Chereads / Between Love And World / Chapter 2 - CHAPTER 1 PERUBAHAN

Chapter 2 - CHAPTER 1 PERUBAHAN

"Pernahkah kau percaya bahwa tidak semua di dunia ini adalah manusia?

Awalnya aku tidak percaya seperti kalian, sampai aku sendiri mengalami apa yang kalian katakan mustahil itu."

Matahari mulai terbit membangunkan seluruh isi kota Seoul yang padat penduduk. Hiruk – piruk pagi pun mulai terdengar melenyapkan kesunyian malam yang damai. Aku yang sudah rapi dengan seragam sekolah ku berdiri di depan cermin dan merapikan dasi pita yang menggantung rapi menghiasi leherku, aku tersenyum manis menatap bayanganku yang terpantul di cermin, lalu menyisir santai rambutku. Tiba - tiba pintu kamar ku terbuka, menunjukkan seorang dengan wajah yang sama persis denganku berdiri di ambang pintu dengan senyum cerah. Aku menatapnya dengan senyum lebar, membalikkan badanku cepat meraih tas sekolahku keluar dari kamar.

Aku Sa Rang, Han Sa Rang, siswi salah satu SMA seni terkenal di Seoul. Aku memiliki paras khas asia, mata dengan kelopak ganda yang tidak terlalu lebar, bibir tipis merona, dan kulit putih yang tidak terlalu pucat. Tubuhku sangat ideal namun tinggiku tidak se ideal ukuran tubuhku. Aku memiliki saudara kembar bernama Han Sae Ren, kami biasa memanggilya Ren. Dia bagaikan bayangan bagiku begitu pula sebaliknya, aku bagaikan bayangannya. Banyak orang mengatakan

"semirip – miripnya anak kembar, mereka tetap saja berbeda"

namun hal itu tidak terjadi padaku dan Ren, kami sangat mirip dalam segala hal. Wajah, gaya berbicara, nada suara, selera makan, hobby, bahkan sampai pria ideal. Meskipun aku harus menerima kenyataan bahwa pria ideal itu telah mnejadi pacar Ren.

"Anyeong Re.. Mmm Sa Rang?" sapa suara familiar dari belakangku ceria,

aku menoleh cepat dan mataku langsung bertemu dengan pria bermata sipit, rahang tegas dan rambut hitam lurus bernama Nam Jin Woo. Aku tertawa feminim dan menjawab "Anyeong, Jin Woo sunbae, Sa Rang" kataku sambil menyibak rambut panjangku dan menunjukkan pin nama di dada kananku. Kami tertawa sekilas "Ren sudah masuk kekelasnya, mungkin sedang mengobrol dengan teman – temannya" jawabku ringan sambil memasang senyum paling manis yang ku punya. Bel sekolah yang berdering keras menghentikan pembicaraan kecil kami "kalau begitu aku masuk dulu sunbae, sampai nanti" kataku cepat sambil melambaikan tangan, Jin Woo ikut melambaikan tangannya padaku sambil memamerkan senyum tampannya.

000

Bel pulang pun berbunyi keras tepat pada waktunya, aku dan Ren menyusuri jalan pulang kami sambil mengobrol ringan. Kami sampai di rumah dan masuk ke dalam melihat lorong rumah kami yang gelap, aku menunduk kecil sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku, seperti biasanya eomma dan appa terlambat pulang.

Banyak hal yang eomma dan appa rahasiakan dariku dan Ren, salah satunya urusan pekerjaan, yang kami tahu mereka bekerja sebagai detektif. Selebihnya? Tentu saja kami tidak tahu apa - apa. Aku berkeliling dapur menyiapkan berbagai bahan yang ku butuhkan untuk membuat ramyun, dan setelah beberapa kali memutari dapur aku akhirnya memasak air dan menunggu air itu mendidih. Sembari menunggu aku membuka plastik sosis dan memotongnya serong, tanpa ku sadari aku menggores jariku sendiri dengan pisau yang ada ditanganku "aww.. sial" omelku. Darah merah segar segera mengalir keluar dari lukaku, dan aku cepat – cepat memasukkan jariku kedalam mulut sambil berlari keruang tengah untuk mencari kotak P3K.

