Chereads / All I Ask / Chapter 12 - 12# Tolong Bantu Dia

Chapter 12 - 12# Tolong Bantu Dia

"Hei, jika ada masalah, bicaralah. Raut wajahmu nampak kurang baik."

Yumna menepuk bahunya pelan. Frada hanya mengangguk kecil. Jujur saja, dirinya masih ragu tuk mengungkapkan jati diri. Kepercayaan dirinya sama sekali belum kembali.

Memang benar Yumna serta keluarga bunda sangat baik padanya selama beberapa minggu ini. Namun sekali lagi, dia adalah anak haram yang pantas dibuang. Dia tak siap jika mendapatkan perlakuan seperti dulu.

Ugh, perut Frada mulas hanya dengan memikirkan kemungkinan yang rancu.

"Wajahmu pucat, Ra. Kamu istirahat saja."

Istirahat? Frada mengangguk. Mungkin benar dia membutuhkannya. "Aku ke kamar dulu."

Yumna mengangguk. Tatapannya tersirat kepedulian dan kekhawatiran. Memang benar bahwa mereka baru saling mengenal beberapa minggu. Namun bagi Yumna, kehadiran Frada sangat berarti.

Pertama kali mereka bertemu ketika dirinya jatuh sakit. Dan Frada kala itu dengan berani membuka kamar seseorang yang tak dikenalnya.

Awalnya Yumna sudah menduga jika Frada hanya salah kamar. Namun dirinya mulai tertarik ketika tahu gadis itu adalah kenalan Noval Adriansyah, Kakaknya. Sangat jarang bagi Noval mengenalkan kenalan lawan jenis padanya hingga membuat Yumna penasaran.

Lantas, ketika Yumna mulai mendekatinya, ia tahu. Ada kesamaan antara ia dan Frada. Mereka sama-sama kekurangan kasih orang tua. Yumna telah kehilangan ayah dan ibunya ketika masih kecil. sedang kedua kakaknya mana mungkin becus mengurus dirinya? Meski Yumna tahu, kedua kakaknya menyayanginya, hanya saja kasih sayang orang tua jelas berbeda dengan kasih sayang saudara.

Kala itu Yumna memilih bandel. Berbagai macam ulah pernah ia lakukan. Sampai ketika tak sengaja ia bertemu dengan Afandhi Sulaiman, cinta pertamanya. Sikapnya mulai berubah. Dan karena itulah Yumna menjadi dekat dengan keluarga mereka. Tentunya Noval tak dapat membatasi.

Ketika melihat Frada, Yumna sadar, mereka sama. Mereka mirip satu sama lain. Terlebih ketika dulu tak sengaja Yumna mendengar perintah arogan orang tua laknat kepada Frada. Yumna merasa, bahwa kehidupan Frada lebih menyedihkan darinya. Untuk itulah, Yumna memutuskan membantunya melarikan diri dari orang bejat itu. Bagi Yumna, Frada adalah teman yang memiliki kesamaan dengannya.

Ini sudah satu bulan sejak Frada tinggal di sini. Yumna menyadari Frada betah dan nyaman. Namun entah bagaimana Frada tetap menutup dirinya.

Haruskah ia melakukan 'itu'. Melaksanakan cara 'itu'? Tapi itu bukanlah gayanya.

Yumna mengembuskan napas berat. kenapa sih Frada harus setertutup ini? Gadis itu nampak membutuhkan bantuan. Yumna tau itu. Kentara sekali. Hanya saja, Frada seperti memiliki beban dan ketakutan.

Sebenarnya ada apa? Kini Yumna mulai cemas. Bagaimana bila hal itu sangat berbahaya nanti? Yumna tentu tak bisa membiarkan itu. Yah, ia harus melakukan 'itu'. Karena hanya inilah cara yang tersisa.

Tangannya merogoh saku. mengambil sebuah benda pipih keluaran terbaru. Yumna mengenggamnya erat. Matanya terpejam. Ini keputusan sulit. Bagaimanapun Yumna tak pernah melakukan ini. Bagaiamana jika kelak Frada marah? Argh! ini buntu.

Menguatkan hati. Yumna siap menekankan tombol telepon. Hanya butuh beberapa detik saja panggilan sudah diangkat.

"Ada apa, Yumna? Tumben sekali."

Suara baritone dari seberang menyambut.

"Kak Noval, aku butuh bantuanmu."

***

Noval mengernyit heran. Tumben sekali adiknya meminta bantuan secara langsung padanya? Biasanya si Bungsu itu selalu ingin melakukan semuanya sendiri. Ada apa tiba-tiba. Terlebih bantuan yang dimintanya kali ini benar-benar riskan. Seperti bukan Yumna saja.

