"Ayah, jangan ..." Stella takut Frans akan benar-benar menelepon dan memarahi Saga, jadi dia hanya bisa berkata padanya, "Aku ingin bekerja karena bosan di rumah. Aku tidak punya uang, dan Ayah, aku telah berbicara dengan Saga untuk bercerai. Jadi, masalah ini bukan salahnya, ini masalahku, jadi jangan memarahinya, ya."
Mendengar ini, Frans mengerutkan kening dan berkata dengan marah, "Bercerai? Dera, kenapa tiba-tiba? Kenapa tidak mengatakannya padaku dulu? Aku sudah berjanji pada ibumu akan menjagamu dengan baik, dan kau tetap putriku, tidak ada yang berubah. Jika kau ingin bekerja, aku tidak keberatan, tetapi pernikahan bukanlah hal yang sepele, Dera. Kenapa kalian bisa semudah itu bercerai? Jika Saga tidak memperlakukanmu dengan baik, kau bisa mengatakannya padaku, dan aku menegurnya."
"Aku ... " Stella menggigit bawah bibirnya, tidak tahu harus berkata apa karena dia dan Saga sudah terlanjur menandatangani surat perceraian dan sudah menganggap pria itu mantan suaminya.
Dia menghembuskan napasnya, dan tidak punya pilihan selain berkata, "Ayah, aku akan berbicara baik-baik dengannya. Aku akan menyelesaikan masalah di antara kita berdua, jadi jangan khawatir!"
"Baiklah. Aku percaya padamu" ujar Frans mengalah, kemudian kembali berkata, "Ayo kita kembali ke rumah kalian hari ini. Aku akan menelepon Saga, dan kita akan makan bersama"
Saat mengendengar ini, Stella menjadi gugup. Dirinya berencana menghindari Saga, tapi Frans malah mendekatkan mereka lagi. Jadi, dia segera membalas, "Ayah, aku kerja lembur tadi malam dan benar-benar kelelahan saat ini. Bolehkah aku beristirahat hari ini? Aku akan menemanimu lain kali, ya?"
Frans yang ingin menolak, saat melihat ekspresi lelah di wajah Stella, menjadi tidak tega.
"Baiklah. Kalau begitu, besok hari Minggu, kau harus makan malam denganku" ujarnya.
"Iya, Ayah" Mau tidak mau Stella harus setuju.
Setelah Stella membuat janji dengan Frans, dia menolak permintaan Frans untuk mengantarnya pulang, dan saat melihat mobil Frans yang pergi menjauh, Stella menghembuskan napasnya.
Saat akan pergi, tiba-tiba sebuah mobil ferrari merah berhenti di sampingnya.
Stella terkejut dan melihat orang yang ada di dalam mobil itu. Setelah itu, pintu mobil terbuka perlahan, dan pria di dalam turun dari mobilnya.
Pria itu tinggi dan ramping, dengan bahu yang lebar. Dia sebanding dengan model pria top dunia dengan wajahnya yang tampan seperti idol-idol lainnya. Kedua matanya hitam pekat dan pria itu tengah menyeringai padanya.
Sungguh, di depannya ini adalah sosok pria yang sempurna.
Namun, saat menyadari identitas pria itu, Stella kembali terkejut.
Saga! batinnya.
"Kau kenapa?" tanya Saga saat sudah berada di sebelahnya dan Stella tiba-tiba menoleh untuk melihat ke arah dimana Frans pergi tadi, dan berharap pria itu tidak melihatnya bersama Frans tadi.
Saga yang melihat sikap aneh Stella kembali bertanya, "Apa yang kau lihat?"
"Tidak…" Stella segera maju dan berdiri di depan Saga, karena dia tidak ingin Saga melihat Frans yang baru saja pergi dan takut jika pria itu melihatnya.
Identitas Stella, sebagai mantan istrinya, tidak boleh diketahui oleh Saga, jika tidak, Stella pasti akan mendapatkan masalah.
Namun, karena badan Saga yang lebih tinggi dari Stella, dia tetap bisa melihat mobil Frans di depan yang pergi menjauh.
"Mobil itu..."
Saga menyipitkan matanya, melihat ke mobil di depannya, dan sekilas mengenalinya. Dia juga berpikir jika mobil itu adalah mobil yang biasa digunakan ayahnya.
Tapi, bagaimana orang tua itu bisa berada di dekat sini? batin Saga yang heran melihat Frans, ayahnya, berada di sekitar perusahaan Antares Corp.
Sedangkan, Stella yang melihat Saga masih memandang mobil Frans, dia dengan gugup berkata dengan gugup, "Pak Saga, jika tidak ada yang ingin Anda bicarakan dengan saya, saya pergi dulu." Setelah berbicara, saat Stella akan pergi, satu tangannya sudah digenggam Saga yang membuatnya menoleh.
"Mau kemana? Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja, hm?" ujar Saga di belakangnya.
"Apa yang Bapak lakukan? Tolong, biarkan saya pergi ..." ujar Stella saat merasakan tangannya digenggam dengan lebih erat.
Sedangkan Saga, tidak menghiraukan tentang keberadaan mobil ayahnya lagi saat wanita itu akan berjalan pergi.
