Joon sudah cukup terlambat untuk tiba di kelas tepat waktu, tapi dia malah kembali ke kamar kos, membedah lemari, mengeluarkan jaket yang diam-diam dia belikan untuk Jinhee, dan menaruhnya di atas pundak Jinhee sambil berpesan, "Jinhee-ya, pakai jaket ini ya? Dan karena jarakmu akan terlalu jauh denganku untuk bertelepati, ini ponselku," Joon mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menjatuhkannya ke saku jaket Jinhee, "Hubungi aku—aih, hubungi Jiwon atau Manho, karena seharian ini aku akan terus bersama mereka. Kalau ada apa-apa, kalau kau merasa takut, ingin pulang, atau—"
"Aku tahu," potong Jinhee, tenang. "Tenang saja. Tidak akan ada apa-apa, aku tidak akan takut, dan—"
"Tetap saja," kata Joon, memotong, "Kau HARUS menghubungiku. Kau bertemu dengannya di mana, apa yang kalian bicarakan, pertemuannya sudah selesai atau belum, beri tahu aku ya? Dan kalau sudah selesai aku akan menjemputmu pulang. Mengerti?"
"Hm," Jinhee mengangguk mengerti.
"Aku berangkat. Hubungi aku ya? Ingat, HUBUNGI AKU!" Joon terus meneriakan itu sambil melewati pintu kamar kos, dan terus menengok ke arah Jinhee saat dia menuruni tangga dan bergerak menjauh dari indekosnya. Joon benar-benar mencemaskan alien itu.
Dan saat berada di dalam kelas pun dia tidak bisa berhenti cemas. Joon memeriksa ponsel Jiwon berkali-kali sampai Jiwon kesal dibuatnya. Kalau kakinya berhenti gemetar, telunjuknya mulai mengetuk-ngetuk meja. Kalau telunjuknya berhenti mengetuk-ngetuk meja, maka gigi-giginya atau bolpoinnya yang bersuara. Kecemasannya itu benar-benar mengganggu konsentrasi Jiwon yang duduk di sebelahnya.
Saat perpindahan kelas, kecemasan itu terlihat semakin jelas di wajah Joon. Kepalanya terus menoleh ke arah indekos yang sama sekali tak terlihat dari tempatnya berdiri ini, seolah leher Joon memanjang atau dirinya bisa langsung terbang ke sana.
Jiwon pun bertanya, "Kau itu sedang mencemaskan siapa sih? Dan kenapa kau tidak membawa ponsel?"
Joon terlalu sibuk mencemaskan Jinhee. Dia mengabaikan pertanyaan Jiwon yang sama sekali tak menyentuh daun telinganya. Jiwon kesal, tak mau mengulang pertanyaannya.