"Berkat hari itu, aku merasakan perasaan itu. Perasaan yang orang sebut kebahagiaan.."
Aku menghentikan langkahku saat aku rasa aku sudah cukup jauh dari Se Sang, nafasku terengah dan aku pun duduk menenagkan diriku di halte bus. Aku terus memikirkan alasan kenapa aku lari darinya (tepatnya aku terus merasa aneh di dekatnya). Aku mengacak – acak rambutku kesal dan menghembuskan nafas berat dari mulutku untuk kesekian kalinya lalu bangkit dari kursi halte, aku terus berjalan pelan meyusuri jalanan sepi kompleks rumah dan mulai merasakan sesuatu yang aneh 'apa ada yang mengikutiku' dugaku dalam hati. Ekspresiku berubah waspada dan aku mencengkram tali tasku erat – erat, sontak aku menoleh ke belakang namun tidak ada siapapun disana, aku kembali berjalan dengan perasaan gelisah dan terus merasakan ada bayangan hitam yang mengikutiku dari belakang, aku menghentikan langkahku dan merasakan sosok itu juga berhenti.
Aku merasakan sosok itu mendekat ke arahku, dan aku segera melepaskan tasku perlahan menggulungkan talinya ketanganku beberapa kali, bersiap untuk menyerangnya sembentar lagi. Aku terus merasa sosok itu berjalan mendekatiku, semakin dekat, semakin dekat, 'saatnya' putusku dalam hati dan menutup mataku membalikkan badanku melayangkan tasku keras ke arahnya. Ia menepis gerakanku cepat seakan memahami apa yang akan ku lakukan dan mencengram bahuku dengan kedua tangannya. Aku memberontak dan mulai berteriak meminta tolong, sosok itu membalikkan badanku cepat dan membekap mulutku
"naya.." bisikknya di telingaku,
aku tersadar mendengar suara familiar itu dan menghentikan jeritanku sambil perlahan membuka mataku. Mataku langsung tertuju pada tangannya yang memelukku, aku pun reflek langsung menarik badanku menjauh darinya dan melihat sosok Ryung Joon yang tertawa kecil melihat tingkahku barusan.
Ia menyunggingkan senyum jahil "kau bagaikan seseorang yang tidak pernah di peluk seorang pria" katanya sambil berjalan melewatiku, aku melihatnya dengan ekspresi tidak percaya sambil menghembuskan nafas kesal dari mulutku. Ryung Joon menoleh dan menatapku lurus – lurus
"apa kau akan diam disana sambil mengutukku dalam hati terus?"
"ini lebih aman dari pada jalan berdampingan denganmu" sahutku kesal.
Mendengar jawabanku Ryung Joon melempar tawa kecil ke arahku dan menjawab "terserah kau saja, jika tidak ada aku mungkin seseorang akan benar – benar menculikmu" timpalnya cuek.
Mendengar perkataannya itu aku menoleh kebelakang dan mulai merasa sedikit takut, aku memutuskan untuk mempercepat langkahku dalam sekejap aku sudah berjalan di sebelah Ryung Joon. Aku meliriknya sekilas dan membuka mulutku memulai pembicaraan
"oppa dari mana malam – malam begini?"
"kau sendiri dari mana? Kau bahkan belum cukup umur" sahutnya,
mendengar jawabannya aku kembali teringat dengan pertemuanku dengan Se Sang dan mengangkat wajahku menatap langit. Ryung Joon menoleh ke arahku dan mengikuti arah pandanganku "kau seperti sedang dalam keraguan besar" katanya dengan nada santai, aku menoleh kaget ke arahnya "bagaimana oppa bisa tahu?" tanyaku akjub. Ia hanya tersenyum dan memasukkan tanganya ke dalam saku melanjutkan langkahnya semakin cepat, aku mengejarnya dan kembali melontarkan pertanyaan bertubi – tubi padanya
"apa oppa pernah mengalaminya? Aniyo.. aniyo.. apa ini bisa diatasi? Ahh.. maksudku apa yang oppa lakukan untuk mengatasinya?" langkahnya berhenti di depan rumahku, dan ia memegang bahuku menariku menghadap ke arahnya.
Senyum tampannya mengembang sambil menatapku lurus "tidurlah dengan tenang" katanya singkat lalu membalikkan badanku ke arah pagar rumahku, melihat rumahku membuatku tersadar bahwa kami sudah sampai, aku menoleh dan melebarkan senyumku
"sampai jumpa oppa" kataku sambil melambai singkat lalu masuk ke dalam rumah.