Dia segera menarik dengan kuat tangan Stella saat wanita itu berusaha melepaskan tangannya, kemudian memeluk tubuhnya, lalu berkata dengan nada penuh penekanan, "Sayang, aku memperingatkanmu. Lebih baik kau menjauh dari Satria, jika tidak aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan padamu nanti."
Tubuh Stella menegang setelah mendengar peringatan Saga.
"Pak Saga, apa yang ingin Anda lakukan pada saya?" Stella mendongak dan menatap Saga dengan ekspresi tidak suka.
Stella sudah memutuskan untuk melepaskan Saga, tapi dia bingung saat pria itu menginginkannya seperti ini.
Kau tidak mengerti maksud perkataanku tadi malam padamu?" Saba balik menatap Stella dengan lekat-lekat dan berkata, "Aku sangat tertarik padamu. Jadilah wanitaku!"
"K-kau … " Stella marah saat mendengar ucapannya barusa.
"Sudah saya bilang. Saya tidak mau!!" seru Stella dengan marah karena dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Saga lagi.
"Hm, kau sangat keras kepala. Aku paling suka sebuah tantangan. Tidak ada wanita di dunia ini yang tidak bisa ditaklukkan olehku, Saga" ujarnya dengan sombong.
"Pak Saga, Anda jangan terlalu sombong begitu. Tidak semua wanita bisa ditaklukan oleh Anda" kata Stella kesal.
Stella berpikir bagaimana bisa pria itu tertarik padanya saat ini. Bahkan, selama tiga tahun pernikahan mereka, Saga tidak pernah memandangnya sama sekali, dan kini pria itu sepertinya lupa dengan hubungan mereka berdua.
"Kau ..." Saat Saga ingin mengatakan sesuatu, ponselnya berdering.
Saga segera mengeluarkan ponselnya dari saku, kemudian melihat nama si penelepon yang ternyata adalah Frans, ayahnya.
Saat melihat Saga yang lebih fokus dengan ponselnya, Stella segera mengambil kesempatan ini untuk menghentikan sebuah taxi yang lewat dan melarikan diri dari pelukan Saga.
Sedangkan Saga, saat menyaksikan kepergian Stella, menyeringai.
Baiklah, wanita itu benar-benar berhasil membuatku sangat tertarik untuk melakukannya!
Tidak ada wanita di dunia ini yang tidak bisa ditaklukkan olehku, Saga!
Aku harus mendapatkannya! batin Saga.
Saga kemudian menjawab teleponnya, dan langsung mendengar seruan maraha Frans padanya, "Saga! Apa yang kau lakukan pada Dera, hingga membuatnya marah, hah?! Saat aku menemuinya tadi, dia benar-benar ingin bercerai? Kau harus segera meminta maaf padanya dan membujuknya kembali. Intinya, kalian tidak boleh bercerai, mengerti?!"
Di sisi lain, Frans telah berjanji kepada Stella untuk tidak memarahi Saga, tetapi dia tidak bisa bersabar melihat kelakuan putranya sendiri yang membuat isterinya sendiri ingin bercerai darinya.
Jika Saga berani melepaskan istri sebaik Dera, dia pasti akan membunuh bocah itu.
Sedangkan, ketika Saga mendengar kata-kata ini dari Frans, ekspresinya tiba-tiba berubah.
Dia berpikir ini adalah satu satu rencana Dera dengan mengadukannya pada ayahnya. Kemudian, meminta ayahnya untuk Saga meminta maaf pada Dera dan kembali pada wanita itu.
Wanita jalang ini benar-benar menjijikkan, batinnya kesal.
"Aku tidak akan pergi meminta maaf padanya. Dia sendiri yang ingin bercerai, jadi aku hanya menuruti permintaannya" kata Saga.
"Saga, kau sudah dewasa. kau bahkan tidak mau mendengarkan ayahmu, kan? Jika kau tidak ingin membuatku kesal, pergilah dan bujuk Dera" ujar Ayah Saga, kemudian melanjutkan, "Hari Minggu besok, aku sudah meminta Dera untuk makan malam di rumah. Kau juga harus datang. Manfaatkan kesempatan ini untuk membujuk Dera agar dia tidak marah lagi padamu."
Setelah selesai berbicara, ayahnya langsung menutup telepon.
Ekspresi Saga marah. Dia mencengkram ponsel di tangannya dan ingin sekali membanting benda canggih itu.
Namun, dia tiba-tiba teringat sesuatu bahwa ayahnya tadi berkata baru saja bertemu dengan Dera, dan Saga tadi juga melihat mobil ayahnya.
Mungkinkah pelacur itu bekerja di sekitar sini? batinnya.
Memikirkan hal ini, Saga tiba-tiba berdecak kesal, kemudian menelepon asistennya, Dirga.
"Bantu aku mencari tahu di perusahaan mana Dera bekerja" ujarnya langsung saat teleponnya diangkat.
"Baik, saya akan segera memeriksanya" balas Dirga.
Saga segera menutup teleponnya kembali.
"Dera, kau ingin bermain-main denganku, rupanya!" kata Saga dengan marah.
Dia tidak mencintai wanita itu sejak awal. Ayahnyalah yang berpura-pura sakit dan memaksanya agar Saga menikahi Stella. Setelah menikah, Saga menghiraukan istrinya, dan tidak ingin berurusan dengan wanita itu.
Sekarang, Dera sudah membuatnya sangat marah. Jadi, dia tidak akan membiarkan wanita itu kali ini.