Aku yang semakin panik karena tak kunjung menemukan kotak itu dimana pun, akirnya memutuskan untuk mencari ke dalam kamar eomma dan appa. Aku membuka pintu perlahan masuk ke dalam kamar kosong yang gelap itu, lalu pergi ke belakang pintu dan menyalakan lampu kamar yang membuat ruangan menjadi terang seketika. Aku mulai mencari – cari kotak P3K yang menjadi tujuan utamaku pergi ke kamar eomma dan appa, aku membuka lemari besar yang tak jauh dari pintu mulai mencari. Mataku seketika tertuju pada kotak berangkas berwarna abu – abu yang terletak di paling bawah lemari, dengan rasa penasaranku yang sangat sangat dalam aku memberanikan diri menyentuh berangkas itu. Aku menempelkan telingaku ke depan pintu berangkas dan tidak mendengar apapun di dalamnya "jangan – jangan ini hanya berangkas kosong" kataku dalam hati. Aku akhirnya memutuskan untuk menyentuh tombolnya dan memencet beberapa angka yang mungkin adalah kodenya, "hmm.. ulang tahun eomma salah, ulang tahun appa sendiri juga salah, ulang tahun pernikahan mereka? Mungkin.." kataku pada diri sendiri dan menekan angka ulang tahun pernikahan mereka 2-3-0-2, dan hasilnya salah.

"ARRGGGHH.. angka apa yang di gunakan" jeritku putus asa sambil mengacak – acak rambutku sendiri melihat bahwa angka itu juga bukan kode berangkas yang benar,

tiba – tiba aku teringat satu tanggal yang belum aku gunakan, ya.. angka ulang tahunku dan Ren. 1-4-0-2 aku memasukkan angka itu perlahan – lahan penuh harapan, BINGO!! Aku mengepalkan tanganku dan menganggkatnya ke atas udara "YES!! AKHIRNYA" seruku tanpa ku sadari dan cepat – cepat menutup mulutku lalu mengecek kebelakang untuk memastikan tidak ada yang melihatku disini. Aku membuka pintu berangkas secara perlahan dan melihat dengan seksama apa yang ada didalamnya. Tawa menghina langsung keluar dari mulutku mendapati di dalamnya hanya terdapat dua jejer buku yang bertuliskan namaku dan Ren. Saat aku hendak menutup pintu berangkas kembali aku melihat seberkas cahaya dari salah satu buku itu. Tanpa ragu aku membuka berangkas itu kembali mengulurkan tanganku pada buku yang bertulisan namaku, tiba – tiba buku itu kembali mengeluarkan cahaya hitam kemerahan, aku terkejut menarik tanganku cepat menjauh dari buku itu. Namun cahaya itu hilang seketika saat tanganku menjauh, hal itu semakin menarik rasa penasaranku dan aku merangkak mendekati buku itu mengamatinya sesaat. Aku membenarkan posisi tubuhku lalu duduk dengan nyaman di depan berangkas, dan mengulurkan tangaku untuk mengambil buku itu. Buku itu kembali mengeluarkan sinarnya tetapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padaku, aku pun akhirnya membuka buku itu untuk melihat isinya. Buku itu kosong melompong sampai pada lembar ketiga terdapat gambar cap tangan seorang bayi, kerutan dikeningku semakin dalam dan aku menarik buku itu semakin dekat ke wajahku untuk mengamati cap tangan bayi yang berada di dalamnya. Aku menjauhkan buku itu dari wajahku karena sinarnya yang semakin mengganggu pandanganku, aku memberanikan diri menggerakkan tanganku keatas lembaran buku dan menempelkan tangan kiriku yang masih terkena bekas darah yang menempel dan meletakkannya ke atas cap tangan bayi itu.

Seketika itu juga cahaya hitam kemerahan dari buku yang ku pegang semakin membesar dan membungkusku di dalamnya. Terdengar dentuman kecil yang membuatku tidak bisa bergerak dari posisiku saat itu, dan tiba – tiba terdengar teriakan Ren yang memanggil namaku panik. Suara Ren semakin mengecil, semakin jauh, dan kini tidak terdenggar lagi. Aku pun semakin lenyap ke daam balutan cahaya dan pandanganku pun semkain buram dalam hitungan detik.