"Kau bertanya padaku. Apa yang kau sembunyikan?
Aku menyembunyikan bagian dari diriku yang seharusnya tidak kau ketahui"
Aku membuka pintu kamar Ren lebar lalu mulai membersihkan kamarnya sesuai perintah eomma. Aku mengangkat dan merapikan kertas - kertas yang berserakan di lantai dan meletakkannya di meja belajar yang berada di sudut ruangan dekat jendela,
BRAKK!
Buku berwarna cokelat dengan gambar menara Eiffel pada covernya terbanting kecil akibat sengolanku. Buku itu tidak asing bagiku, itu adalah diary Ren, ia terbiasa menuliskan apa yang dia alami, lakukan, bahkan yang ia rasakan dalam diarynya (katanya agar suatu saat nanti ia bisa menceritakannya pada anaknya). Aku memungut buku itu dari tanah lalu menoleh ke arah pintu memastikan tidak ada siapapun yang melihatku. Aku mengigit kecil bibirku dan membuka buku yang ada ditanganku, mulai membaca setiap isinya dengan seksama, tanpa melewatkan satu kata pun. Mataku terhenti pada suatu cerita yang membuatku membaca cerita itu dari awal
"aku merasa ada sesuatu yang oppa sembunyikan dariku, entah mengapa saat hari itu aku merasa tidak beres. Padahal kan aku tidak sengaja masuk ke ruang loker saat dia sedang ganti baju, aku juga tidak melihat apa – apa."
Keningku semakin berkerut, 'apa yang sunbae sembunyikan?' pikirku dalam hati. Aku semakin penasaran dan kembali menatap buku ditangaku sambil membalik halamannya mencari petunjuk lain, sampai aku sampai pada suatu cerita dan membuat keningku semakin berkerut.
"Aku dan oppa bertengkar.. sedih sekali rasanya. Aku tidak menyangka kami bertengkar hanya karena aku masuk ke ruang loker, apa salahnya? Aku kan tim manager basket. Lagi pula aku tidak nafsu melihat tubuhnya, lihat saja.. aku tidak akan menghubunginya sampai ia menghubungiku duluan."
Otakku kembali berfikir keras, 'ada apa pada tubuh sunbae?' sambil berfikir aku membalik lagi diary Ren untuk mencari tahu apa yang dia lihat pada tubuh Jin Woo, 'apa Ren belum mengetahuinya?' tanyaku dalam hati sambil terus mencari jawabannya dalam diary Ren. Aku terasa seperti bermain teka – teki dalam diary saudaraku sendiri sekarang. Aku terus membalik dan membalik buku itu sampai pada suatu halaman yang membuatku merasa jangal, halaman itu terlihat di robek dengan kasar sehingga terdapat sisa robekan yang masih menempel disana, kerutan di keningku semakin dalam 'apa yang dia tulis?' tanyaku dalam hati. Aku memutuskan untuk membaca halaman setelahnya dan terasa semkin aneh.
"aku hanya tahu kau adalah Jin Woo, pacarku.."
Mataku melebar dan langsung menjatuhkan diary Ren kelantai dan bergegas mencari Ren.
000
Pria dengan rambut cokelat gelap berdiri didepan jendela sambil menatap kosong keluar, ruangan itu gelap gulita dan hanya ada cahaya kecil masuk dari jendela.
"Berita apa yang kau dapat kali ini?" kata pria itu tetap melihat keluar jendela,
tiba – tiba muncul seorang pria tinggi dan rupawan dengan rambut berwarna wine yang terpotong rapi menjawab "saya belum mendapatkan informasi apapun tuan, tetapi tuan muda sepertinya bermain – main dengan seorang jeoseung saja." Mendengar jawaban itu ia membalikan badannya dengan kening berkerut dalam dan membuka mulutnya
"kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan? Lakukan secepat mungkin" katanya dengan lantang dan tegas.
Mendengar perintah tuannya pria itu mengangguk patuh dan hendak pergi melaksankan tugasnya, "tunggu" mendengar tuannya berbicara, ia segera membalikan badan dan menunduk sambil menjawab "apa yang bisa kulakukan lagi untukmu tuan?" pria itu kembali menatap ke jendela dan membuka mulutnya "bagaimana kabar mawar merah yang terakhir kali kau petik untukku?" karena tidak mendengarkan jawaban atas pertanyaannya, pria itu menoleh dengan kening berkerut.
"Dia masih ada dalam tahanan, kami belum bisa memastikan itu makhluk apa" jawabnya dengan suara bergetar,
pria dengan rambut cokelat itu tersenyum sinis namun tidak mengeluarkan sepatah katapun. "Tuan, maafkan kelancanganku. Kapan tuan akan menemui tuan muda dan menjalankan rencana?" tanya pria berambut wine itu dengan hati – hati. Mendengar pertanyaan itu pria yang tadinya tersenyum licik membalikkan badannya dan menatap pengawalnya itu lekat – lekat, dan membuka mulutnya
"bersabarlah sembentar lagi, ini tidak akan lama."
000
Aku langsung bergerak untuk menceritakan apa yang ku baca dari diary Ren, aku tidak ingin dia patah hati setelah mengetahui 'mahluk' apa pacaranya kali ini, sampai di depan ruangan Yoon Mi, aku menghela nafas panjang dan mengetuk pintunya.
"Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Yoon Mi langsung saat kami sudah duduk berhadapan, aku terus menatap Yoon Mi dan ragu – ragu membuka mulutku.
Keningnya terlihat berkerut melihat tingkah anehku dan ia kembali bertanya "Ada sesuatu yang terjadi kan? Katakan Sa Rang," aku menatapnya memelas dan membuka mulutku "sebenarnya aku melihat tanda aneh" kataku hati – hati berterus terang,
"aku melihatnya, dan aku pernah mencoba untuk menyentuhnya. Aku hari ini membaca diary Ren dan.. dan.."
Aku kehabisan kata – kata, memegang kepalaku sambil menunduk frustasi. Melihat sikapku eonni menepuk pundakku pelan tanpa mengatakan apa – apa, terdengar ia mengembuskan nafas berat dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Pertama kita harus bertanya pada Ren, sejauh mana ia tahu. Kita juga harus tahu lebih banyak tentang pria yang kau ceritakan itu."
Aku terdiam sambil tetap menundukkan kepalaku "eonni" panggilku pelan, Yoon Mi sontak melihat mataku lurus – lurus sambil menungguku melanjutkan kata – kataku.
"Pria itu pacar Ren" lanjutku,
mata Yoon Mi eonni melebar memahami situasi yang terjadi saat ini, ekspresinya seperti mengatakan 'ah.. begitu rupanya.'
"Aku harus membaca garis takdir kalian berdua" kata Yoon Mi tiba – tiba;
"maksudnya?" tanyaku tak mengerti
"aku harus mengetahui mengapa takdir kalian sampai seperti ini. Kau bermain – main dengan 'buronan', sedangkan saudaramu bermain – main dengan kaum middle itu takdir yang aneh" jelas Yoon Mi.
Keningku berkerut mendengar kata middle, apa itu merupakan suatu perkumpulan? atau sesuatu?
***