"Jika kau tidak menyakiti orang yang ku sayangi, maka kau temanku. Siapapun kau.."
Yoon Mi tampak serius membaca salah satu dokumen yang menupuk di atas mejanya sampai seseorang mengetuk pintu ruangannya "masuklah" katanya tanpa memalingkan matanya dari dokumen yang dibacanya. Pengawalnya masuk dan menundukkan kepalnya memberi hormat pada Yoon Mi lalu menumpukkan lagi beberapa dokumen, Yoon Mi menghembuskan nafas berat mendengar suara tumpukan dokumen baru yang ia dengar
"nona, ada yang bisa saya lakukan untukmu?" tanya pengawal itu sopan
"bisakah kau cari tahu perkembangan proses pencarian Cha Ga Eun, temui tuan Han Bin dan tanyakan perkembangannya" jawab Yoon Mi. Pengawal itu mengangguk mengerti dan membuka mulutnya sopan "nona.. apa saya boleh bertanya sesuatu?"
"tanyakanlah" jawab Yoon Mi mengalihkan pandangannya menatap pengawalnya
"mengenai putri tuan Han Bin, sampai kapan nona menyembunyikannya? Jeoseung saja lain.. mulai mencurigainya" sahut pengawal itu sopan. Yoon Mi tampak berfikir sejenak dan menjawab "akan ku urus hal itu sendiri"
"apa ada lagi yang bisa ku lakukan untukmu nona?" tanyanya sopan
"cari tahu siapa yang berusaha memburu Han Se Sang dan apa tujuannya" jawab Yoon Mi serius, "baik nona" jawab pengawalnya dan menunduk sopan meninggalkan ruangan.
Tak lama, seseorang kembali mengetuk pintu ruangan Yoon Mi, gerakan tangannya terhenti dan ia memutar mata dari dokumen di hadapannya. Ekspresinya pun berubah serius mempersilahkan seseorang itu masuk. Senyum kecil tersungging di ujung bibir Yoon Mi, seakan ia sudah menantikan kedatangan sosok pria di hadapannya, ia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati pria yang masuk ke dalam ruangannya itu. Pria itu memamerkan senyum licik di bibirnya sambil melemparkan pandangan sinis pada Yoon Mi mengamatinya dari ujung kepala ke ujung kaki.
Yoon Mi membungkukkan badannya sopan "apa yang bisa kubantu tuan In Pyo?" tanya Yoon Mi santai
In Pyo hanya tertawa kecil lalu duduk di kursi depan meja Yoon Mi, sambil menghembuskan nafas kecilnya, ia mengeluarkan amplop putih dari saku jas hitamnya "aku yakin kau akan tertarik melihat ini" timpalnya sambil melirik ke arah wanita di hadapannya licik. Yoon Mi tampak penasaran dengan amplop di tangan In Pyo itu, ia melipat tangannya di depan dada "aku yakin tuan tidak memberikan informasi ini secara cuma - cuma" ungkapnya terang - terangan. Tawa In Pyo pecah mendangar perkataan terus terang Yoon Mi, ia melempar amplop itu ke atas meja lalu berdiri mendekati Yoon Mi
"kau akan datang padaku suatu saat nanti" bisiknya menekan licik lalu pergi meninggalkan ruangan dengan senyum puas.
000
Jae Hoon tampak berdiri mematung menatap wanita berambut hitam panjang dari cermin besar yang pergantung di dinding. Ia mengepalkan tangannya melihat wanita itu tersenyum cerah sambil melakukan pekerjaannya. Jae Hoon memejamkan matanya dan semakin erat mengepalkan tangannya, ia tidak sanggup menahan beban di hatinya, ia sangat ingin segera berlari dan memeluk wanita yang hanya bisa di lihatnya dari cermin itu.
Suara ketukan pintu pun membuyarkan pikirannya, Jae Hoon membuka matanya cepat lalu menoleh ke arah pintu tanpa mengatakan apapun
"tuan, waktunya makan malam" sahut Ryung Joon.
Jae Hoon menghembuskan nafas kecil dari mulutnya, ia kembali menatap ke arah cermin besar di hadapannya sejenak, lalu menggerakkan satu tangan menarik kain menutupi cemin itu. Ia kembali menoleh ke arah pintu "baiklah" jawabnya singkat lalu melangkahkan kakinya meninggalkan cermin itu.
000
Aku berjalan menyusuri gang sepi di kompleks rumahku santai sambil mengayun - ayun kecil keresek berisi cemilan di tangan kiriku. Mataku sibuk menatap ponsel di tangan kananku, sampai layar ponselku berubah di ikuti getaran panjang, aku mengedipkan mataku beberapa kali melihat nama yang tertera di layar poselku 'mwoya..' kataku penasaran dalam hati. Aku mengigit bibir bawahku sambil terus menatap layar ponselku lurus - lurus. Aku menggerakkan jariku perlahan menerima panggilan itu, lalu menempelkan ponselku ketelinga
"oh.. Han Se Sang" bukaku canggung
"apa kau sibuk?" tanyanya santai.
