"Satu hari bahagia akan tetap terasa menyedihkan jika kau mengetahui bahwa akhir akan segera datang menghampirimu"
Aku berjalan canggung sambil mengigit kecil bibir bawahku, sudah hampir setengah perjalanan kami lalui namun suasana di antara kami semakin terasa canggung. Aku menggerakkan tanganku kecil hendak meraih tangan Se Sang di sampingku, namun aku menahan diri dan mengepalkan tanganku erat. Aku sesekali melirik Se Sang yang juga diam - diam merlirikku, Se Sang pun berdeham kecil lalu menggerakkan tangannya cepat menyelipkan jarinya ke sela - sela jariku. Ia menggengam tanganku erat sambil melihat ke arah lain berusaha tetap terlihat keren, melihat tingkah lucunya itu membuat tawa kecilku pecah. Aku menutup mulutku menahan tawa membuat Se Sang menoleh kecil
"wae?" tanyanya bingung,
aku terus menahan tawaku sambil menggeleng kecil tidak memberikan jawaban apapun.
Kami terus berjalan bergandengan hingga tak terasa kami sudah tak jauh dari rumahku, langkah Se Sang terhenti kaget "apa terjadi sesuatu?" tanya Se Sang penasaran. Aku pun menghentikan langkahku menoleh mengikuti arah pandang Se Sang, mataku langsung melebar kaget melihat mobil ambulance telah berjalan pergi dari rumahku, beberapa tetangga pun bergerombol cemas sambil berbisik satu sama lain. Aku melepaskan tangan Se Sang, melangkahkan kakiku lebih cepat mengejar mobil ambulance yang berjalan pergi dari rumahku, namun langkahku terhenti. Aku menoleh kepada gerombolan tetangga yang masih memenuhi depan rumahku
"ahjumma apa terjadi sesuatu?" tanyaku panik,
ahjumma itu menoleh menatapku lalu menepuk kecil lenganku "aigoo.. dari mana saja kau, Ren pingsan dan sekarang ia dibawa ke rumah sakit" jelasnya cepat.
Mataku melebar kaget mendengar penjelasan ahjumma itu "pingsan?" ulangku kaget. Se Sang yang mengikutiku sejak tadi menarik tanganku "ayo kita susul" ajaknya lalu melangkahkan kakinya cepat.
Kami berlari panik menyusuri ruang gawat darurat, aku terus menoleh memperhatikan setiap bilik yang kami lewati berusha menemukan Ren disana. Tiba - tiba seorang perawat menepuk pundakku "nona, seharusnya kau berbaring di tempat tidurmu" sahutnya sopan, aku dan Se Sang menoleh bersamaan menatap perawat itu bingung. Aku yang mengerti bahwa perawat itu menyangka aku adalah Ren menghembuskan nafas kecil
"bisakah perawat memberi tahu dimana saudara kembar saya?" mintaku sopan,
mendengarku mengatakan saudara kembar perawat itu membuka mulutnya kecil terkejut, ia menundukkan kepalanya sopan "joesonghabnida, saya tidak tahu, silahkan ke arah sini" timpalnya lalu menunjukkan arah dimana bilik Ren. Aku meninggukkan kepalaku dari balik gorden mendapati Ren sedang duduk memeluk kakinya dengan infus menancap di tangan kirinya. Ren pun mengangkat pandangannya menyadari kedatanganku "ohh.. Sa Rang -ie" panggilnya lega, namun ia langsung menoleh panik ke belakangku mencari sesuatu. Ren Kembali mendongak menatapku "kau sendirian? Eomma dan appa?" tanyanya cemas (dia takut eomma akan memarahinya atau menggurungnya dirumah berhari - hari), aku tersenyum sambil menepuk kecil pundaknya
"aku sendirian.." sahutku terhenti, aku memiringkan kepalaku canggung "tapi tidak sepenuhnya sendirian.." lanjutku.
Ren kembali menoleh ke belakangku mencari tahu dengan siapa aku datang, ia pun turun dari tempat tidurnya berjalan cepat menarik cepat tirai yang menutupi biliknya. Matanya melebar kaget melihat Se Sang sedang berdiri santai dengan kedua tangan di dalam saku, Ren membuat matanya canggung lalu pun menutup tirai itu cepat mengabaikan Se Sang (Ren salah tingkah..) langsung menoleh cepat menatapku (introgasi pun dimulai)
"hey.. apa kalian..?" tanyanya hati - hati.
