"Membantu temanmu?"
Noval menaikkan alisnya. Tatapan seakan mengatakan 'jangan bercanda'. Noval sangat tahu siapa yang itu Frada Aurelia dan Yumna pun juga pasti telah memahaminya. Membantu Frada tidaklah semudah itu. Mungkin, jika seandainya Frada Aurelia hanya anak haram yang terlahir dari keluarga biasa saja, Noval akan tanpa ragu mengabulkan permintaan adiknya.
Yumna mengangguk semangat. Binar matanya berkerlap-kerlip meminta iba. Seperti anak anjing yang mengemis makanan. Noval mengembuskan napas jengah. Benar ini adalah permintaan pertama Yumna setelah sekian lama. Tapi mengapa harus sebesar ini?
Noval memijit pelipisnya. "Yumna, kamu tahu kan siapa Frada itu?"
"Tentu saja. Di sini sudah tertulis sangat rinci." Yumna mengangkat kertas yang baru saja dibacanya.
"Tentu kamu paham apa konsekwensi mencampuri keluarga itu."
Yumna menggeleng, "aku nggak terlalu paham mengapa keluarga Adam berbahaya. Keluarga Adam hanya orang yang baru kaya decade ini. Berbeda dengan kelurga kita, kan?"
"Benar. Tapi kamu melupakan fakta bahwa ibu tiri Frada adalah putri dari keluarga ternama juga."
Yumna diam. Pandangannya yang semula penuh harap, nyatanya kini memudar tak semangat. Hah, Noval jadi merasa bersalah. Namun Noval memang harus melakukan ini. Jika dia hanya meng-iya-kan semua keinginan Yumna, itu malah akan membawa petaka besar pada perusahaannya di kemudian hari. Maka hal itu akan berdampak juga pada puluhan ribu karyawannya saat ini.
Noval tak mungkin kembali dari nol lagi. Sangat sulit membawa perusahaan yang hampir collapse menuju puncak kejayaan hanya dalam kurun waktu satu tahun. Banyak hal yang Noval pertaruhkan, bahkan tidak sedikit dia harus kehilangan juga.
"Keluarga Adam memang tak membahayakan namun bagaimana jika ibu tirinya meminta bantuan dari keluraga besarnya? Dan juga aset keluarga Adam sudah cukup melimpah saat ini."
Memang benar, asset mereka sangat banyak. Hanya saja mereka memiliki satu kecacatan. Keluarga Adam belum bisa berdiri independen. Mereka masih membutuhkan dukungan dari tiga keluarga besar yang ada saat ini. Salah satunya adalah Adriyansyah. Hanya saja bukan berarti Noval bisa memandang sebelah mata mereka. Keluarga Adam itu bagaikan bunglon. Warna aslinya masihlah misterius. Dan Noval tak mau mengambil resiko.
"Jadi kakak benar-benar nggak bisa bantu Rada?" Yumna berkata kecewa. Noval mengangguk. Tangannya mengelus rambut Yumna lembut. Berusaha memberikan pengertian pada adik bungsunya itu.
"Jika Frada mau berusaha, dia pasti akan menemukan jalan keluarnya sendiri."
"Dia kan masih anak-anak. Kak."
"Itu tak menjadi patokan. Buktinya kamu bisa menghadapi sendiri setiap masalahmu tanpa meminta bantuan dari kakak."
"Ya ya ya."
Yumna melanjutkan makannya. Suasana tak seceria tadi. Kini ruangan itu hanya berselimutkan sunyi. Baik Yumna maupun Noval sama sekali tak mengusik satu sama lain. Ekspresi Yumna yang berubah dingin membuat Noval mau tak mau ikut berdiam diri. Ah, rupanya dia telah membuat mood adiknya buruk.
"Sudah, Kak. Aku mau pulang. Kak Noval nggak seru!" ujar Yumna penuh penekanan. Dilangkahkan kaiknya menuju keluar ruangan dengan cepat. Sama sekali tak menghiraukan kakaknya yang cemberut.
