Stella melirik Saga dan menatapnya dengan kesal, kemudian lari dari situ.
Saga yang masih berdiri di tempat, memperhatikan Stella melarikan diri, dan memikirkan apa yang wanita itu katakan padanya, juga ekspresinya. Hal itu membuatnya semakin tertarik dengan Stella. "Kau lari dariku? Kau bisa lari kali ini, tapi besok aku tidak akan melepaskanmu karena kau milikku!" kata Saga, kemudian menyeringai.
Sedangkan, Stella yang merasa sudah jauh dari Saga, berhenti berlari, tubuhnya masih gemetar dan merasa gugup.
Dia berjalan melewati koridor dengan beberapa ruangan ada di sana.
Tiba-tiba Stella berhenti berjalan, saat mendengar nama Saga disebut. Dia dapat mendengar percakapan dari salah satu ruangan di sebelahnya yang sedang membicarakan Saga.
"Setelah itu, kau harus memasukkan ini ke dalam gelas Saga. Kemudian, aku akan melakukan sisanya" ujar seorang pria.
"Apa kau benar-benar ingin melakukan ini? Kudengar Saga itu sangat kejam. Jika dia menyadari rencana kita, bisa-bisa aku dibunuh olehnya … " timpa seorang wanita.
"Kau takut dia akan melakukan itu padamu? Saga itu orang yang sombong. Jadi, dia sudah wajar memiliki banyak musuh dan orang-orang yang mengkhianati dirinya. Setelah malam ini, kita akan mengalahkannya. Jadi, apa yang kau takutkan? Lagipula, kita akan menguasai Maheswara Corp ... " ujar pria itu lagi.
"A-aku .. "
"Kau masih ragu-ragu? Jangan lupa, Saga yang menghancurkan hidupku dan membuatku terpaksa melakukan hal ini padanya. Aku hanya ingin membalasnya! Setelah ini, aku berjanji akan menikahimu!"
"Oke … " balas wanita itu.
"Segera lakukan itu dan jangan sampai dia curiga padamu" ujar si pria.
Kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Stella yang menyadari itu, langsung berlari meninggalkan koridor dan menuju ruangan pelelangan.
Sesampainya di ruangan pelelangan, ternyata Satria sedang mencarinya.
"Stella, kau baik-baik saja?" tanya Satria yang berdiri di depannya dan melihat Stella ngos-ngosan.
Stella menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak … aku tidak apa-apa."
Dia tidak mengatakan pada Satria jika seseorang akan mencelakai Saga. Lagipula, dia dan Saga sudah tidak ada hubungannya lagi.
Saat memikirkan itu, Stella menjadi tidak fokus memperhatikan seperti apa proses tendernya. Saat baru mengetahui hasilnya, Saga kembali menjadi pemenang terbesar malam itu.
Dan kali ini, Antares Corp kembali dikalahkan oleh Maheswara Corp.
"Sudah malam, ayo kita pulang." Ketika acara pelelangan selesai, Satria melihat bahwa Stella yang lelah, mengajaknya pulang.
"Um ..." Stella mengangguk dan berjalan mengikuti Satria keluar dari ruangan.
Tiba-tiba Saga sudah berdiri di depan mereka. Dia memandang Stella dan berkata, "Stella, apa yang aku katakan malam ini, tolong pikirkanlah. Aku akan menunggu jawabanmu."
Stella yang mendengar itu marah saat Saga dengan berani berkata tentang penawarannya saat dia masih bersama Farrel.
Awalnya, dia masih ragu apakah akan memberitahu Saga tentang percakapan yang dia dengar sebelumnya, tetapi sekarang saat Saga tanpa malu bersikap seperti itu, dia tidak memutuskan untuk tidak memberitahu pria itu! Menurutnya, kata-kata pria tadi benar, jika Saga memang sombong dan wajar jika orang lain akan kesal sampai ingin mencelakakan pria itu!
Oleh karena itu, Stella merasa Saga pantas mendapatkan karmanya!
Dia kemudian tersenyum, dan berujar pada Saga, "Apa kau percaya akan karma? Semua perbuatanmu yang kau lakukan di masa lalu, akan berdampak pada dirimu di masa depan?"
Setelah berbicara seperti itu, tanpa menunggu Saga menjawab, Stella berjalan pergi bersama Satria.