Aku memutar mataku menghindari tatapan Ren "kami kenapa?" balasku kembali bertanya
"kenapa apanya? Kalian sudah jelas - jelas terlihat seperti pasangan yang sedang berkencan.." omelnya,
"kau sudah tahu jawabannya kenapa kau bertanya?" sahutku cepat.
Ren membuka mulutnya hendak mengomel namun suaranya tertahan oleh tirai yang tiba - tiba terbuka, aku dan Ren bersamaan menoleh ke arah tirai kaget. Keningku langsung berkerut kecil "Ryung Joon oppa.." panggilku sambil menunjuknya bingung. Aku memiringkan kepalaku lalu kembali menoleh ke arah Ren, menaikkan alisku dengan dugaan - dugaan aneh dalam kepalaku. Ren langsung menaikkan alisnya melihat ekspresi curigaku itu, ia melambaikan tangannya cepat
"igo aniya.." bantahnya
aku kembali menoleh ke arah Ryung Joon namun Ren tetap memantah "jinjjaya.." sahutnya.
Se Sang berjalan santai mendekati Ryung Joon lalu menepuk pundaknya "bisa kita bicara sembentar" sahutnya sopan. Ryung Joon menoleh kecil dan tersenyum miring "baiklah" jawabnya singkat, mataku semakin menyipit curiga
"apa kalian berdua saling mengenal?" tanyaku
Se Sang tersenyum kecil "hmm.." gumamnya, ia merangkul pundak Ryung Joon "kita bertemu di depan rumahmu waktu itu, aku pikir ada baiknya jika mengenal baik salah satu tetanggamu" jelasnya santai.
Bodohnya aku, aku percaya apa yang Se Sang katakan saat itu. Aku mengangguk kecil menganggap itu alasan yang baik, Se Sang menepuk pundak Ryung Joon sekali lagi lalu pergi keluar ruang gawat darurat. Ryung Joon memberikanku kopi yang di belinya untuk Ren lalu mneinggalkan kami menyusul Se Sang keluar ruang gawat darurat.
000
Suasana langsung berubah dingin saat Se Sang dan Ryung Joon berdiri saling menatap di taman rumah sakit. Sebenarnya Se Sang masih belum sepenuhnya mempercayai Ryung Joon, namun ia tidak ingin memperlihatkannya secara jelas. Se Sang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan membuka mulutnya memulai pembicaraan
"apa yang terjadi?"
"aku belum mengetahuinya secara pasti, tapi aku yakin ini ada hubunganya dengan kau dan Sa Rang" jawab Ryung Joon sopan,
kening Se Sang berkerut kecil berusaha memecahkan teka - teki ini, ia menghembuskan nafas panjang lalu menggeleng kecil tidak menemukan apapun sebagai jawabannya. Ryung Joon teringat akan sesuatu dan membuka mulutnya cepat "benar, aku ingin bertanya ini padamu tapi aku tidak memiliki kesempatan, apa kau mengetahui sesuatu tentang pacar Ren?" tanyanya tiba - tiba, Se Sang menatapnya lurus
"maksudmu Jin Woo?" timpalnya balik bertanya.
Ryung Joon mengangguk kecil dan membuka mulutnya hendak melanjutkan pembicaraan, namun Ren menghentikan pembicaraan mereka "kalian terlihat sangat serius, apa yang kalian bicarakan?" sahut Ren yang datang menghampiri mereka sambil menggandeng tangannku. Se Sang dan Ryung Joon menoleh menatap kami bersamaan sambil tersenyum kecil, Se Sang menggelenggkan kepalanya "tidak ada, apa kau yakin Sae Ren -ssi sudah bisa pulang?" timpalnya mengalihkan pembicaraan. Aku mengangguk sambil tersenyum, melihatku tersenyum Se Sang ikut menyunggingkan senyum tampannya lalu kami berjalan bersama keluar dari rumah sakit. Ryung Joon menghentikan langkahnya di depan mobil biru miliknya lalu menoleh menatap Se Sang
"aku akan mengantar mereka dengan selamat" sahutnya santai.
Se Sang terlihat menggaruk belakang kepalanya canggung, lalu mengangguk kecil sambil mengambil langkah mundur perlahan. Ryung Joon menggigit bibir bawahnya canggung sejenak "apa.." tahannya membuat Se Sang menghentikan langkahnya berharap "apa kau mau ikut mengantar mereka?" tawarnya canggung membuatku dan Ren menoleh kaget menatap Ryung Joon bersamaan.