Setelah aku masuk ke dalam rumah Ryung Joon tampak menoleh ke arah jalan, dan terlihat sosok hitam sedang bersembunyi di balik gang membalikkan badannya pergi dari persembunyiannya.
Sampai di kamar aku menjatuhkan tasku ke lantai dan melemparkan badanku ke atas kasur lemas sambil menghembuskan nafas panjang. Aku mengguling – gulingkan badanku di atas kasur memikirkan apa yang akan aku lakukan selama libur besok. Tiba – tiba Ren membuka pintu kamarku dan masuk dengan gerakan cepat menjatuhkan dirinya di atas kasurku.
Ia menyelipkan tangannya memelukku erat "Han Sa Rangg.." panggilnya dengan nada manja,
aku meronta berusha melepaskan diriku dari pelukannya namun usahaku sia – sia, karena Ren semakin erat memelukku. Aku menggelitik tubuhnya sampai dia melepaskan pelukannya dan aku langsung duduk menyilangkan kakiku diatas kasur, aku menatapnya yang terlentang sambil tertawa kecil dan membuka mulutku "ada apa?" tanyaku tanpa basa - basi. Ren membenarkan posisi tubuhnya dan menjawab "kau mau ikut denganku besok?" aku mememasang ekspresi bingung dan berfikir sejenak
"besok?"
"aku akan pergi bersama Jin Woo oppa" jawabnya santai.
Aku memukul lengannya pelan "hey.. kau akan kencan, kenapa kau mengajakku? Kau mau pamer kalau kau punya pacar sedangkan aku tidak, begitu?" kataku dengan nada kesal,
Ren bangun sambil mengusap – usap lengannya dan menjawab dengan nada kesal yang sama denganku "aku juga kesal saat Jin Woo oppa memintaku mengajakmu" tepisnya tidak mau kalah.
Tawaku pecah mendengar jawabannya, Ren yang melihatku tertawa menatapku dengan tatapan aneh "useo?" tanyanya menekan dengan wajah kesal. Aku berusaha menghentikan tawaku 'dia cemburu pada saudaranya' itu yang ada di pikiranku selama aku menertawakan tingkahnya,
"dia punya alasannya sendiri" jawabku santai
"jadi kau ikut atau tidak?" jawabnya dengan nada semakin kesal.
Tawaku kembali pecah mendengar nadanya itu, namun kali ini tawaku lebih lepas dari sebelumnya, Ren hanya menatapku dengan ekpresi aneh dan memukul lenganku lalu pergi dari kamarku. Aku mengusap lenganku kesakitan dan berteriak "jika kau sangat ingin aku datang katakanlah, tidak perlu memukulku" mendengar teriakanku Ren menyahut dari luar dengan nada kesal "AHH.. MOLLA" setelah teriakannya terdengar suara pintu yang terbanting keras. Aku kembali tertawa melihat tingakhnya dan bangkit dari kasur masuk ke kamar mandi.
000
Aku dan Ren duduk di sebuah cafe menunggu Jin Woo yang masih di perjalanan menemui kami, sementara Ren terus menatap keluar jendela sambil sekali – kali menoleh ke arah pintu masuk. Senyumku mengembang melihat tingkahnya
"kau sangat merindukannya?" tanyaku jahil
"mungkin" jawabnya sambil tersenyum,
"aku iri padamu" jawabku lemas
"kau akan merasakannya saat Han Se Sang menyatakan perasaannya padamu" jawabnya santai dan menyesap kopinya.
Aku melihat Ren lurus – lurus dan membuatnya mengusap pipinya beberapa kali "ada sesuatu diwajahku?" tanyanya, aku menyipitkan mataku dan membuka mulutku
"iya ada sesuatu" jawabku
"apa?? dimana?? sudah hilang?" reaksinya kaget dan mengusap wajahnya lagi,
"wajah seseorang yang sok tahu" jawabku datar dan menyedot milkshakeku jahil.