Sedangkan, Saga yang melihat kepergian Stella, tidak marah sama sekali. Baginya, wanita itu sungguh sangat menggemaskan dan menarik saat berani menolaknya seperti itu.
Aku pasti akan mendapatkanmu! batin Saga.
Di sisi lain, dalam perjalanan pulang, di mobil, Satria berkata pada Stella yang duduk di sebelahnya, "Stella, kau sudah bekerja keras beberapa hari ini, hingga membuatmu kelelahan. Kau boleh libur besok, jadi kau bisa beristirahat dengan baik."
Stella yang bengong tidak menjawab, dan masih melihat ke arah luar jendela mobil di sebelahnya.
"Stella? Stella…" panggil Satria lagi.
Stella tiba-tiba tersadar dari lamunannya, segera menoleh, dan bertanya, "Ada apa, Kak?"
Sedangkan, Satria dapat melihat ekspresi kelelahan Stella, namun dia juga melihat ekspresi khawatir wanita itu, jadi dia bertanya dengan cepat, "Apa yang kau pikirkan?"
"Hanya … Masalah pekerjaan... " Stella berbohong.
Satria berpikir bahwa Stella masih memikirkan Saga, jadi dia tidak mengatakan apa-apa, dan kembali memikirkan kekalahan perusahan mereka malam ini pada dewan direksi.
Stella yang tadinya merasa kesal karena sikap arogan Saga,kini menjadi khawatir dengan pria itu.
Meskipun dia dan Saga bercerai, dia tidak mengabaikan Saga yang sedang dalam bahaya. Belum lagi dia telah menyukai Saga selama bertahun-tahun.
Setelah ibunya meninggal, keluarga Maheswara yang merawatnya, bahkan Frans menganggapnya sebagai putrinya sendiri, dan menyayanginya lebih dari dia menyayangi Saga dan sekarang Saga dalam bahaya, dirinya tidak bisa diam saja seperti ini.
Tidak! Aku tidak boleh diam seperti ini! batin Stella.
"Berhenti ..." ujarnya pada Satria.
"Ada apa?" Satria segera menginjak rem, menepikan mobilnya.
"Aku tiba-tiba mengingat ada penawaran bagus di pelelangan tadi, aku akan mendapatkannya kembali" jawab Stella.
"Aku akan mengantarkanmu kembali kalau begitu" kata Satria.
"Tidak usah, Kak Farrel. Kau pasti sudah lelah sekarang, jadi kau harus segera pulang dan beristirahat. Aku bisa naik taksi sendiri." Setelah mengatakan itu, sebelum Satria berbicara, Stella segera membuka pintu dan keluar dari mobil.
Saat Satria hendak menyusulnya, ponselnya berdering.
Dia mengeluarkan ponselnya dari saku, dan saat mengetahui identitas si penelepon, dia langsung mengangkatnya.
"Oke, aku akan segera kesana" ujarnya, kemudian menutup teleponnya.
Saat dia melihat ke depan, Taksi yang dinaiki Stella sudah pergi.
_________
Sesampainya di aula, tempat pelelangan, Stella melihat para tamu sudah pulang, dan dia tidak melihat Saga dimanapun.
Dia tiba-tiba panik.
Apa aku sudah terlambat? batinnya.
Stella juga tidak berani menelepon polisi sekarang. Dia takut jika dirinya terlibat, akan menimbulkan masalah pada dirinya sendiri dan menyebabkan lebih banyak masalah bagi Saga juga Maheswara Corp.
Dahinya sudah berkeringat dingin, dan bertambah panik. Kemudian, Stella segera pergi ke ruangan CCTV. Saat sudah sampai, dia mengancam penjaga keamanan karena pria itu tidak mengizinkannya, hingga dia berkata jika dirinya merupakan menantu Frans Maheswara. Baru setelah itu, dia diperbolehkan untuk mengecek CCTV.
Saat mengecek video CCTV, Stella dapat melihat Saga berjalan dengan terhuyung-huyung keluar dari aula, dan kemudian memasuki sebuah koridor. Seorang pria terlihat mengikuti di belakangnya.
Video ini adalah rekaman CCTV setengah jam yang lalu yang membuat Stella tidak tahu apakah sudah terlambat baginya. Jika sesuatu terjadi pada Saga, maka ...
Memikirkan itu, dia menjadi lebih panik dan tubuhnya gemetar.