000
Ren membuka pintu rumah kami cepat lalu mempersilahkan kedua pria itu masuk terlebih dahulu. Berbeda dengan Ryung Joon yang telah sering berkunjung ke rumah kami, Se Sang menoleh ke sekeliling mengamati isi rumah kami yang asing baginya. Ia menoleh menatap Ryung Joon yang menjatuhkan dirinya nyaman ke tas sofa ruang tamu kami seakan - akan ia pemilik rumah ini, tentu saja Se Sang mengerutkan keningnya heran dengan pemandangan itu. Ryung Joon menatap Se Sang bingung
"mwohae? Duduklah.." sahutnya santai
kening Se Sang semakin berkerut dalam melihat pemandangan aneh itu, ia memiringkan kepalanya kecil "apa aku tidak salah lihat?" tanyanya datar. Aku datang dari belakang membawa 2 gelas jus jeruk dari dapur "wae?" tanyaku bingung. Se Sang melipat tanganya di depan dada
"ani.. dia terlihat seperti tuan rumah disini" protesnya dengan nada kesal,
aku tertawa kecil sambil menggeleng lalu menyodorkan satu gelas pada Ryung Joon dan satu lagi pada Se Sang. Ryung Joon berdiri menerima gelas jus dariku santai lalu meminumnya cepat, Se Sang melirikku menuggu jawaban atas protes yang ia teriakkan tadi, aku menaikkan sebelah alisku "Han Se Sang.. apa kau cemburu?" tanyaku blak - blakan. Mendengar pertanyaanku barusan Ryung Joon langsung menyemburkan jus di dalam mulutnya sambil terbatuk keras, di saat yang bersamaan pun aku dan Se Sang menatap Ryung Joon dengan tatapan jijik.
Tiba - tiba seseorang membuka pintu rumahku membuat kami menoleh cepat ke arah pintu bersamaan. Eomma dan appa menatap kami bingung melihat kami menoleh ke arah pintu dengan tatapan kaget, namun mata eomma lebih tertuju pada Se Sang yang asing baginya. Ryung Joo mengikuti arah pandang eomma langsung bertindak cepat, ia berdiri "eomeoni abeoji anyeonghaseyo.." sapanya sambil menunduk sopan pada eomma dan appa. Tentu saja perhatian eomma dan appa langsung teralihkan, mereka tersenyum sambil menyambut Ryung Joon hangat
"ohh.. Ryung Joon -ah, bagaimana kabarmu? Apa ayahmu baik - baik saja? Sudah lama ia tidak datang kemari" tanya eomma.
Ryung Joon tersenyum ramah "aku baik, appa juga baik" jawab Ryung Joon sopan, aku menghembsukan nafas lega melihat Ryung Joon yang tanggap situasi dan menolongku saat itu. Ryung Joon berdeham kecil lalu kembali membuka mulutnya "kalau begitu aku pulang dulu, aku datang untuk mengenalkan sepupuku pada Sa Rang dan Ren.. dia sepupuku Han Se Sang" sahutnya lagi. Se Sang langsung menunduk sopan pada eomma dan appa tanpa mengatakan apapun. Ryung Joon pun mengayunkan tangannya cepat mengajak Se Sang keluar dari rumahku, tentu saja Se Sang langsung bergerak cepat dan mengikuti arahan Ryung Joon. Mereka berdua menunduk sopan pamit kepada eomma dan appa lalu pergi meninggalkan rumah kami cepat.
Se Sang menghembsukan nafas lega setelah menutup pagar rumah kami, ia menoleh ke arah Ryung Joon "aku berhutang padamu" sahutnya santai. Ryung Joon tertawa kecil mendengar perkataan Se Sang barusan, ia menepuk pundak Se Sang "kalau begitu apa kau mau ke rumahku? Aku yakin ada yang senang bertemu denganmu meskipun kau tidak tahu dia siapa" tawarnya. Kening Se Sang berkerut curiga dengan perkataan Ryung Joon barusan, Ryung Joon pun kembali membuka mulutnya "aku sudah mengatakan kau sepupuku, tidak mungkin kau pulang ke rumahmu sendiri sekarang" bujuk Ryung Joon. Se Sang kembali menoleh menatap rumahku ragu, ia pun membalikkan pandangannya kembali pada Ryung Joon "baiklah.." jawabnya yakin.
***