Ren menunjukkan ekspresi tidak percaya mendengar jawabanku dan kembali menatap keluar jendela, ekspresinya berubah seketika mendapati Jin Woo turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke cafe. Kali ini ekspresinya kembali berubah seperti menyadari sesuatu, aku mulai bingung melihat ekspresinya yang berubah dengan cepat dan berbalik mengikuti arah pandangannya. Mataku melebar seketika melihat sosok yang berjalan bersama Jin Woo, membuatku tersedak milkshake yang ku minumm. Melihatku tersedak Ren berdiri menghampiriku cemas, memukul – mukul punggungku pelan dan memberikanku sapu tangannya
"gwaenchanha?" tanyanya
"ohh.. ohh.. gwaenchanha" jawabku di sela batukku.
Jin Woo yang melihatku tersedak mendekatiku dan bertanya apa aku baik – baik saja, aku hanya tersenyum kecil dan melirik kaku ke arah Se Sang. Aku memalingkan wajahku dari Se Sang yang melihatku dengan ekspresi kaget bercampur bingung seakan – akan berkata 'kenapa dia disini?' padaku. Kami duduk berhadapan tanpa mengatakan apapun sementara Ren dan Jin Woo tampak asik bercanda sambil membicarakan banyak hal. Melihat suasana canggungku dan Se Sang, Ren berusaha mencairkan suasana itu
"Se Sang –ssi, kau suka wahana permainan?" buka Ren,
Se Sang tampak berfikir sejenak dan menjawab dengan nada ragu – ragu "kelihatannya menyenangkan" timpalnya
"Se Sang tidak suka tempat ramai seperti itu" sela Jin Woo menimpali pertanyaan Ren sambil melambaikan tangannya pelan. Ren tampak memahaminya dan mengangguk pelan, Se Sang menatap lurus ke arahku dan Ren bergantian lalu menyahut
"untuk kali ini tidak masalah, kemanapun kalian ingin pergi aku akan mengikutinya" katanya mantap dan yakin. Jin Woo tampak tercengang mendengar perkataan Se Sang dan merangkulnya
"hey, ada apa denganmu? Kau membuatku merinding" bisiknya di telinga Se Sang dan membuatnya tersenyum
"melangkah lebih dekat" bisik Se Sang singkat.
Ren bangkit dari kursinya dan menarik tanganku "kalau begitu ayo kita berangkat"
putusnya, "ak.. aku" kataku ingin menolak untuk ikut, namun Ren mencengram tanganku semakin kuat dan membuatku pasrah dan mengikutinya. Selama perjalanan aku terus menatap pemandangan di luar jendela hanyut dalam lamunanku, sampai akhirnya kami sampai di Lotte World. Aku turun dari mobil dan menarik nafas dalam, Ren datang menggandeng tanganku sambil tersenyum senang
"geuloghae joha?"
"Mm.. nomu.. nomu joha" katanya dengan senyum lebar, aku hanya melihat wajah senang Ren yang sangat jarang kulihat
"nikmatilah, aku tidak tahu kapan kita akan seperti ini lagi" tambah Ren santai.
Aku tersenyum dan mengangguk kecil membenarkan perkataan Ren 'benar juga' kataku dalam hati,
"kita bagaikan pasangan yang sedang double date" kata Jin Woo sambil berjalan ke arahku dan Ren, mendengar itu Ren tertawa terbahak – bahak sambil menunjuk ke arahku. Aku tertawa sambil mengeleng kecil melihat tingkah Ren
"kalau begitu ayo kita lakukan" timpal Se Sang, aku Ren dan Jin Woo sontak menoleh ke arah Se Sang bersamaan setelah mendengar perkataannya itu
"double date"
lanjutnya sambil menarik tanganku ke arahnya membuat gandengan Ren terlepas dari tanganku. Dalam sekejap aku sudah berada di sampingnya dan tanganku juga sudah menggandeng erat tangannya. Aku menoleh dengan ekspresi kaget ke arah Se Sang namun ia hanya tersenyum kecil tanpa melihatku sama sekali, Jin Woo sunbae pun merangkul pundak Ren sambil melihat ke arah Se Sang dan membuka mulutnya
"kau benar - baner membuatku merinding" timpalnya menantang.
Kami masuk ke dalam bersama setelah Jin Woo sunbae membeli tiket, mata Ren tertuju pada toko yang menjual bando – bando dan pernak pernik taman bermain lainnya.
