"Mas, apa tidak apa-apa ?" Sumarni menatap suaminya Suhendro.
"Jangan khawatir, Ayu akan baik-baik saja ! percayalah !" jawab Suhendro.
"Tapi mas ... !" Suhendro menggeleng kepala, Sumarni terdiam.
"Besok kita pulang !" ujar Suhendro, Sumarni istrinya mengangguk dan menghela nafas.
"Sebaiknya kita tidur ya !" mereka pun akhirnya tertidur.
Sementara itu di kamar lainnya suami istri Susanto juga belum tidur, sama mereka masih mengobrol.
"Kok kita yang cape ya pah ! uang yang keluar pun tidak sedikit !" keluh Marina kepada suaminya
"Enggalah itu sepadan dengan apa yang kita dapatkan sayang !" Susanto menatap istrinya dengan tersenyum lebar, dibenaknya sudah terbayang blok migas yang terbesar di Laut Natuna sebesar jutaan dollar.
"Tapi ya, engga seperti ini juga toh pah !" ujar Marina sedikit kesal atas perjodohan ini,
"Itu hanya syarat saja !" jawab Susanto.
"Tapi kasihan kan si Bram ! dia menikahi wanita yang tidak dicintainya !"
"Itu gampang saja, sayang ! satu atau dua tahun kan tinggal cerai saja !" jawab suaminya.
"Ya sudah terserah, kalau dia hamil ?"
"Kita akan bikin perjanjian dengannya !" Marina tersenyum lebar dengan ide dari suaminya itu.
"Aku setuju pah ! ya udah kita tidur !" ajak istrinya, Suhendro pun mengangguk.
------------
Pagi pun menjelang, sinar mentari menyinari tempat tidur Putri Ayu, dia pun terbangun dan terkejut mendapati Bram tidur disampingnya ia mencium bau menyengat dari alkohol dari mulutnya. Ayu terdiam tapi kemudian bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Selesai mandi ia memakai bajunya dan handphonenya berdering ternyata itu dari kedua orang tuanya,
"Hallo, Ayah ... iya aku kesana ... engga, dia sedang tidur pulas !" jawab Ayu dan melirik ke arah suaminya yang masih tidur, di tahu bahwa Bram tidak akan terbangun. Dia pun beranjak pergi menuju ke kamar kedua orang tuannya.
Tak lama ia pun sudah sampai dan mengetuk pintu dengan pelan, bu Sumarni membuka pintu dan Ayu pun masuk.
"Bagaimana malam pertamamu ?" tanya Suhendro kepada putrinya yang duduk di tempat tidur.
"Dia pergi ayah !" jawabnya sambil menunduk. Suhendro mengangguk.
"Sudah ku duga !" bu Sumarni hanya diam, kemudian Suhendro duduk di samping Ayu.
"Maafkan ayah Ayu ! tapi kamu tahu sendiri bukan ?" tanyanya sambil menyentuh tangan putrinya.
"Aku mengerti ayah !" Ayu menatap ayahnya sambil tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa kan ?" ibunya bertanya dengan wajah yang tidak tega melihat kondisi putrinya itu.
"Aku akan baik-baik saja bu, Ayah ! percayalah !" jawab Ayu tegas.
"Bagus !" Ayahnya tersenyum dan merangkul bahu putrinya.
"Ayu ini ibu berikan kalung leluhur untukmu !" Bu Sumarni mengeluarkan kalung dari kotak kecil, Ayu terdiam dan tertegun. Dia pernah mendengar kalung itu konon sudah ada sejak jaman kerajaan dahulu.
Kalung itu berbentuk naga melingkari di batu ruby berwarna merah menyala yang tidak begitu besar, kalungnya terbuat dari emas murni. Mata naga dihiasi intan permata. Bukan hanya kalung, naganya pun terbuat dari emas.
"Simpanlah dengan baik !" perintah ibundanya. Ayu mengangguk.
"Dan ini untukmu bila terjadi sesuatu !" ayahnya menyerahkan sesuatu kepada Ayu.
"Ayah !" Ayu terdiam.
"Kita tak pernah tahu apa yang terjadi ! bersiap dari sekarang kan tidak apa-apa !" Ayu memeluk ayahnya dan ibunya.
"Sudah, sekarang kembalilah ! kami nanti sore akan pulang ke Jogya !" ujar Ayahnya dan diangguki oleh ibunya.
