Chereads / All I Ask / Chapter 6 - 6# Kabur

Chapter 6 - 6# Kabur

"Manusia memiliki hak atas hidupnya sendiri. Selama kamu masih hidup dan bernapas, hiduplah sesuai keinginanmu."

***

Frada meringis. Memang seperti itulah hakekat manusia. Hidup sesuai keinginan sendiri. Namun Frada tak ubahnya sebuah benda mati. Dimana segala keinginan dan kehidupan Frada sudah ditetapkan oleh orang yang dianggapnya orang tua. Menyedihkan sekali.

"Kenapa kamu hanya tersenyum seperti itu? Kamu harus mendengarkan ucapanku dengan benar."

"Ya. Aku mendengarkan."

"Lalu lakukanlah."

"Bagaimana caranya?"

"Kabur. Hiduplah sesuai keinginanmu."

Kabur? Ide yang bagus. Namun kemana? Dia tak memilki tujuan. Dia hanya akan tersesat di jalanan lalu kembali ditemukan oleh keluarga itu. Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya? Frada tak berani berpikir lagi.

Dia menggeleng lemah, "aku tak memilki tujuan."

Kali ini tak ada jawaban. Cukup lama mereka bergeming. Suasana sunyi menggelayuti. Yumna berdiri. Dia mengambil ponsel dari saku. Entah apa yang akan dilakukan anak itu. Frada hanya diam mengamati. Usai menelpon, Yumna kembali menghampiri. Kali ini, tatapan matanya terasa menusuk. Ada keseriusan yang menguar dari sorot itu.

"Kamu mau ikut aku?"

"Kemana?"

"Hidup selayaknya manusia."

Jawaban Yumna sama sekali tak dimengerti. Hidup selayaknya manusia? Memang dimana itu? Adakah tempat seperti itu?

"Kamu bicara apa?"

"Kamu mau tidak?"

"Tapi kamu lihat sendiri. Aku terkurung. Aku yakin, diluar sana banyak pengawal yang berjaga. Sore ini aku akan meninggalkan Indonesia."

"Aku tanya kamu mau atau tidak? Cukup jawab salah satunya."

Frada tak yakin. Kali ini dia menyadari bahwa ajakan kabur bukanlah sebuah gurauan. Jujur, dia sendiri lelah dengan kehidupan seperti ini. Dia ingin melarikan diri. Dia ingin hidup seperti yang dia inginkan. Tak ingin disakiti lagi. Tak mau dilukai kembali. Namun, apakah bisa? Bagaimana jika itu akan berdampak buruk pada Yumna? mengeratkan jemari, dia ingin sekali. Bolehkah dia mencoba?

"Bolehkah?"

"Tentu."

"Tapi bagiamana jika kamu mendapatkan masalah karena ini?"

"Tenang saja. Aku memilki seseorang yang bisa melindungiku."

Pintu terbuka. Seorang perawat dan dokter masuk ke dalam. Mereka menghampiri Yumna. Ada apa ini? Mengepa mereka terlihat sopan sekali?

"Nona Frada, mohon untuk berbaring. Saya akan memeriksa Anda kembali." tutur kata dokter itu teramat sopan. Frada sampai risih sendiri.

Dia berbaring dan dokter itu menjalan tugasnya. Ia memeriksa tubuh Frada. Hanya sebentar. Tak memakan waktu lama. Kemudian ia memerintahkan perawat untuk mencopot selang infus yang terpasang.

"Keadaan Nona Frada sudah cukup stabil. Namun saya mohon, untuk istirahat total ketika sampai di rumah nanti," pesannya.

Frada mengangguk.

"Baiklah. Kalau begitu kami permisi."

Dokter dan suster itu keluar dari kamar. Dia sama sekali tak menyangka bisa keluar dari rumah sakit secapat ini. Apakah ini berkat Yumna? Frada menoleh kearah gadis itu. Kini ia sedang mengamati baju yang entah kapan ada di atas meja itu.

"Yumna, itu … baju darimana?"

"Dari suster tadi."

Yumna memberikan baju itu kepadanya.

"Untuk apa?"

"Ya gantilah. Masa kamu mau kabur dengan menggunakan baju rumah sakit?"

Hah?! Bagaiman bisa Yumna memeroleh semua ini dengan cepat dan rapi? Ia bahkan menyiapkan sampai sedetail ini. Frada meraih baju itu. Berjalan lemah menuju kamar mandi dalam ruangan.