Ren menunjuk toko itu cepat "ayo kita beli itu" putusnya menarik tangan Jin Woo sunbae cepat, kami masuk ke dalam toko itu melihat – lihat sekilas. Mataku tertuju pada gantungan dengan boneka kelinci mengenakan gaun malaikat dengan lingkaran bulu putih di kepalanya, aku tersenyum mengulurkan tanganku mengambil gantungan itu mulai memainkannya. Aku melihat lebel harganya dan membuka mulutku terkejut, lalu meletakkannya kembali ke lemarinya setelah melihat harganya yang mahal. Aku kembali berkeliling toko itu sambil sesekali mencuri pandangan ke arah Se Sang. Tiba – tiba Ren datang menghampiriku dan menarikku ke arah lemari dengan berbagai macam model bando
"apa yang cocok untukmu ya?" kata Ren sambil melihat bando yang terpajang didepannya, "ah.. ini saja" lanjutnya sambil mengambil bando dengan mahkota berwarna pink diatasnya dan memasangkannya ke atas kepalaku
"aawww.. gwiyeowo"
"benarkah?" tanyaku ragu dengan pendapatnya;
"Se Sang –ssi lihatlah" teriak Ren ke arah Se Sang yang sedang membayar sesuatu di meja kasir. Se Sang tersenyum geli melihatku dan tidak berkomentar apapun, ekspresiku berubah datar dan aku langsung memalingkan pandanganku cepat darinya
"apa yang kau beli?" teriakku dengan wajah datar
"yang pasti bukan untukmu" jawabnya singkat.
Aku menghembuskan nafas kesal dari mulutku dan melirik sinis kearahnya, aku melihat Ren dan Jin Woo yang sangat romantis itu membuatku merasa sedikit iri. Kami keluar dari toko setelah membeli bando kami masing – masing, milikku mahkota pink, milik Ren dan Jin Woo sunbae kembar telinga kucing dengan lorek hitam putih. Jin Woo sunbae mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya dan memasangkannya ke atas kepala Se Sang yang membuatku melepaskan tertawa geli begitu saja
"mwoya.." kata Se Sang melepaskan benda itu dan melihat bando dengan mahkota berwarna biru ditangannya itu, ia melihat bandoku sekilas dan kembali melihat bando di tangannya itu.
Aku reflek melepaskan bando di kepalaku dan melihat bando milik Se Sang, aku membuka mulutku kaget dan menoleh kesal ke arah Ren. Melihatku menoleh ke arahnya Ren memalingkan wajahnya sambil menahan tawa. Se Sang tersenyum kecil dan kembali mengenakan bando yang dipegangnya sambil berjalan kearahku, ia mengambil bando di tanganku dan memakaikannya ke atas kepalaku santai. Se Sang menoleh ke arah Jin Woo dan Ren lalu berkata
"ayo kita bersenang – senang" timpalnya santai, lalu mendekatkan wajahnya ke telingaku "siapa tahu kau akan jatuh cinta padaku" bisiknya jahil dan langsung menggandeng tangaku.
Wajahku terasa memerah dan aku mengipas – ngipaskan tanganku yang bebas di depan wajahku, mataku tiba – tiba tertuju pada jetkloster besi besar membuatku menghentikan langkahku. Aku menggoyangkan tanganku yang menggandeng Se Sang "hei hei.. ayo kita naik itu" tunjukku ke arah jetkloster, Se Sang menoleh mengikuti arah jariku sekilas dan memalingkan padangannya
"tidak.. nanti kau akan berteriak – teriak dan menangis sepanjang permainan" ia mengalihkan padangannya ketempat lain dan menunjuk kearah kincir ria "kita naik itu saja" putusnya. Tawaku pecah melihat apa yang di tunjuknya
"kau takut kan?" godaku dengan nada jahil
"tidak aku tidak suka kau berteriak – teriak sepanjang permainan" jawabnya menyembunyikan nada takutnya yang membuat tawaku semkin keras, aku menoleh ke arah Ren dan Jin Woo lalu kembali menunjuk jetkloster bear di hadapan kami
"ayo kita naik itu" ajakku, mereka melihat arah jarirku dan Ren langsung melompat senang sambil bertepuk tangan kecil
"ayo.. ayo.." jawab Ren
"tidak.. tidak.." sahut Jin Woo terbata – bata "kita naik itu saja" tunjuk Jin Woo ke arah kincir ria yang sontak membuat tawaku pecah semakin keras. Aku dan Ren berusaha keras menarik Jin Woo dan Se Sang ke depan pintu wahana sampai akhirnya kami duduk di wahana
"jangan berteriak atau menangis" cetus Se Sang datar,
aku tertawa jahil dan melirik ke arahnya, merasakan lirikan jahilku Se Sang berdeham kecil "apa?" tanyanya ketus, aku langsung mengalihkan pandanganku sambil berusaha menahan tawaku. Aku mencondongkan tubuku ke depan dan mencolek pundak Ren, ia menoleh dengan tatapan jahil kepadaku dan berbisik
"apa dia baik – baik saja?" sambil melirik ke arah Se Sang,
aku tertawa jahil dan melirik ke arah Jin Woo yang tampak menyembunyikan rasa takutnya "sama seperti oppa tercintamu" timpalku geli.