"Iya Ayah, ibu !" Ayu pun pergi kembali menuju kamarnya.
--------------
Ayu sudah kembali ke kamarnya dan ternyata benar suaminya masih tertidur pulas, dia menatap lelaki itu. Tak lama Bram menggeliat bangun dan melihat Ayu sudah rapi dengan dress warna coklat, harus diakui dia memang cantik luar biasa, sudah banyak perempuan yang hilit mudik menghampirinya tapi Putri Ayu sangat berbeda kecantikannya asli bukan buatan dan khas Indonesia.
"Pagi mas ! tadi papah dan mamah nelpon untuk makan pagi bersama !" ujar Ayu kepada Bram.
"Oh jam berapa sekarang ?" Tanya Bram tidak perduli pemberitahuan Ayu.
"Pukul 10 pagi !" jawab Ayu singkat.
Bram turun dari tempat tidurny dan menuju kamar mandi, Ayu hanya terdiam tidak mengatakan apapun lagi. Kini ia sudah sudah siap dengan apapun yang terjadi. Bram pun telah selesai mandi tubuh kekar berototnya masih basah oleh air, sedangkan dipinggangnya terlilit handuk saja, semua wanita mengagumi tubuhnya itu. Tidak bagi Ayu.
Bram memakai bajunya setelah selesai dia pun mengajak Ayu pergi, sungguh berbeda perlakuannya tadi malam. Dibawah mereka bertemu dengan kedua orang tua mereka, baik Bram maupun Ayu berakting layaknya sepasang suami istri. Bahkan kedua orang tua Bram banyak memuji Ayu. Sementara keluarga dan Ayu sendiri hanya tersenyum, menurut rencana Ayu dan Bram akan ke pulau Bali untuk berbulan madu sedang kedua orang tua Ayu akan pulang ke Jogyakarta.
Setelah selesai makan mereka pun berpisah, kedua orang tua Bram pulang ke rumahnya, sedang kedua kakaknya sudah terlebih dahulu pulang tadi pagi sekali. Sorenya Bram mengantar mertuanya dengan Ayu. Setelah pergi Bram mengantar Ayu ke hotel.
"Gue mau ada urusan mungkin sampai malam ! kalau lu mau pergi berbelanja sendiri saja ! nih kartu kredit buat lu belanja sepuasnya !" ujarnya sambil melempar kartu kredit seakan permen saja.
"Baik mas !" Ayu mengambil kredit card dan turun tak berapa lama Bram langsung pergi diiringi tatapan Ayu.
Setelah itu ia pun pergi berbelanja, sesuai dengan perintah Bram. Ia pergi ke mall menggunakan taksi bukan dengan mobil pribadi. Di mall ia hanya melihat-lihat saja belum ada yang dibeli. Sampai akhirnya ia menuju area dimana toko-toko barang bermerek berada dan masuk ke salah satu tokonya.
Betapa terkejutnya Ayu ketika melihat Bram sedang berangkulan dengan wanita lain yang sangat cantik dan seksi, mereka masuk kesebuah toko mewah di seberang toko yang di masuki olehnya. Bukannya marah tapi malah penasaran siapa perempuan itu ? dan dia pun mengikutinya dan diam-diam masuk ke toko yang sama.
"Mas aku boleh pilih tas yang itu boleh engga ?" tanya perempuan itu dengan manja.
"Boleh saja pilih yang kamu suka sayang !" rayu Bram sambil merangkul mesra perempuan di sebelahnya.
"Berapa yang ini ?"
"Oh 50 juta !" jawab si pelayan tenang.
"Kalau yang ini ?" tanya si perempuan lagi.
"Oh itu lebih murah mba 25 juta !"
"Mas Bram, aku bingung ? pilihin dong !" si perempuan dengan berani mencubit pipi lelaki itu.
"Yah terserah ! mau dua-duanya juga boleh !" jawab Bram santai, mata perempuan itu berbinar-binar mendengarnya.
"Beneran mas !" seakan tak percaya. Bram mengangguk saja. Akhirnya perempuan itu membeli dua tas sekaligus. Ayu menatap dan menggeleng kepala melihat hal itu dan langsung pergi sambil tersenyum misterius.
Bram dan perempuan itu langsung pergi, tiba-tiba handphonenya berdering dan ternyata dari kedua orang tuanya.
"Hallo mah ?" tanya Bram.
"Dia pergi kusuruh belanja !" jawab Bran, "Oke mah ! by !".
Bersambung ...