Senyum kecil tersungging perlahan di bibirku, aku menghembuskan nafas kecil lalu menggeleng "tidak, aku tidak sibuk" jawabku. Aku kembali melanjutkan langkahku sambil mendengarkan suara Se Sang dari seberang telfon, tanpa ku sadari, Se Sang tengah berjalan tak jauh di belakangku sambil menatapku dengan senyum cerah terlihat di wajahnya.
"Apa yang kau lakukan seharian ini?" tanyanya santai
"seperti biasanya, tidur.. makan.. bekerja.. tidak ada yang spesial" jawabku cuek "suaramu terdengar lelah, apa pekerjaanmu sangat berat?"
aku menggeleng cepat "mm.. tidak.. tidak.." bantahku, aku menghela nafas dalam sejenak "entahlah, aku hanya.. bisa dibilang bimbang" lanjutku
"aku tidak tahu apa yang kau alami saat ini, tapi aku pernah mengalami apa yang kau alami" sahutnya
"jinjja?" tanyaku. Se Sang mengangguk kecil "mm.. jinjja" jawabnya.
Tanpa kusadari aku sudah sampai di depan rumahku, aku terdiam mendongak menatap kosong ke arah rumahku, tanpa sengaja nafas berat keluar begitu saja dari mulutku. Melihat ekspresiku dan suara nafasku, membuat ekspresi Se Sang berubah, sorot matanya menjadi sayu dan ia membuka mulutnya
"gwaenchanha?"
aku tersadar dari pikiranku dan mengangguk kecil "mm.." gumamku.
Aku mengambil langkah kecil dan berlutut di depan pagar rumahku menghadap ke arah jalan yang sepi. Dengan gerak cepat, Se Sang langsung menepi menyembunyikan dirinya di balik semak yang tak jauh dariku. Aku menopangkan daguku di atas lutut lesu
"Han Se Sang" panggilku
"wae?"
"apa aku salah jika aku berbeda?" tanyaku datar.
Terdengar suara dehaman dari seberang telfon, di sambung dengan suara hembusan nafas panjang setelahnya. Se Sang terdiam sejenak "ani.." bukanya, alisku berkerut kecil mendengar jawabannya itu, namun aku terus diam menunggunya menyelesaikan perkataanya. Se Sang kembali berdeham kecil sejenak
"jika kau berbeda, itu tidak masalah, karena itu adalah dirimu, tugas orang lain adalah menerimamu apa adanya.." jawabnya terhenti, mendengar perkataanya barusan, senyum kecil tersungging di bibirku, perasaanku pun menjadi lebih ringan. Aku memeluk kakiku lebih erat sambil terus diam
"karena mereka tidak tahu apa yang telah kau lewati" lanjutnya terdengar gagah.
Mendengar perkataan terakhir Se Sang, hatiku terasa sangat ringan dalam sekejap, beban yang ku tanggung seolah hilang dan rasa nyaman menyelimuti seluruh pikiranku. Seyum lebar tersungging jelas di bibirku, aku kembali berdiri dan menghembuskan nafas lega dari mulutku
"Han Se Sang" panggilku manis
"hmm.."
"gomawo" ucapku tulus dengan senyum cerah.
Senyum kecil perlahan tersungging di ujung bibir Se Sang mendengar ucapan terima kasihku barusan, ia menggerakkan tubuhnya, mengintipku yang sedang tersenyum cerah dari balik semak - semak. Senyumnya semakin melebar melihat senyum cerahku, ia menghebuskan nafas lega "tidurlah" aku mengangguk cepat "terima kasih sudah berjalan bersamaku" sahutku berdiri sambil melambaikan tangan ke arah semak - semak tempat Se Sang bersembunyi.
Tawa Se Sang pecah begitu saja, ia keluar dari persembunyiannya dan mengangkat tangannya melambai canggung ke arahku. Aku menurunkan tanganku "pulanglah" sahutku santai, Se Sang terlihat menggaruk belakang kepalanya malu "baiklah" jawabnya singkat. Aku kembali tersenyum lebar "hati - hati" timpalku lalu menggerakkan tanganku hendak mematikan sambungan telfonnya, namun gerakanku terhenti mendengar suara Se Sang memanggilku dari telfon
"wae?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alis
"jal ja" sahutnya mulus dan langsung mematikan sambungan telfonnya.
Se Sang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket, lalu membalikkan badannya meninggalkan rumahku.