Besi pengaman mulai di turunkan dan perlahan jetkloster mulai berjalan, aku tertawa sambil menepuk tanganku pelan sementara Se Sang terlihat mencengkram besi pengaman semakin erat, tanjakan menurun terlihat semakin dekat dan kecepatan mulai terasa bertmabah. Saat jetkloster menurun sangat cepat, Se Sang yang tak sanggup terus menahan rasa takutnya mulai berteriak dan membungkukkan badannya sambil mencengkram erat besi pengaman, melihat itu aku tertawa terbahak – bahak dan terus melihat ke arahnya puas. Saat permainan hampir selesai dan gerak jetkloster mulai melambat ia kembali menegakkan badannya, aku pun mengalihkan pandanganku darinya dan bersikap seolah aku tidak melihat apa – apa. Sesekali aku melirik kecil ke arahnya dan sambil menahan tawa, sampai kami turun dari wahana melihat hasil foto di jalan keluar wahana. Melihat foto yang terpampang di monitor tawaku akhirnya pecah, terlihat Jin Woo dengan mulut terbuka dengan wajah yang sangat takut dan Ren yang tertawa menoleh ke arahnya dengan tangan menutupi mulutnya.
Aku berdeham kecil "aku baru tau kau sangat sopan padaku" kataku pada Se Sang dengan nada jahil, ia menoleh ke arahku cepat, mengelak perkataanku
"tidak aku tidak pernah merasa aku harus sopan padamu" jawabnya.
Aku menunjukkan ekspresi tidak percaya dan menunjuk ke arah monitor yang memperlihatkan foto kami, dimana Se Sang sedang membungkuk ke arahku demi menymbunyikan rasa takutnya. Ia terlihat sangat malu melihatnya dan membuatku tersenyum jahil
"lakukanlah dengan baik lain kali" kataku jahil sambil menepuk pundaknya, aku menunjuk ujung matanya dengan jari telunjukku "ohh.. apa itu? Han Se Sang, apa kau menangis?" godaku jahil. Se Sang pun mengusap matanya cepat, membuat tawa puasku pecah begitu saja lalu berjalan melewatinya, Se Sang hanya melihatku pergi dengan ekspresi tidak percaya bercampur malu dan kembali mentap foto yang terpajang di monitor. Kami berjalan menyusuri tenda – tenda yang menjual berbagai macam makanan, Ren duduk di suatu meja dan menunggu yang lainnya selesai membeli makanan masing – masing, Jin Woo menghampiri Ren dan bertanya
"apa yang ingin kau makan? Akan kubelikan untukmu"
Ren menoleh kesekelilingnya mencari apa yang menggugah selera makannya untuk saat itu, dan dia tersenyum menunjuk tenda kuning di seberang. Ia menoleh dan tersenyum ke arah pacarnya itu dan membuka mulutnya "aku ingin churros" jawabnya dengan nada manja, Jin Woo mencubit gemas pipi Ren dan pergi membelikan churros yang Ren minta. Tak lama Se Sang duduk di hadapan Ren dengan cola yang dia beli mulai berbincang – bincang singkat dengan Ren, aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan dan terus memperhatikan mereka. Saat Hot Dog pesananku selesai aku segera mengambilnya dan menghampiri mereka
"apa yang kalian bicarakan?" tanyaku dengan nada penasaran
mereka hanya diam dengan senyum licik dan tidak menjawab pertanyaanku, aku semakin penasaran dan menghadap kearah Ren "apa yang kau bicarakan?" tanyaku dengan nada mengintimidasi. Ren hanya tertawa kecil dan menaikan bahunya, "kau tid.." kedatanggan Jin Woo membuat pertanyaanku terhenti dan aku membenarkan posisi duduk menyantap hot dogku sambil melirik sinis ke arah Ren. Selesai makan kami kembali berjalan menyusuri taman hiburan sampai hari mulai sore, tiba – tiba Ren menggandeng tanganku dan berkata dengan cepat "kami ke toilet dulu" lalu berlari menarik tanganku, di dalam toilet Ren berdiri berhadapan denganku sambil mencengkram kedua pundakku dengan nafas terengah – engah. Aku yang bingung melihat tingkahnya menatapnya lurus – lurus dan bertanya
"mwoya.. apa yang kau lakukan?"