Setelah itu, dia segera pergi dari ruangan CCTV dan menarik Saga di seluruh gedung. Dia juga tidak mengetahui dimana keberadaan Saga, jadi Stella mencarinya satu-demi satu ruangan dalam gedung.
Saat sampai di lantai 15, dia akhirnya menemukan Saga.
"Saga, kau baik-baik saja?" Stella segera berlari ke arah pria yang tergeletak lemah itu dan membantunya berdiri.
Tubuhnya sangat lemas, bahkan Stella membutuhkan banyak tenaga untuk mengangkat Saga. Pria itu menyandarkan tubuh lemasnya padanya.
Stella yang menyadari itu menjadi takut sesuatu akan terjadi pada Saga.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
"Aku baik-baik saja" Kata Saga lemah.
Mendengar ini, Stella menghela napas lega dan berujar, "Aku akan menelepon polisi sekarang ..."
"Jangan ..." Saga segera menghentikan Stella untuk menelepon polisi, kemudian melanjutkan "Aku tidak ingin polisi tahu dan membuat masalahnya menjadi lebih besar. Tidak ada orang lain yang tahu, kecuali dirimu."
Stella memandangnya dengan ekspresi bingung dan bertanya, "Kenapa?"
Tadi, dirinya memang tidak berani menelepon polisi karena takut masalahnya akan semakin membesar dan takut Saga akan terkena masalah. Namun, sekarang, saat Saga menyuruhnya untuk tidak menelepon polisi, Stella menjadi lega dan tahu bahwa pria itu kini aman.
"Aku tidak bisa membiarkan orang lain tahu bahwa aku telah dicelakai orang lain, jika tidak, aku pasti akan menjadi bahan tertawaan seluruh kota." Saga menghela napas lega dan berkata lagi, "Kau bawalah aku keluar dari hotel dulu. Hati-hati. Banyak yang mencariku saat ini. "
Saat alasannya itu, Stella tidak bisa berkata-kata. Meskipun dia merasa heran saat pria itu masih bisa arogan saat kondisinya seperti ini, dia tetap menurut dan tidak menelepon polisi.
"Oke, aku tidak akan menelepon polisi" ujar Stella, kemudian berjalan sambil memapah Saga.
Saat melewati beberapa ruangan, dia berhati-hati saat mereka hampir terlihat oleh orang-orang yang mencari Saga. Namun karena arahan Saga, mereka berhasil menghindarinya.
Pada akhirnya, keduanya berhasil tiba di basement.
Saga menyerahkan kunci mobil kepada Stella dan bertanya, "Kau bisa menyetir?"
"Ya…" Stella mengambil kunci mobil dari tangannya, dan setelah memasukkan Saga ke dalam mobil, dia segera menyalakan mobilnya dan pergi dari situ.
Setelah kedua orang itu meninggalkan hotel dengan lancar, Stella menghela napas lega. Saat kembali teringat dengan kondisi Saga, menoleh ke sebelahnya dan melihat wajah pria itu yang sudah memerah, juga menahan sakit.
"Saga, kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir, dan kembali fokus melihat ke arah depan.
Sedangkan, Saga dapat merasakan seluruh tubuhnya menjadi sangat panas.
Dia tahu bahwa dia telah diberi obat perangsang tadi, dan sedari tadi menahan hasratnya dan saat bersama dengan Stella, gairahnya kembali meningkat.
Bagaimanapun, Saga adalah pria normal dan tertarik dengan Stella. Juga, menurutnya wanita itu tidak lama lagi akan menjadi miliknya.
Oleh karena itu, dia segera berkata, "Berhenti ... "
Stella mengira sesuatu telah terjadi pada Saga dan memberhentikannya di pinggir jalan.
"Kenapa? Kau terlihat tidak baik-baiknya saja" ujar Stella saat melihat wajah Saga sudah memerah, bahkan matanya juga merah. Dia menjadi sedikit cemas, mengira pria itu demam, jadi dia mengulurkan tangannya dan saat akan menyentuh dahinya, tangannya digenggam oleh Saga dan pria itu menariknya dan mendudukkannya ke dalam pangkuan.
Stella terkejut dengan perlakukan Saga tiba-tiba.
"Hei, kau ..." Saat Stella baru saja berbicara, Saga mencium bibirnya.