000
Se Sang menghentikan langkahnya lalu menoleh kecil ke arah pohon yang tak jauh dari belakangnya, tiba - tiba sosok hitam langsung keluar cepat dari balik pohon dan membekapnya kuat. Tak lama Se Sang sudah berada taman bermain kecil dan tidak ada seorangpun disana, kecuali dirinya dan pria berjubah hitam yang menculiknya tadi. Ia terus menatap sosok di hadapannya penuh curiga (suasananya langsung berubah aneh), sampai sosok itu melangkahkan kakinya hingga tubuhnya terlihat cahaya lampu dan membuka penutup kepalanya. Mata Se Sang melebar melihat wajah yang di kenalnya berada di balik penutup kepala itu, ia menyipitkan matanya dan membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, namun suaranya terhenti oleh gerakan cepat pria di hadapannya itu. Pria itu mengeluarkan pisau kecil dari kantong belakang celananya, ia bergerak cepat ke arah Se Sang dan menancapkan pisau itu ke tanah tempat bayangan Se Sang terpantul. Pria itu menatap diam ke tanah sejenak, sampai tiba - tiba asap kecil muncul dari bayangan Se Sang yang tertusuk pisau itu. Setelah asap itu lenyap, pria yang sejak tadi berlutut itu berdiri memasukan kembali pisaunya ke dalam saku dan menoleh santai ke arah Se Sang. Mereka hanya saling menatap sampai Se Sang kembali membuka pembicaraan
"kau adalah oppa itu kan? Oppa yang Sa Rang kenal"
"Han Ryung Joon" jawab Ryung Joon santai sambil mengulurkan tangannya ke arah Se Sang.
Se Sang menatap tangan itu sejenak, ia mengulurkan tangannya ragu menjabat tangan Ryung Joon "Han Se Sang" sebutnya datar. Ketika tangan mereka berjabat, mata Se Sang langsung melebar seketika, dan ia langsung langsung menatap Ryung Joon curiga dengan mata menyipit. Melihat reaksi Se Sang itu, Ryung Joon tersenyum kecil dan mengangkat kedua tangannya "tunggu.. tunggu.. aku tidak jahat" ungkapnya membela dirinya sendiri. Se Sang berdeham kecil menyadari bahwa rasa curiganya itu di ketahui oleh pria di hadapannya itu, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket, dan menatap pria di hadapannya itu lurus - lurus (sebenarnya dia takut). Banyak pertanyaan bermunculan dalam otak Se Sang, namun tidak ada satupun yang berani ia keluarkan karena rasa waspada dalam hatinya pada orang yang bisa di bilang 'asing' baginya ini.
Se Sang menoleh dan menatap ke tanah, ia menghembuskan nafas kecil lalu mengeluarkan satu tangannya dari saku, menujuk ke arah bayangannya yang terpantul di tanah. Ryung Joon yang melihat sikapnya itu mengikuti arah jari Se Sang, ekspresinya berubah bingung dan ia kembali melirik Se Sang menunggunya mengatakan sesuatu
"apa itu barusan?" tanya Se Sang canggung
Ryung Joon menaikkan sebelah alisnya "ya bisa dibilamg 'seseorang' memata - mataimu.." jawabnya santai sambil menekan kata seseorang.
Se Sang mengangguk kecil paham maksud Ryung Joon dengan kata 'seseorang' itu. Mata Se Sang kembali menajam dan kali ini maksud dari tatapan itu adalah Ryung Joon, "kau sendiri, apa maumu?" tanyanya menuduh curiga. Ryung Joon memutar matanya canggung sambil mengangkat kedua tangannya ke udara
"aku tidak seperti yang kau pikirkan, aku pastikan aku tidak akan menyakiti siapapun" jelasnya membela diri atas tuduhan Se Sang.
Kening Se Sang semakin berkerut curiga, semakin banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya. Ia hanya terdiam kaku menunggu Ryung Joon menjelaskan siapa dirinya dengan sendirinya. Ryung Joon menghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil memutar matanya, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "apa yang ingin kau ketahui dariku? Aku akan menjalaskannya sejelas mungkin" tawarnya pasrah melihat sikap Se Sang yang sangat waspada terhadapnya. Se Sang menatapnya lurus - lurus, sorot matanya semakin menajam "apa tujuanmu mendekati Han Sa Rang?" tanyanya serius. Ryung Joon tercengang mendengar pertanyaan yang baru saja di lontarkan Se Sang padanya, ia tidak menyangka pertanyaan itu yang di keluarkan Se Sang padanya, dalam benaknya pertanyaan yang akan di tujukan padanya seperti 'makhhluk apa dirimu? Dari mana asalmu? Atau siapa yang mengutusmu?' Tawa kecil Ryung Joon pecah begitu saja dalam sejenak, detik itu juga ia mengtahui bahwa Se Sang menyimpan rasa yang berbeda padaku, ia melirik Se Sang geli sambil menggeleng heran. Se Sang yang melihat rekasi itu semakin mengerutkan dahinya
"apa ada yang salah?" tanyanya sedikit kesal
"aniyo" jawab Ryung Joon di sela tawanya sambil menggeleng.
Se Sang menaikkan sebelah alisnya menunggu penjelasan Ryung Joon, Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya santai "aku akan menganggapmu kawan selama kau menjamin kau tidak akan menyaiti Han Sa Rang" ungkapnya yakin. Sorot mata Ryung Joon berubah serius dan tawa yang keluar dari mulutnya langsung hilang dalam satu kedipan mata, ia menunduk sopan pada Se Sang "aku tidak akan menyakiti orang yang berharga bagimu" jawabnya tegas.
"Kalau begitu aku menerima, siapapun dirimu."
***