Ren menatapku lurus – lurus dan menjawabku dengan nada tegas dan yakin "ayo bertukar tempat" ajaknya.
Mataku melebar dan tawaku perlahan pecah mendengar jawabannya itu, melihat reaksiku ekspresi Ren berubah jadi bingung dan ia melipat kedua tangannya di dada
"itu lucu?" tanyanya datar.
Tawaku terhenti dan wajahku langsung menunjukkan ekspresi datar menatap ke arah Ren, aku tidak mengatakan apapun sampai Ren akhirnya menjelaskan situasinya padaku "Se Sang ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi Jin Woo oppa tidak percaya padanya dan tidak memberi kami kesemptan untuk berbicara" jelasnya cepat.
Kami keluar dari toilet bersama dan mengamati sekeliling, aku berdeham kecil dan berusaha menenangkan tubuhku. Aku melirik ke arah Ren dan tertawa kecil melihat Ren sudah mengenakan bajuku dan aku mengenakan bajunya,
"kau ingat perjanjiannya bukan" kataku pelan sambil mengamati sekeliling,
Ren tidak menjawabku dan hanya mengangkat jempolnya lalu berjalan duluan meninggalkanku. Aku menghembuskan nafas dari mulutku untuk menenangkan diri dan berjalan ke arah dua pria yang sejak tadi menunggu kami "aku pikir kau pingsan di dalam sana" sahut Se Sang sambil memainkan ponselnya saat kami menghampirinya dan Jin Woo,
"aku memikirkan bagaimana caranya membuatmu ketakutan seperti tadi" sahutku spontan dan membuat semua orang menoleh ke arahku.
Aku tersadar dan melepaskan tawa garing sambil memukul pelan tangan Ren "kau lucu sekali" timpalku, membuat Ren juga tertawa garing menutupi kesalahanku. Ekspresi bingung terpasang di wajah Jin Woo sementara Se Sang terus mengamati kami lurus - lurus. Aku melingkarkan tanganku menggandeng tangannya agar Jin Woo tidak semakin curiga "ayo sun.. oppa kita kesana" kataku langsung menarik tangan Jin Woo menjauh dari Ren dan Se Sang, langkah Jin Woo berhenti dan ia menoleh kebelakanng
"menurutku ini saatnya private time" katanya singkat lalu kembali berjalan sambil tersenyum ke arahku.
Aku mengikuti langkahnya dan sesekali aku menoleh ke belakang melihat mereka yang hanya berdiri melihat kami menjauh, menghembuskan nafas pelan. Melihatku yang terus menoleh kebelakang Jin Woo mengerutkan dahinya bingung dan membuka mulutnya
"wae?" tanyanya.
Aku langsung menoleh ke arahnya dan memaksakan senyumku sambil menggeleng singkat, kerutan di dahi Jin Woo semakin dalam "kau yakin?" tanyanya sekali lagi. Aku kembali menoleh ke arah Ren dan Se Sang dan menjawab
"mereka akan baik – baik saja kan?"
"tentu saja, mungkin mereka akan bertengkar hebat setelah ini" jawab Jin Woo sunbae sambil menahan tawanya, aku tertawa mendengar perkataanya itu dan meninju lengannya pelan.
