusul rekannya.
Saat sudah berada di dalam club yang suasanya sangat ramai, dia dapat melihat Janet sudah duduk di pojok ruangan dengan beberapa rekan lainnya.
Stella langsung duduk.
Saat melihatnya, Janet tersenyum, kemudian mengambil gelas yang berisi bir, lalu berkata, "Mulai hari ini, Stella telah resmi menjadi anggota departemen desain kita. Selamat juga atas promosimu, Stella. Cheers."
Namun, entah mengapa saat mendengar kata-kata Janet barusan, Stella merasa ada rasa ketidaksukaan wanita itu padanya.
Benar saja, semua ekspresi rekan-rekannya aneh saat Janet selesai berbicara.
Mereka dengan gerakan agak canggung, mengangkat gelas mereka dan berkata, "Cheers." Stella mengikuti, kemudian meminum birnya sedikit.
Tiba-tiba, Janet yang duduk di sebelahnya, menuangkan bir di gelasnya. Stella agak terkejut, namun karena Janet adalah manajernya, mau tidak mau dia meminum bir itu karena tidak ingin terlihat tidak sopan.
"Terima kasih, Bu Janet" ujarnya pada Janet sambil memaksakan senyumnya.
Rekan-rekannya yang melihat itu, segera mengikutinya minum bir mereka masing-masing.
Setelah itu mereka makan, juga berbincang satu sama lain diiringi suara musik dari DJ di depan ruangan.
Sedangkan, Stella yang terus-terusan diberi bir oleh manajernya, merasa ada yang aneh dengan dirinya, dan kepalanya menjadi semakin pusing sekarang.
Ketika dia setengah mabuk dan setengah sadar, seseorang membawakannya secangkir air hangat.
Karena merasakan perutnya tidak nyaman, jadi dia mengulurkan tangannya, kemudian mengambil cangkir itu, lalu meminum airnya. Setelah minum, dia tidak hanya merasa tidak nyaman, tetapi kepalanya menjadi lebih pusing.
Kemudian, tubuhnya terasa lemas dan pandangannya gelap.