Noval sangat mengerti watak adik-adiknya. Terlebih Si Tukang Pembuat Onar. Noval tentu sudah paham.

Yumna Khaura Adriyani bukanlah tipe orang yang 'kepo'. Alias dirinya tak suka menggali data pribadi seseorang. Lantas mengapa sekarang tiba-tiba?

Noval memandangi map di depannya. Dua minggu yang lalu dia sudah mendapatkan data gadis itu. Sekarang adiknya memintanya.

Hah ... Haruskah Noval senang? Setidaknya alibi yang dia katakan kala itu memang nyata terjadi.

Tok! Tok!

Seseorang mengetuk pintu. Noval bergumam memerintahkan masuk. Tak lama kemudian sebuah suara menyapanya. "Kak."

Yumna memanggil ringan. Noval tersedak. Benarkah itu adiknya yang mengetuk pintu barusan? Itu tak seperti dia.

Yumna yang Noval kenal akan dengan bar-bar masuk ruangan tanpa mengetuk pintu. Apakah kini ia benar-benar berubah?

Mungkinkah pergaulan dengan Frada dan keluarga blasteran itu memengaruhi nya? Noval hanya tersenyum canggung menatap Yumna yang kini tengah berjalan anggun ke arahnya. Tidak ... ini pasti bukan adiknya. Pasti bukan!

"Kak, mana data yang kuminta?" tanya Yumna ketika sudah di depan meja.

Noval memberikannya tanpa basa-basi. Berusaha mengacuhkan perubahan drastis adiknya. Yah, mungkin saja itu faktor pertumbuhan. Bisa jadi, kan?

"Terima kasih, Kak."

Yumna hendak pergi. Secepat itu? Hanya itu? Noval bertanya-tanya.

"Kamu ada apa meminta data orang? peting sekali ya?"

"Ya. Sangat penting."

"Kalau penting, baca di sini saja dulu. Jika datanya masih kurang, kakak bisa menyuruh bawahan Kakak untuk mencari lebih detail."

"Tapi aku ingin membaca sambil makan camilan," tolak Yumna. Perutnya kini benar-benar sudah meronta-ronta.

Alis Noval terangkat sebelah. Ah, ini sudah hampir jam makan siang. Seharusnya mereka bisa sekalian makan nanti. Baiklah. Sudah lama juga Noval tak menghabiskan waktu makan Camilan bersama adiknya yang satu ini.

"Camilan? Kamu mau apa? Macaroni? Dimsum? Atau asinan?" Noval menyebutkan list favorit Yumna.

Mendengar itu, Yumna menyeringai. "Aku mau spaghetti dan Pizza. Ah sama steak juga, Kak."

Noval mendengkus. "Itu bukan makanan ringan tuh."

"Sebentar lagi mau makan siang, Kak. Aku juga lapar."

"Ya baiklah, Tuan Putri. Silahkan duduk di sana. Aku akan memesankan makanan yang kamu sebutkan tadi."

Yumna berlari ke arah sofa tamu. Ruangan kakaknya ini memang lengkap. Bahkan jika Yumna nanti mengantuk dan ingin tidur, ia hanya tinggal melangkah dan sampai pada sebuah kasur yang nyaman. Hm, ruangan Presdir memang luar biasa.

Yumna kembali menekuri dokumen itu. Membaca sedetail mungkin dari tiap rinci paragraf. Ia sama sekali tak ingin tertinggal informasi apapun. Bagaimanapun Frada terlalu misterius. Gadis itu sangat menutup diri. Saat Yumna pada berkas terakhir, seseorang datang membawakan pesanan.

Noval yang kala itu telah menyelesaikan tugasnya segera mengambil piring, sendok dan air dingin dari kulkas. Dari pada minuman luar, Yumna lebih senang dengan air putih dingin. Itulah mengapa dia selalu menyetok air mineral di kulkasnya meski Yumna sendiri sangat jarang menyambanginya ke kantor.

Yumna sudah meletakkan dokumen itu dan kini tengah fokus membuka bungkus makanan.

"Bagaimana datanya? Apa ada yang kurang?" tanya Noval di sela-sela makannya.

Yumna menggeleng. "Tidak. Ini sudah lengkap. Tapi, apa boleh aku minta tolong lagi, Kak?"

Noval mengernyit. Ini sebuah keajaiban. Untuk kedua kalinya Yumna meminta bantuan darinya di hari yang sama. Gadis yang selama ini mandiri akhirnya mau mengakui kakaknya.

"Bantuan apa?"

Yumna menghentikan acara makannya. Sepertinya cukup serius. "Tolong bantu Frada masuk ke sekolahku."

Frada menatap Noval dengan sirat permohonan. Harap-harap cemas dengan keputusan kakaknya.