000
Selama perjalanan pulang suasana menjadi hening dan sangat canggung, tidak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan sampai di gang rumah kami. Jin Woo sunbae dan Se Sang turun dan mengantarku dan Ren sampai di depan rumah, Se Sang yang tidak familiar dengan jalan ke rumah kami terlihat mengamati sekeliling sambil berjalan. Aku berjalan sambil sesekali melirik ke arah Ren di sampingku, dan Ren sendiri juga melakukan hal yang sama denganku 'apa yang terjadi saat kita tidak berjalan bersama?' aku menghentikan langkahku lalu menoleh kebelakang, membuat mataku dan Se Sang bertemu tanpa sengaja. Aku menatapnya sesaat dan membalikkan badanku kembali berjalan, 'pasti terjadi sesuatu' kataku dalam hati. Langkahku dan Ren berhenti menyadari kami sudah sampai di tujuan kami
"disinilah" kata Ren singkat,
Se Sang yang baru pertama kali melihat rumah kami tampak mengamati dengan seksama sambil mengangguk kecil, Jin Woo yang masih mengira aku Ren mengusap rambutku dan tersenyum kecil "kita bertemu akhir pekan nanti" lalu melambaikan tangannya pelan padaku. Aku mengangkat tanganku dan melambai canggung padanya, saat aku membalikkan badan hendak masuk kehalaman rumah, tiba – tiba pintu rumah terbuka dan Ryung Joon keluar dari rumah kami dengan senyum lebar. Mataku melebar kaget dan rasa panik mulai menjalari tubuhku, Ryung Joon tampak melihatku dan Ren secara bergantian dan membuka mulutnya
"kalian pergi bersama?"
"ya.. oppa, kami sering pergi bersama" jawab Ren cepat,
"siapa?" Tanya Jin Woo bingung melihat sosok pria tidak familiar berbicara dengan kami.
Aku dan Ren membalikkan badan ke belakang dengan wajah bingung, dan membuat suasana menjadi semakin aneh
"hmm.. ini Ryung Joon op –ssi.." kataku menanggapi pertanyaan Jin Woo, aku kembali menoleh ke arah Ryung Joon dan memaksakan senyumku "ini Jin Woo sun.. oppa, pacarku" lanjutku sambil menghembuskan nafas lega setelah mengatakannya. Ryung Joon tertawa kecil "kenapa kau terlihat berat sekali memperkenalkan pacarmu padaku?" katanya menanggapi perkataanku, aku tersenyum garing sambil menggaruk pelan kepalaku. Ryung Joon maju melewati kami dan mengulurkan tangannya di depan Jin Woo sunabe
"Han Ryung Joon, senang berkenalan denganmu" katanya santai.
Saat matanya tertuju pada Se Sang, raut wajahnya berubah kaget dan ia tidak bisa berkata apapun ketika melihat Se Sang menatap ke arahnya, ia tampak berdeham kecil dan berusaha menyembunyikan rasa kagetnya
"kau kenal Se Sang -ssi?" tanyaku pada Ryung Joon, ia menoleh ke arahku dan menawab dengan suara bergetar
"ti.. tidak.. aku tidak mengenalnya, ah.. jadi namanya Se Sang"
"kau terlihat familiar" tepis Se Sang sambil menatap Ryung Joon lurus – lurus, kami semua kompak menoleh ke arah Se Sang dengan ekspresi bingung. Aku melihat ke arah Ryung Joon dan Se Sang bergantian, sampai Ren membuka suara
"kalian pulanglah, op..sunbae besok kau kuliah kan, Ryung Joon oppa kau akan kerja, dan Han Se Sang kau.. kau mungkin punya kesibukan lain, jadi pulanglah.. daeume bwayo.." katanya cepat dan menarik tanganku cepat masuk ke dalam rumah. Ia mengembuskan nafas lega dari mulutnya setelah mengunci pintu rumah, dan melihat canggung ke arahku
"gwaenchanha?" tanyanya.
Aku menatapnya dengan ekspresi tidak percaya, dan membuka mulutku "aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu, kenapa suasana dimobil menjadi aneh? kau bertengkar denganya?" timpalku balik bertanya
"kau juga aneh, apa kau bertengkar dengan oppa?" jawabnya lalu melewatiku santai.
Aku hanya melihatnya pergi sambil menggeleng kecil dan mengintip keluar melalui jendela, Ryung Joon sudah tidak terlihat diluar, hanya ada Se Sang dan Jin Woo yang menatap kosong ke arah rumah kami. Jin Woo terlihat mengembuskan nafas berat dari mulutnya dan menepuk bahu Se Sang sebagai ajakan untuk pergi, Se Sang membalikan badannya sambil tersenyum kecil ke arah Jin Woo dan mulai melangkahkan kakinya. Sekali lagi ia menoleh ke arah rumhaku, tanpa sengaja melihatku sedang mengintip di balik tirai, aku cepat – cepat menyembunyikan diriku di balik pintu dan berlari pelan ke kamarku.
***