Noval mengembuskan napas. Adiknya itu benar-benar tak bisa mengontrol emosinya. Haruskah ia panggilkan guru etika? Ah, sudahlah. memangnya ini keluarga bangsawan?!
Noval mengambil ponselnya. Sekejap kemudian panggilan terhubung dengan seseorang. "Ikuti Yumna kemanapun dia pergi. Jika ada yang hendak mencelakainya, singkirkan saja orang itu." Setelah itu terputus.
Noval memejamkan matanya. Sesaat kemudian bayangan Yumna kembali melintas. Adiknya kembali marah padanya. Haruskah ia menurutinya? Tidak, menolong Frada itu terlalu bahaya. Sekarang saja dia sudah cukup bingung dengan Yumna yang membawa anak itu kabur. Tapi ada satu jalan keluar untuk semua ini. Hanya saja itu membutuhkan persetujuan satu orang lagi.
***
"Tadi Yumna datang ke sini. Dia meminta supaya aku membantu Frada Aurelia Adam. Bagaimana menurutmu?" Akhirnya Noval memutuskan meminta pendapat dari asistennya. Sandi Surya.
"Bukankah itu cukup beresiko?"
"Aku juga berpikir demikian. Tapi sepertinya aku bisa memanfaatkan satu hal. Kau."
Sandi mengernyit. Cukup bingung dengan ucapan yang dilontarkan oleh atasannya. Apa yang dimaksud? Mengapa tiba-tiba terarah padanya? "Saya?"
"Sebagai seorang Jayatri. Aku bisa memanfaatkan keberadaanmu di sini. Juga menyelamatkan tindakan ceroboh adikku satu bulan yang lalu. Sandi Surya Jayatri."
Ah, Sandi sudah mulai mengerti. Noval ingin memanfaatkan dirinya yang seorang Jayatri untuk membantu adiknya. Ck, dimanapun itu, seorang pengusaha pastilah orang licik!
"Saya menolak. Anda tahu pasti saya saat ini tengah bersembunyi dari keluarga itu."
"Iya, aku tahu. Tapi saat ini kamu berada dalam perlindungan keluarga Adriansyah hingga berdampak pada panasnya keadaan di antara kedua keluarga ini, bukan?"
Sial! Noval benar-benar pandai memanfaatkan keadaan orang lain. Memang benar saat ini dia tengah berlindung di sini. Di perusahaan saingan keluarganya sendiri. Tapi bukan berarti dia tak berkondtribusi apa-apa. Dia adalah tangan kanan yang membantu dalam keadaan krisis.
"Maaf-maaf saja, Tuan. Keluarga Adriansyah dan Jayatri sejak awal memang selalu berselisih. Jadi keberadaan saya tak memengaruhi kondisi secara signifikan."
Noval mendengkus. kartunya telah dibuka. "Tapi memang kamu tidak mau membantu keponakanmu itu? Ah, bukan. Kenyataanya Frada adalah anak haram dari Yudhistira. Yang artinya dia tak memiliki hubungan darah apapun denganmu. Hanya saja ibunya adalah Larasati. Bagaimanapun kamu tahu sendiri bagaimana sifat Larasati Sukma Jayatri. Bukankah dia tak ada bedanya dengan ibu tirimu dulu?"
Sandi meringis. Mengenang memori yang pernah ia lalui dulu. Pelecehan, kekerasan bahkan pembully-an. Semua itu merusak mentalnya saat ini. Mungkin jika dia tak ditemukan oleh Noval, saat ini bisa jadi keluarga Jayatri hanylah tinggal nama. Dan dia akan dikenal dengan pembunuh satu keluarga konglomerat. Dan jika dipikir-pikir, Noval salah. "Larasati Jayatri lebih buruk dari Nyonya Jayatri dulu."
"Jadi, apakah kamu mau membantunya? Cepat atau lambat keluarga Adam pasti akan menemukannya. Jika mereka menarik kembali anak itu, kira-kira apa yang akan terjadi?"
Noval berdiri. Kemudian menepuk bahunya. "Cobalah pikirkan ulang. Satu-satunya orang yang bisa membantunya dengan aman adalah kamu."