Dia berusaha secepat mungkin mengenakan baju dan keluar. Di sana Frada kembali dikejutkan dengan tingkah Yumna. Gadis itu sudah menyiapkan sofa untuk memanjat keluar jendela. Ugh, apakah Frada bisa? Seumur hidup dia tak pernah belajar memanjat. Dia selama ini terkurung di dalam rumah, tak pernah diizinkan untuk keluar kecuali sekolah. Lantas, bagaimana Frada akan menghadapi tembok yang menjulang itu?

"Kamu sudah siap?" Yumna bertanya ceria. Menggiring Frada menuju kursi sofa.

"Tapi, Yum. Aku nggak bisa manjat."

"Tenang. Kan ada aku."

"Ya, tapi—"

"Udah, cepet!"

Frada mau tak mau memanjat. Dia dari bawah didorong oleh Yumna hingga mencapai jendela. Melihat keluar, ada seorang pemuda yang menunggu dibawah. Apakah itu teman Yumna?

"Rada, loncat saja, pasti ditangkap kok sama Kak Fandhi."

Pemuda itu mendongkak. Dia tersenyum manis pada Frada. Lelaki itu mengulurkan tangan. Bersiap menangkapnya. Ugh, benarkah harus melakukan ini? Bagaimana jika orang itu tak mampu menahan beban tubuhnya?

"Udah deh, Da. Jangan kebanyakan mikir. Nanti gimana kalau pengawal kamu ada yang masuk?"

Benar juga. Hari sudah beranjak sore. Mungkin sebentar lagi para pengawal itu akan membuka pintu dan menyuruhnya tuk segera bersiap. Frada memantapkan hati. Dia terjun. Sepasang tangan menangkap tubunya dengan stabil. Ya, lelaki itu berhasil meraihnya dengan sempurna. Ia menurunkan tubuh Frada. Kini tinggal Yumna yang masih di atas sana.

"Kak, tangkap aku ya."

"Kalau begitu cepat turun."

"Oke."

Yumna meloncat tanpa beban. Ia tersenyum ceria ketika menginjak tanah. Senyum itu … sangat indah. Yumna adalah gadis manis dengan senyum yang mampu meluluhkan orang-orang. Tak terkecuali Frada sendiri.

"Kalau begitu, ayo kita pergi."

Yumna meraih tangan Frada. Mengajaknya berjalan dengan cepat. Namun tubuh Frada belum terlalu kuat. Dia masih lemah hingga Yumna menuntunnya perlahan.

Ugh, menyebalkan! Mengapaa kau harus selemah ini?!

"Nona Frada?"

Seorang pengawal mengenalinya. Matanya membola menatap anak majikannya. Bagaimana gadis itu bisa keluar dengan pengawalan seketat itu? dengan pakaian berbeda pula.

BRUK!

Pengawal itu terjatuh. Dia menedesis menahan sakit. Rupanya Yumna telah menendang betis pengawal itu. Sekali lagi, Frada hanya mampu tercengang menatap tingka lakunya. Gadis ini benar-benar bukan manusia!

"Kak, gendong Rada. Kita harus cepat!"

Semua terasa mendadak. Lelaki tadi tiba-tiba membungkuk. Lalu Yumna mendorongnya tuk meraih pelukan dari punggung itu. Detak jantung Frada bertalu cepat. Suasana seperti ini adalah yang pertama baginya. Dia tak pernah sekalipun berani untuk keluar dari ranah yang dibuat. Kini, dia berasakan hidup dan matinya. Nyawanya seakan digantung diawan-awan.

Bagimana jika ayah mengetahuinya? Akankah dia semakin membenci dirinya? Lalu bagaimana jika para pengawalnya berhasil mengejar mereka? Apa yang akan terjadi dengan Yumna dan temannya? Argh! Pikiran Frada buntu. Yang bisa dia lakukan hanyalah berdo'a sambil berharap teman barunya ini mampu melarikan diri dari kejaran pengawal itu.

"Wah, kita selamat!" Yumna berteriak girang.

Lelaki itu menurunkan Frada di samping mobil. Dia membuka pintu dengan tergesa.

"NONA FRADA!"

"Sial!"

Yumna mengumpat ketika mendapati para pengawal di tempat parkir. Mereka bergegas masuk. Frada di jok belakang sedangkan Yumna dan lelaki itu berada di depan. Mobil segera berlari menjauh dari parkiran rumah sakit. Frada mengembuskan napas panjang.

Jantungnya serasa ingin melompat dari tempatnya. Apakah ini sudah selesai? Ini pertama kalinya Frada mengalami kejadian ini. semua serasa menjadi adegan film action baginya.